Naditira Widya - Academia.edu (original) (raw)

Papers by Naditira Widya

Research paper thumbnail of PASAR PADA MASA BALI KUNO ABAD IX-XI MASEHI (KAJIAN EPIGRAFI

Abstrak. Pasar adalah tempat di mana pembeli dan penjual melakukan interaksi mereka dan telah ada... more Abstrak. Pasar adalah tempat di mana pembeli dan penjual melakukan interaksi mereka dan telah ada sejak zaman kuna Bali. Ada prasasti yang menunjukkan beberapa istilah teknis yang mengacu pada aktivitas penjualan dan pembelian di pasar. Tulisan ini membahas hasil studi pustaka terhadap 16 prasasti Bali yang diterbitkan antara 882 Masehi sampai dengan 1023 Masehi. Kajian prasasti ini menghasilkan pemahaman bahwa masyarakat Bali tidak hanya berinteraksi di antara mereka sendiri, tetapi juga dengan penjual dari tempat lain. Mereka menjual kebutuhan sehari-hari seperti produk pertanian dan perkebunan, serta kerajinan dan ternak. Pemasaran produk dilakukan dengan ataupun tanpa sarana transportasi, yang diawasi oleh pejabat-pejabat perdagangan. Kata kunci: pasar, Bali Kuna, prasasti, barang dagangan, sarana pendukung, pejabat perdagangan Abstract. MARKET IN BALI DURING THE 9 TH UNTIL 11 TH CENTURY (EPIGRAPHICAL STUDY). Market is a place where buyers and sellers make their interactions, and it has been around since the period of ancient Bali. There is an inscription which indicates several technical terms referring to selling and purchasing activity in a market. This article discusses the result of a study on 16 Balinese inscriptions published during 882 to 1023 AD. These inscriptions provide an understanding that the Balinese do not interact only among themselves, but also with merchants from other places. They sell daily necessities such as agricultural and plantation products, crafts and livestock. Marketing of products is carried out by using means of transportation or manually, which was supervised by officials of trade.

Research paper thumbnail of PENELUSURAN TOPONIM SITUS BEKAS KERAJAAN LAMATTI, TONDONG, DAN BULO-BULO DI SINJAI, SULAWESI SELATAN

Abstrak. Penelitian di Sinjai dilakukan pada area dengan toponimi bekas Kerajaan Lamatti, Tondong... more Abstrak. Penelitian di Sinjai dilakukan pada area dengan toponimi bekas Kerajaan Lamatti, Tondong, dan Bulo-Bulo, yang tergabung dalam aliansi yang disebut Tellu Limpoe pada abad ke-16 Masehi. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan induktif-analitik dengan pengumpulan data melalui teknik survei dan lubang uji. Sebagian besar jenis temuan adalah gerabah dan fragmen keramik dari berbagai dinasti. Temuan lain adalah batu dakon dan lesung batu. Tulisan ini membahas penentuan kronologi relatif dalam konteks sejarah budaya berdasarkan hasil interpretasi dari ketiga situs. Hasil kajian ini memberikan pemahaman bahwa ketiga situs tersebut menunjukkan dinamika hidup yang bervariasi antara kegiatan rumah tangga, agama, subsistensi, dan perdagangan. Selain itu, diketahui pula bahwa pemukiman yang terbentuk di Sinjai dilandasi faktor geografis yang terdiri atas perbukitan dan pegunungan. Abstract. SEARCHING THE REMAINS OF THE KINGDOM OF LAMATTI, TONDONG, AND BULO-BULO IN SINJAI, SOUTH SULAWESI. The research in Sinjai was carried out in the toponymy areas of the small kingdoms of Lamatti, Tondong, and Bulo-Bulo, which during the 16th century joined in an alliance called Tellu Limpoe. The research was conducted by using an inductive-analytic approach and employing survey and test-pit techniques for data collecting. Most findings are potshard and ceramic fragments from various dynasties, besides dakon stone and mortar stone. This article discusses the determination of relative chronology in the context of cultural history based on the interpretation of the three sites. The results of this study provide the understanding that the three sites show the dynamics life which varies between household activities, religious, subsistence, and trade. Additionally, we know also that the settlements in Sinjai were formed due to its geographical factors which consist of hills and mountains.

Research paper thumbnail of MADIHIN: TRADISI TUTUR DARI ZAMAN KE ZAMAN

Abstrak. Madihin adalah salah satu bentuk sastra lisan Banjar. Madihin pada mulanya merupakan kes... more Abstrak. Madihin adalah salah satu bentuk sastra lisan Banjar. Madihin pada mulanya merupakan kesenian yang diperuntukkan bagi kalangan bangsawan atau keluarga raja. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, kesenian ini menjadi kesenian rakyat. Tulisan ini membahas asal-usul madihin, substansi, fungsi, instrumen, dan nilai yang dikandung madihin. Hasil kajian ini adalah pemahaman tentang madihin sebagai kesenian yang banyak mengandung nasihat mengenai banyak aspek kehidupan. Meskipun pernah mengalami kemunduran, pelaku madihin senantiasa mengupayakan inovasi dan kreativitasnya agar kesenian ini tetap hidup di masyarakat, misalnya dengan medium penyampaian bahasa Indonesia. Abstract. MADIHIN: THE ENDURING ORAL TRADITION. Madihin is one of the forms of Banjarese oral literature. Originally, madihin was an art that is destined for the nobles or the royal family. However, in the course of time, madihin has become a folk-art. This article discusses the origins madihin, its substance, function, instruments, and the value contained in madihin. The result of this study is the comprehension of an art which contains advices on many aspects of life. Despite the setback, the actor of madihin constantly seeks innovation and creativity in order to keep the arts survives among the community, for example by using Indonesian instead of Banjarese as language of communication.

Research paper thumbnail of BOAT SYMBOLISM AND SOCIAL IDENTITY IN THE SOUTHEAST MOLLUCAS

Abstrak. SIMBOLISME PERAHU DAN IDENTITAS SOSIAL DI MALUKU TENGGARA. Bagi masyarakat di Maluku Ten... more Abstrak. SIMBOLISME PERAHU DAN IDENTITAS SOSIAL DI MALUKU TENGGARA. Bagi masyarakat di Maluku Tenggara, perahu memiliki arti lebih daripada sekedar moda transportasi air. Perahu adalah kata kunci untuk menggambarkan tema dominan dalam merekayasa beragam benda budaya di Maluku Tenggara. Tulisan ini membahas fenomena dari perspektif konstruksi dan materialisasi identitas sosial. Perahu telah menjadi medium komunikasi non-verbal bagi masyarakat sebagai sarana untuk menegosiasikan dan mengkomunikasikan identitas sosial mereka. Dengan demikian, simbolisme perahu telah diadopsi sebagai cetak biru untuk membangun cara penyelenggaraan masyarakat di Maluku Tenggara. Abstract. For the people of the Southeast Moluccas, a boat has always been more than just a seagoing vessel. The boat is the key word to describe the dominant theme in engineering diverse cultural property in the Southeast Moluccas. This article discusses the phenomenon from the perspective of construction and materialization of social identity. The boat has become a medium of non-verbal communication as a means for the people to negotiate and communicate their social identity. Hence, the boat symbolism has been adopted as the blue print to construct the way society is organized in the Southeast Moluccas.

Research paper thumbnail of EKSOTISME ALAM DAN SENI MASYARAKAT DAYAK

Abstrak. Eksotisme mengandung pengertian memiliki daya tarik yang khas, menggugah untuk didalami,... more Abstrak. Eksotisme mengandung pengertian memiliki daya tarik yang khas, menggugah untuk didalami, dimengerti lebih jauh, karena unsur kekhasannya itu. Ini adalah karakteristik yang tertangkap seorang pengamat dalam memandang alam Kalimantan. Sumber dayaalam ini pulalah yang menginspirasi terciptanya seni unik masyarakat Dayak yang akhirnya menjadi 'dokumentasi' eksistensinya di Kalimantan. Tulisan ini membahas tentang hubungan harmonis antara alam, manusia, dan seni, serta langkah-langkah pelestarian karakter tersebut sebelum mengkomersialisasikannya. Pembahasan ini membuahkan gagasan tentang pembangunan yang berwawasan eko-budaya yang menjadi ikon spesifik Kalimantan. Abstract. THE EXOTICISM OF NATURE AND DAYAK ARTS. Exoticism implies a distinctive charm, evocative to be explored, to be understand further, because of its peculiar elements. By viewing the nature of Kalimantan, such characteristics are what are caught by the eyes of the perceiver. These natural resources are also being the inspiration to create the unique art of the Dayak community, which eventually became the 'documentation' of their existence in Kalimantan. This paper discusses the harmonious relationship between nature, human, arts, and the measures taken to conserve such unique characteristics before commercializing it. This discussion led to the idea of constructing an eco-cultural-based development, which will be the specific representation of Kalimantan.

Research paper thumbnail of HUBUNGAN GENEALOGIS MASYARAKAT DAYAK BAWO DENGAN

Abstrak. Masing-masing komunitas Dayak yang berdiam di pedalaman Kalimantan merasa berdiri sebaga... more Abstrak. Masing-masing komunitas Dayak yang berdiam di pedalaman Kalimantan merasa berdiri sebagai komunitas eksklusif. Namun, ada beberapa komunitas yang mengaku bahwa dia merupakan keturunan atau bagian dari komunitas yang lain, misalnya Dayak Bawo dan Benuaq yang mengakui bahwa dirinya merupakan keturunan dari Dayak Lawangan yang tinggal di Tiwei. Tulisan ini membahas kemungkinan adanya hubungan genealogis antara komunitas Bawo, Benuaq, dan Lawangan. Kajian ini dilakukan berdasarkan pendekatan deskriptif-komparatif atas konsep religi dalam bentuk artefak penguburan dan bahasa. Berdasarkan pembahasan tersebut diharapkan adanya pemahaman tentang hubungan genealogis antarkomunitas yang ada di pedalaman Kalimantan. Hasil dari perbandingan tersebut ternyata menunjukkan bahwa ketiga komunitas tersebut memang mempunyai hubungan genealogis. Abstract. GENEALOGICAL RELATIONSHIP BETWEEN THE BAWO COMMUNITY WITH LAWANGAN AND BENUAQ BASED ON RELIGIOUS CONCEPTS AND LANGUAGE. Each Dayak communities who inhabit in the interior of Kalimantan perceive to have been created as a community exclusively. However, there are some communities who claimed that the people of one's community is the descendant or part of another community, such as the Bawo and Benuaq who argued to be the descendant of the Lawangan people living in Tiwei. This article discusses the possibility of a genealogical relationship between the community of Bawo, Benuaq, and Lawangan. The study was conducted based on a descriptive-comparative approach in regard to the concept of religion in the form of burial artefacts and language. Based on the discussion, I expected to obtain comprehension on the genealogical relationships between communities in the interior of Kalimantan. The results of this comparison showed that all three communities have a genealogical relationship.

Research paper thumbnail of GAMBAR CADAS DI GUA MARDUA, KALIMANTAN TIMUR

Abstrak. Gambar cadas banyak ditemukan di wilayah bagian timur Indonesia seperti Sulawesi Selatan... more Abstrak. Gambar cadas banyak ditemukan di wilayah bagian timur Indonesia seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua. Pada 1994 tim arkeologi gabungan Indonesia-Perancis berhasil menemukan situs gambar cadas pertama di KalimantanTimur, tepatnya di Gua Mardua. Tulisan ini membahas tipologi gambar cadas melalui pendekatan induktif-deskriptif untuk kemudian disintesakan dalam upaya mengetahui pemanfaatan gua-gua dan fungsi gambar cadas pada masa itu. Hasil akhir kajian ini adalah diketahui adanya dua komunitas yang berbeda yang pernah menghuni Gua Mardua, yang mengaplikasikan tipe gambar yang berbeda pula. Abstract. ROCK ARTS OF GUA MARDUA IN EAST KALIMANTAN. Rock arts are mainly found in the eastern part of Indonesia such as South Sulawesi, Southeast Sulawesi, the Moluccas, and Papua. In 1994 a joint archaeological team Indonesia-France discovered the first rock art site in East Kalimantan, which was in the Gua Mardua. This article discusses the typology of rock art by using an inductive-descriptive approach, which then synthesized in the attempt to examine the use of caves and the function of rock arts in the past. The final result of this study is the knowledge of the existence of two different communities that had inhabited Gua Mardua, which apply different types of rock arts.

Research paper thumbnail of ERONG, KERANDA BANGSAWAN TORAJA (SUATU STUDI ETNOARKEOLOGI

Abstrak. Beberapa gaya makam dan tradisi kubur erong masyarakat Toraja masih bertahan sampai hari... more Abstrak. Beberapa gaya makam dan tradisi kubur erong masyarakat Toraja masih bertahan sampai hari ini. Artikel ini membahas jenis erong dan hubungannya dengan sistem kepercayaan Toraja. Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan dan wawancara. Ternyata, sistem penguburan Toraja berhubungan dengan pemujaan leluhur. Dengan terus-menerus memberikan penghormatan terhadap nenek moyang mereka, sebagai imbalannya masyarakat Toraja akan mendapatkan kemakmuran dan kebahagiaan. Selain itu, bentuk erong mencerminkan sistem ideologi dan sistem sosial dari masyarakat Toraja pula, yang wujudnya tergantung pada stratifikasi sosial, lingkungan, dinamika budaya Toraja, dan faktor eksternal lainnya. Kata kunci: erong, tradisi kubur, Toraja, sistem penguburan, sistem sosial, pemujaan nenek moyang Abstract. ERONG: WOODEN CASKET OF TORAJA NOBLEMAN (AN ETHNO-ARCHAEOLOGICAL STUDY). Some cemetery styles and erong burial tradition of the Toraja society still persist until today. This article discusses types of erong and its connection with the Torajan belief system. This research was carried out by direct observation in the field and interviews. Apparently, the burial system of the Torajanese relates to ancestral worshipping. By continuously paying respect toward their ancestors, they will gain in return prosperity and happiness. Additionally, the shape of erong also reflects the ideological and social system of the Torajanese; its form depends on the social stratification, environment, the dynamic of Torajan culture and other external factors.

Research paper thumbnail of TEMUAN TRADISI BUDAYA AUSTRONESIA AKHIR PROTOSEJARAH (MEGALITIK) DI LEMBAH BESOA, SULAWESI TENGAH

Abstrak. Di antara ras-ras yang menghuni wilayah Asia, bangsa petutur bahasa Austronesia adalah y... more Abstrak. Di antara ras-ras yang menghuni wilayah Asia, bangsa petutur bahasa Austronesia adalah yang paling luas wilayah pengaruhnya. Pengaruhnya tidak ditemui di Asia Tenggara kepulauan saja, bahkan dijumpai di kepulauan Pasifik dan Madagaskar. Pengaruh itupun tidak saja teridentifkasi pada bahasa yang berkembang di wilayah-wilayah baru, tetapi tampak pula pada jejak-jejak teknologi yang menunjukkan perkawinan teknologi antara tradisi budaya logam Austronesia dan lokal. Demikian pula pada aspek religiusnya, bukti-bukti menunjukkan bahwa adanya pengenalan tradisi penggunaan wadah kubur, bekal kubur, dan pendirian monumen megalitik. Berangkat dari hal tersebut, tulisan ini membahas hasil penelitian arkeologi di Lembah Besoa dalam upaya memahami tradisi budaya Austronesia di Sulawesi sekitar 3000 tahun yang lalu. Pengumpulan data dilakukan dengan ekskavasi pada sejumlah lubang uji, baik pada situs maupun dalam kalamba. Hasil analisis arkeologis menunjukkan bahwa kalamba yang berbentuk tong-tong batu tidak ditemukan di Lembah Besoa saja, tetapi dijumpai pula di Sarawak, Danau Toba, Donggo, Laos, dan Assam. Namun demikian, yang mencirikan tradisi budaya Austronesia adalah lumpang batu dan batu dulang yang mengindikasikan telah dikenalnya kegiatan perladangan dan domestikasi hewan. Di lain pihak, pendukung budaya Lembah Besoa memiliki kedekatan DNA (Deoxyribonucleic acid) dengan masyarakat Kajang yang bermukim di Sulawesi Selatan, yang mengarahkan dugaan bahwa ada kesamaan keturunan atau pernah terjadi interaksi genetik pada kedua komunitas tersebut pada masa lampau. Interaksi tersebut diperkuat dengan bukti-bukti artefaktual, antara lain kesamaan manik-manik dan gerabah slip merah. Abstract. THE DISCOVERY OF LATE PROTOHISTORIC (MEGALITHIC) AUSTRONESIAN CULTURAL TRADITION IN BESOA VALLEY, SULAWESI. Among the races that inhabit the Asian region, the Austronesian-language-speaking people had the most extensive area of influence; the effect was not found only in the islands of Southeast Asia, but in the Pacific islands and Madagascar as well. The influence was not identified only from the language developed in new territories, but also recognized from traces of technology showing a technological marriage between the Austronesian metal traditions and indigenous skill. The religious aspect provide evidence also that suggests the introduction of burial container, grave goods and the erection of megalithic monuments. Based on such knowledge, this paper discusses the results of archaeological research carried out in the Besoa Valley as an effort to understand the Austronesian cultural traditions 3000 years ago in Sulawesi.

Research paper thumbnail of BEBERAPA HASIL PENELITIAN KUTAI MULAWARMAN 2008: SITUS MUARA KAMAN DALAM PERSPEKTIF KAWASAN

Abstrak. Pada daerah percabangan Sungai Mahakam dan Sungai Kedang Rantau terdapat situs Muara Kam... more Abstrak. Pada daerah percabangan Sungai Mahakam dan Sungai Kedang Rantau terdapat situs Muara Kaman yang diyakini sebagai lokasi yang menjadi tonggak awal sejarah Nusantara, dan lokasi asli dari Kerajaan Kutai Mulawarman, yaitu kerajaan Hindu pertama yang berdiri pada abad ke-5 Masehi. Tulisan ini membahas perspektif kawasan situs Muara Kaman dalam kerangka sejarah Nusantara dan Asia Tenggara. Hasil kajian ini mengindikasikan adanya kesamaan tinggalan arkeologis dengan beberapa situs dari periode proto-sejarah di Asia Tenggara yang memiliki kronologi dari awal abad Masehi. Bukti-bukti arkeologis mengarahkan adanya jaringan perdagangan yang erat antara wilayah Kalimantan bagian timur dengan beberapa kota pelabuhan dagang kuna di Kepulauan Asia Tenggara yang melibatkan orang berbahasa Austronesia. Abstract. SOME RESULTS ON THE 2008 KUTAI MULAWARMAN RESEARCH: REGIONAL PERSPECTIVE ON MUARA KAMAN. On the intersection of Mahakam and Kedang Rantau River is found Muara Kaman; a site acknowledged to be the landmark of the commencement of historical period of the Indonesian archipelago, and the original location of the kingdom of Kutai Mulawarman i.e. the first Hindu kingdom dated from the 5th century AD. This article discusses the regional perspective on Muara Kaman within the historical framework of the Indonesian Archipelago and Southeast Asia. The result of this study indicates similarities of archaeological remains between Muara Kaman with a number of proto-historic sites in Southeast Asia which dated from the early centuries of the Common Era. Archaeological evidences suggest there was firm trade links between the eastern regions of Kalimantan with a number of ancient trading ports in Island Southeast Asia involving the Austronesia-language-speaking people.

Research paper thumbnail of PASAR PADA MASA BALI KUNO ABAD IX-XI MASEHI (KAJIAN EPIGRAFI

Abstrak. Pasar adalah tempat di mana pembeli dan penjual melakukan interaksi mereka dan telah ada... more Abstrak. Pasar adalah tempat di mana pembeli dan penjual melakukan interaksi mereka dan telah ada sejak zaman kuna Bali. Ada prasasti yang menunjukkan beberapa istilah teknis yang mengacu pada aktivitas penjualan dan pembelian di pasar. Tulisan ini membahas hasil studi pustaka terhadap 16 prasasti Bali yang diterbitkan antara 882 Masehi sampai dengan 1023 Masehi. Kajian prasasti ini menghasilkan pemahaman bahwa masyarakat Bali tidak hanya berinteraksi di antara mereka sendiri, tetapi juga dengan penjual dari tempat lain. Mereka menjual kebutuhan sehari-hari seperti produk pertanian dan perkebunan, serta kerajinan dan ternak. Pemasaran produk dilakukan dengan ataupun tanpa sarana transportasi, yang diawasi oleh pejabat-pejabat perdagangan. Kata kunci: pasar, Bali Kuna, prasasti, barang dagangan, sarana pendukung, pejabat perdagangan Abstract. MARKET IN BALI DURING THE 9 TH UNTIL 11 TH CENTURY (EPIGRAPHICAL STUDY). Market is a place where buyers and sellers make their interactions, and it has been around since the period of ancient Bali. There is an inscription which indicates several technical terms referring to selling and purchasing activity in a market. This article discusses the result of a study on 16 Balinese inscriptions published during 882 to 1023 AD. These inscriptions provide an understanding that the Balinese do not interact only among themselves, but also with merchants from other places. They sell daily necessities such as agricultural and plantation products, crafts and livestock. Marketing of products is carried out by using means of transportation or manually, which was supervised by officials of trade.

Research paper thumbnail of PENELUSURAN TOPONIM SITUS BEKAS KERAJAAN LAMATTI, TONDONG, DAN BULO-BULO DI SINJAI, SULAWESI SELATAN

Abstrak. Penelitian di Sinjai dilakukan pada area dengan toponimi bekas Kerajaan Lamatti, Tondong... more Abstrak. Penelitian di Sinjai dilakukan pada area dengan toponimi bekas Kerajaan Lamatti, Tondong, dan Bulo-Bulo, yang tergabung dalam aliansi yang disebut Tellu Limpoe pada abad ke-16 Masehi. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan induktif-analitik dengan pengumpulan data melalui teknik survei dan lubang uji. Sebagian besar jenis temuan adalah gerabah dan fragmen keramik dari berbagai dinasti. Temuan lain adalah batu dakon dan lesung batu. Tulisan ini membahas penentuan kronologi relatif dalam konteks sejarah budaya berdasarkan hasil interpretasi dari ketiga situs. Hasil kajian ini memberikan pemahaman bahwa ketiga situs tersebut menunjukkan dinamika hidup yang bervariasi antara kegiatan rumah tangga, agama, subsistensi, dan perdagangan. Selain itu, diketahui pula bahwa pemukiman yang terbentuk di Sinjai dilandasi faktor geografis yang terdiri atas perbukitan dan pegunungan. Abstract. SEARCHING THE REMAINS OF THE KINGDOM OF LAMATTI, TONDONG, AND BULO-BULO IN SINJAI, SOUTH SULAWESI. The research in Sinjai was carried out in the toponymy areas of the small kingdoms of Lamatti, Tondong, and Bulo-Bulo, which during the 16th century joined in an alliance called Tellu Limpoe. The research was conducted by using an inductive-analytic approach and employing survey and test-pit techniques for data collecting. Most findings are potshard and ceramic fragments from various dynasties, besides dakon stone and mortar stone. This article discusses the determination of relative chronology in the context of cultural history based on the interpretation of the three sites. The results of this study provide the understanding that the three sites show the dynamics life which varies between household activities, religious, subsistence, and trade. Additionally, we know also that the settlements in Sinjai were formed due to its geographical factors which consist of hills and mountains.

Research paper thumbnail of MADIHIN: TRADISI TUTUR DARI ZAMAN KE ZAMAN

Abstrak. Madihin adalah salah satu bentuk sastra lisan Banjar. Madihin pada mulanya merupakan kes... more Abstrak. Madihin adalah salah satu bentuk sastra lisan Banjar. Madihin pada mulanya merupakan kesenian yang diperuntukkan bagi kalangan bangsawan atau keluarga raja. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, kesenian ini menjadi kesenian rakyat. Tulisan ini membahas asal-usul madihin, substansi, fungsi, instrumen, dan nilai yang dikandung madihin. Hasil kajian ini adalah pemahaman tentang madihin sebagai kesenian yang banyak mengandung nasihat mengenai banyak aspek kehidupan. Meskipun pernah mengalami kemunduran, pelaku madihin senantiasa mengupayakan inovasi dan kreativitasnya agar kesenian ini tetap hidup di masyarakat, misalnya dengan medium penyampaian bahasa Indonesia. Abstract. MADIHIN: THE ENDURING ORAL TRADITION. Madihin is one of the forms of Banjarese oral literature. Originally, madihin was an art that is destined for the nobles or the royal family. However, in the course of time, madihin has become a folk-art. This article discusses the origins madihin, its substance, function, instruments, and the value contained in madihin. The result of this study is the comprehension of an art which contains advices on many aspects of life. Despite the setback, the actor of madihin constantly seeks innovation and creativity in order to keep the arts survives among the community, for example by using Indonesian instead of Banjarese as language of communication.

Research paper thumbnail of BOAT SYMBOLISM AND SOCIAL IDENTITY IN THE SOUTHEAST MOLLUCAS

Abstrak. SIMBOLISME PERAHU DAN IDENTITAS SOSIAL DI MALUKU TENGGARA. Bagi masyarakat di Maluku Ten... more Abstrak. SIMBOLISME PERAHU DAN IDENTITAS SOSIAL DI MALUKU TENGGARA. Bagi masyarakat di Maluku Tenggara, perahu memiliki arti lebih daripada sekedar moda transportasi air. Perahu adalah kata kunci untuk menggambarkan tema dominan dalam merekayasa beragam benda budaya di Maluku Tenggara. Tulisan ini membahas fenomena dari perspektif konstruksi dan materialisasi identitas sosial. Perahu telah menjadi medium komunikasi non-verbal bagi masyarakat sebagai sarana untuk menegosiasikan dan mengkomunikasikan identitas sosial mereka. Dengan demikian, simbolisme perahu telah diadopsi sebagai cetak biru untuk membangun cara penyelenggaraan masyarakat di Maluku Tenggara. Abstract. For the people of the Southeast Moluccas, a boat has always been more than just a seagoing vessel. The boat is the key word to describe the dominant theme in engineering diverse cultural property in the Southeast Moluccas. This article discusses the phenomenon from the perspective of construction and materialization of social identity. The boat has become a medium of non-verbal communication as a means for the people to negotiate and communicate their social identity. Hence, the boat symbolism has been adopted as the blue print to construct the way society is organized in the Southeast Moluccas.

Research paper thumbnail of EKSOTISME ALAM DAN SENI MASYARAKAT DAYAK

Abstrak. Eksotisme mengandung pengertian memiliki daya tarik yang khas, menggugah untuk didalami,... more Abstrak. Eksotisme mengandung pengertian memiliki daya tarik yang khas, menggugah untuk didalami, dimengerti lebih jauh, karena unsur kekhasannya itu. Ini adalah karakteristik yang tertangkap seorang pengamat dalam memandang alam Kalimantan. Sumber dayaalam ini pulalah yang menginspirasi terciptanya seni unik masyarakat Dayak yang akhirnya menjadi 'dokumentasi' eksistensinya di Kalimantan. Tulisan ini membahas tentang hubungan harmonis antara alam, manusia, dan seni, serta langkah-langkah pelestarian karakter tersebut sebelum mengkomersialisasikannya. Pembahasan ini membuahkan gagasan tentang pembangunan yang berwawasan eko-budaya yang menjadi ikon spesifik Kalimantan. Abstract. THE EXOTICISM OF NATURE AND DAYAK ARTS. Exoticism implies a distinctive charm, evocative to be explored, to be understand further, because of its peculiar elements. By viewing the nature of Kalimantan, such characteristics are what are caught by the eyes of the perceiver. These natural resources are also being the inspiration to create the unique art of the Dayak community, which eventually became the 'documentation' of their existence in Kalimantan. This paper discusses the harmonious relationship between nature, human, arts, and the measures taken to conserve such unique characteristics before commercializing it. This discussion led to the idea of constructing an eco-cultural-based development, which will be the specific representation of Kalimantan.

Research paper thumbnail of HUBUNGAN GENEALOGIS MASYARAKAT DAYAK BAWO DENGAN

Abstrak. Masing-masing komunitas Dayak yang berdiam di pedalaman Kalimantan merasa berdiri sebaga... more Abstrak. Masing-masing komunitas Dayak yang berdiam di pedalaman Kalimantan merasa berdiri sebagai komunitas eksklusif. Namun, ada beberapa komunitas yang mengaku bahwa dia merupakan keturunan atau bagian dari komunitas yang lain, misalnya Dayak Bawo dan Benuaq yang mengakui bahwa dirinya merupakan keturunan dari Dayak Lawangan yang tinggal di Tiwei. Tulisan ini membahas kemungkinan adanya hubungan genealogis antara komunitas Bawo, Benuaq, dan Lawangan. Kajian ini dilakukan berdasarkan pendekatan deskriptif-komparatif atas konsep religi dalam bentuk artefak penguburan dan bahasa. Berdasarkan pembahasan tersebut diharapkan adanya pemahaman tentang hubungan genealogis antarkomunitas yang ada di pedalaman Kalimantan. Hasil dari perbandingan tersebut ternyata menunjukkan bahwa ketiga komunitas tersebut memang mempunyai hubungan genealogis. Abstract. GENEALOGICAL RELATIONSHIP BETWEEN THE BAWO COMMUNITY WITH LAWANGAN AND BENUAQ BASED ON RELIGIOUS CONCEPTS AND LANGUAGE. Each Dayak communities who inhabit in the interior of Kalimantan perceive to have been created as a community exclusively. However, there are some communities who claimed that the people of one's community is the descendant or part of another community, such as the Bawo and Benuaq who argued to be the descendant of the Lawangan people living in Tiwei. This article discusses the possibility of a genealogical relationship between the community of Bawo, Benuaq, and Lawangan. The study was conducted based on a descriptive-comparative approach in regard to the concept of religion in the form of burial artefacts and language. Based on the discussion, I expected to obtain comprehension on the genealogical relationships between communities in the interior of Kalimantan. The results of this comparison showed that all three communities have a genealogical relationship.

Research paper thumbnail of GAMBAR CADAS DI GUA MARDUA, KALIMANTAN TIMUR

Abstrak. Gambar cadas banyak ditemukan di wilayah bagian timur Indonesia seperti Sulawesi Selatan... more Abstrak. Gambar cadas banyak ditemukan di wilayah bagian timur Indonesia seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua. Pada 1994 tim arkeologi gabungan Indonesia-Perancis berhasil menemukan situs gambar cadas pertama di KalimantanTimur, tepatnya di Gua Mardua. Tulisan ini membahas tipologi gambar cadas melalui pendekatan induktif-deskriptif untuk kemudian disintesakan dalam upaya mengetahui pemanfaatan gua-gua dan fungsi gambar cadas pada masa itu. Hasil akhir kajian ini adalah diketahui adanya dua komunitas yang berbeda yang pernah menghuni Gua Mardua, yang mengaplikasikan tipe gambar yang berbeda pula. Abstract. ROCK ARTS OF GUA MARDUA IN EAST KALIMANTAN. Rock arts are mainly found in the eastern part of Indonesia such as South Sulawesi, Southeast Sulawesi, the Moluccas, and Papua. In 1994 a joint archaeological team Indonesia-France discovered the first rock art site in East Kalimantan, which was in the Gua Mardua. This article discusses the typology of rock art by using an inductive-descriptive approach, which then synthesized in the attempt to examine the use of caves and the function of rock arts in the past. The final result of this study is the knowledge of the existence of two different communities that had inhabited Gua Mardua, which apply different types of rock arts.

Research paper thumbnail of ERONG, KERANDA BANGSAWAN TORAJA (SUATU STUDI ETNOARKEOLOGI

Abstrak. Beberapa gaya makam dan tradisi kubur erong masyarakat Toraja masih bertahan sampai hari... more Abstrak. Beberapa gaya makam dan tradisi kubur erong masyarakat Toraja masih bertahan sampai hari ini. Artikel ini membahas jenis erong dan hubungannya dengan sistem kepercayaan Toraja. Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan dan wawancara. Ternyata, sistem penguburan Toraja berhubungan dengan pemujaan leluhur. Dengan terus-menerus memberikan penghormatan terhadap nenek moyang mereka, sebagai imbalannya masyarakat Toraja akan mendapatkan kemakmuran dan kebahagiaan. Selain itu, bentuk erong mencerminkan sistem ideologi dan sistem sosial dari masyarakat Toraja pula, yang wujudnya tergantung pada stratifikasi sosial, lingkungan, dinamika budaya Toraja, dan faktor eksternal lainnya. Kata kunci: erong, tradisi kubur, Toraja, sistem penguburan, sistem sosial, pemujaan nenek moyang Abstract. ERONG: WOODEN CASKET OF TORAJA NOBLEMAN (AN ETHNO-ARCHAEOLOGICAL STUDY). Some cemetery styles and erong burial tradition of the Toraja society still persist until today. This article discusses types of erong and its connection with the Torajan belief system. This research was carried out by direct observation in the field and interviews. Apparently, the burial system of the Torajanese relates to ancestral worshipping. By continuously paying respect toward their ancestors, they will gain in return prosperity and happiness. Additionally, the shape of erong also reflects the ideological and social system of the Torajanese; its form depends on the social stratification, environment, the dynamic of Torajan culture and other external factors.

Research paper thumbnail of TEMUAN TRADISI BUDAYA AUSTRONESIA AKHIR PROTOSEJARAH (MEGALITIK) DI LEMBAH BESOA, SULAWESI TENGAH

Abstrak. Di antara ras-ras yang menghuni wilayah Asia, bangsa petutur bahasa Austronesia adalah y... more Abstrak. Di antara ras-ras yang menghuni wilayah Asia, bangsa petutur bahasa Austronesia adalah yang paling luas wilayah pengaruhnya. Pengaruhnya tidak ditemui di Asia Tenggara kepulauan saja, bahkan dijumpai di kepulauan Pasifik dan Madagaskar. Pengaruh itupun tidak saja teridentifkasi pada bahasa yang berkembang di wilayah-wilayah baru, tetapi tampak pula pada jejak-jejak teknologi yang menunjukkan perkawinan teknologi antara tradisi budaya logam Austronesia dan lokal. Demikian pula pada aspek religiusnya, bukti-bukti menunjukkan bahwa adanya pengenalan tradisi penggunaan wadah kubur, bekal kubur, dan pendirian monumen megalitik. Berangkat dari hal tersebut, tulisan ini membahas hasil penelitian arkeologi di Lembah Besoa dalam upaya memahami tradisi budaya Austronesia di Sulawesi sekitar 3000 tahun yang lalu. Pengumpulan data dilakukan dengan ekskavasi pada sejumlah lubang uji, baik pada situs maupun dalam kalamba. Hasil analisis arkeologis menunjukkan bahwa kalamba yang berbentuk tong-tong batu tidak ditemukan di Lembah Besoa saja, tetapi dijumpai pula di Sarawak, Danau Toba, Donggo, Laos, dan Assam. Namun demikian, yang mencirikan tradisi budaya Austronesia adalah lumpang batu dan batu dulang yang mengindikasikan telah dikenalnya kegiatan perladangan dan domestikasi hewan. Di lain pihak, pendukung budaya Lembah Besoa memiliki kedekatan DNA (Deoxyribonucleic acid) dengan masyarakat Kajang yang bermukim di Sulawesi Selatan, yang mengarahkan dugaan bahwa ada kesamaan keturunan atau pernah terjadi interaksi genetik pada kedua komunitas tersebut pada masa lampau. Interaksi tersebut diperkuat dengan bukti-bukti artefaktual, antara lain kesamaan manik-manik dan gerabah slip merah. Abstract. THE DISCOVERY OF LATE PROTOHISTORIC (MEGALITHIC) AUSTRONESIAN CULTURAL TRADITION IN BESOA VALLEY, SULAWESI. Among the races that inhabit the Asian region, the Austronesian-language-speaking people had the most extensive area of influence; the effect was not found only in the islands of Southeast Asia, but in the Pacific islands and Madagascar as well. The influence was not identified only from the language developed in new territories, but also recognized from traces of technology showing a technological marriage between the Austronesian metal traditions and indigenous skill. The religious aspect provide evidence also that suggests the introduction of burial container, grave goods and the erection of megalithic monuments. Based on such knowledge, this paper discusses the results of archaeological research carried out in the Besoa Valley as an effort to understand the Austronesian cultural traditions 3000 years ago in Sulawesi.

Research paper thumbnail of BEBERAPA HASIL PENELITIAN KUTAI MULAWARMAN 2008: SITUS MUARA KAMAN DALAM PERSPEKTIF KAWASAN

Abstrak. Pada daerah percabangan Sungai Mahakam dan Sungai Kedang Rantau terdapat situs Muara Kam... more Abstrak. Pada daerah percabangan Sungai Mahakam dan Sungai Kedang Rantau terdapat situs Muara Kaman yang diyakini sebagai lokasi yang menjadi tonggak awal sejarah Nusantara, dan lokasi asli dari Kerajaan Kutai Mulawarman, yaitu kerajaan Hindu pertama yang berdiri pada abad ke-5 Masehi. Tulisan ini membahas perspektif kawasan situs Muara Kaman dalam kerangka sejarah Nusantara dan Asia Tenggara. Hasil kajian ini mengindikasikan adanya kesamaan tinggalan arkeologis dengan beberapa situs dari periode proto-sejarah di Asia Tenggara yang memiliki kronologi dari awal abad Masehi. Bukti-bukti arkeologis mengarahkan adanya jaringan perdagangan yang erat antara wilayah Kalimantan bagian timur dengan beberapa kota pelabuhan dagang kuna di Kepulauan Asia Tenggara yang melibatkan orang berbahasa Austronesia. Abstract. SOME RESULTS ON THE 2008 KUTAI MULAWARMAN RESEARCH: REGIONAL PERSPECTIVE ON MUARA KAMAN. On the intersection of Mahakam and Kedang Rantau River is found Muara Kaman; a site acknowledged to be the landmark of the commencement of historical period of the Indonesian archipelago, and the original location of the kingdom of Kutai Mulawarman i.e. the first Hindu kingdom dated from the 5th century AD. This article discusses the regional perspective on Muara Kaman within the historical framework of the Indonesian Archipelago and Southeast Asia. The result of this study indicates similarities of archaeological remains between Muara Kaman with a number of proto-historic sites in Southeast Asia which dated from the early centuries of the Common Era. Archaeological evidences suggest there was firm trade links between the eastern regions of Kalimantan with a number of ancient trading ports in Island Southeast Asia involving the Austronesia-language-speaking people.