Tengku Muhammad Dhani Iqbal - Academia.edu (original) (raw)

Uploads

Papers by Tengku Muhammad Dhani Iqbal

Research paper thumbnail of Mengoyak Persebatian Utsmaniyah-Aceh

Research paper thumbnail of Nama Bahasa yang Memecah Belah

bertanya ini pada 2012, di Siren, tetangga negeri Sumbawa. Dan jawabannya seratus persen sama. Se... more bertanya ini pada 2012, di Siren, tetangga negeri Sumbawa. Dan jawabannya seratus persen sama. Seketika nampaklah ada dua kepribadian di tubuh masing--masing mereka. Tapi, apa yang terjadi sebetulnya? Di masa yang belum begitu jauh, bahasa ini adalah bahasa orang Islam di Asia Tenggara. Ia menjadi bahasa segala macam doa, pun menjadi pengantar untuk mencapai tangga pemahaman keilahian melalui berbagai kiasan dan metafora. Macam--macam kitab Islam pun diterjemahkan ke bahasa ini, juga Injil. Bahkan, aksara Arab/Hijaiyah dimodifikasi untuk dapat menampung ekspresi bahasa ini, serta untuk maksud tertentu. Tak hanya penerjemahan, penulisan kitab--kitab Islam, juga kesusasteraan, kesehatan, perbintangan, dll, juga bermunculan secara mendadak, massif, dan merata di seluruh wilayah dengan bahasa yang sama. Akan tetapi, ada yang mengatakan bahwa penyebaran bahasa ini bermula sejak di zaman Buddha. Tapi ini tak begitu kuat agaknya. Pertama, betapapun monumen--monumen berupa candinya ada di mana--mana, namun tak dapat diketahui apa keyakinan yang dianut masyarakat di zaman itu. Ia diasumsikan sebagai keyakinan yang pusarannya hanya ada di balik tembok istana. Karena tapaknya tak berbekas hari ini, yang dapat disebut tak mengakar, ada pendapat bahwa petinggi--petinggi istana Buddha itu bukanlah bumiputera, tetapi para perantau belaka dari India. Kedua, jika zaman Buddha ada penyebaran bahasa, tentulah ia bukan bahasa Melayu, tetapi India (Sansekerta). Tapi, seperti nasib keyakinannya, tapak bahasa ini juga tidak mengakar di wilayah pangkal penyebarannya. Hal--hal macam demikian membuat penyebaran bahasa ini tak bisa dipandang bermula pada masa pra--Islam. Adanya bahasa yang sama, dengan variasi aksen masing--masing, yang dipicu dari aksara yang tak berharakat, tak pelak menciptakan kondisi persatuan muslim di seluruh Asia Tenggara

Research paper thumbnail of Susur Galur Majalah Islam, dari Paris hingga Padang

Pertautan majalah Al-Munir di Padang kepada majalah Al-Urwatul Wutsqa di Paris diperoleh secara b... more Pertautan majalah Al-Munir di Padang kepada majalah Al-Urwatul Wutsqa di Paris diperoleh secara berturut-turut melalui majalah Al-Imam di Singapura dan majalah Al-Munir di Mesir. Namun, pada 15 Rabiul Awwal 1333 H/31 Januari 1915, Al-Munir berhenti terbit.

Research paper thumbnail of Selayang Pandang Pertautan Bahasa Melayu, Bahasa Inggris, dan Lainnya

Jika bahasa Arab dapat berdetak di jantung bahasa Melayu karena worldview spiritual Islam, maka k... more Jika bahasa Arab dapat berdetak di jantung bahasa Melayu karena worldview spiritual Islam, maka kali ini denyut nadi bahasa Melayu sedang dipacu dengan kehadiran bahasa Inggris melalui sistem bernegara gaya baru dan teknologi sebagai jarum suntiknya.

Research paper thumbnail of Menyoal 'Adat adalah Adat, Agama adalah Agama'

Menyoal 'Adat adalah Adat, Agama adalah Agama' Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia,... more Menyoal 'Adat adalah Adat, Agama adalah Agama' Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Wiendu Nuryanti, pernah meminta supaya Malaysia tahu diri karena telah memajang gambar identitas Dayak di stannya pada pameran buku Frankfurt, Jerman, Oktober 2014. Katanya, "Orang yang melihat mungkin ketawa, 'lho itu kan punya Indonesia'". Lalu, Joko Widodo, saat menjadi calon presiden, menguraikan alasan penentuan Papua sebagai tempat pertama dalam kampanye Pemilihan Presiden pada Juni 2014. Katanya, "Kenapa pertama kampanye di sini? Karena saya tahu matahari selalu terbit dari timur, terbit dari Papua". Tapi Joko bukanlah orang pertama yang mengatakan matahari terbit di Papua. Pemikiran bahwa entitas Dayak adalah asli dan hanya ada di Indonesia, juga matahari yang terbit di Papua, tentu saja tak perlu lagi diulas kebenarannya. Meski diucapkan oleh orang dan waktu berbeda, sesungguhnya keduanya hanyalah dua aliran sungai dari hulu yang sama. Hulu itu adalah model pendidikan yang dibangun oleh pemerintah pusat Indonesia dan menciptakan satu cara berpikir yang khas. Model pendidikan itu adalah menempatkan sejarah dan kebudayaan sesuai batas--batas administrasi hari ini (kemudian hari). Ia adalah pendidikan yang menutup wilayah Indonesia dari segala macam persinggungannya dengan dunia luar. Perlakuan terhadap narasi kebudayaan dan sejarah ini menunjukkan bahwa Indonesia telah melakukan isolasi kesadaran terhadap warganya dari dunia. Upaya menghapus peran yang--lain, karena ingin menampakkan diri sebagai entitas yang lain-sendiri di dunia, adalah tindakan isolasi terhadap cara berpikir warganya. Dampaknya baru terasa di kemudian hari, seperti silang sengketa kebudayaan yang menggelikan itu, yang menyeruak sejak periode 2000--an, antara Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, atau Thailand. Tindakan pengisolasian itu nampak di banyak hal. Sebut saja soal pembentukan Negara Republik Indonesia (NRI) yang meminggirkan peran Jepang dalam konteks Perang Dunia II atau pelupaan atas Konferensi Inter Indonesia (KII 1 dan 2), juga Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949, yang melibatkan dunia. Upaya pelupaan saling silang politik dan kebudayaan juga nampak pada kaburnya duduk perkara tentang, misalnya, bagaimana proses Indiaisasi/Hinduisasi atau proses pengubahan/klaim atas nama sebuah bahasa berdasarkan wilayah dimana Belanda pernah ada. Yang tak kalah unik barangkali adalah upaya menukar proses Islamisasi secara kultural dan fisik/administrasi, termasuk menimpa "kerja keras" Kerajaan Belanda, Inggris, Spanyol, dan Jepang, dengan Kerajaan Hindu Majapahit sebagai entitas pemersatu. Seturut dalam penghilangan Islamisasi itu adalah peran Kekhalifahan Turki serta panji--panji bulan bintang yang digunakan oleh banyak entitas politik dan kebudayaan secara luas dan nyaris merata di Asia Tenggara. Pengenyampingan atas macam--macam penanda tersebut, secara otomatis, membuat wawasan atas diaspora manusia dan (politik) kebudayaannya turut melenyap. Hanya karena ingin menjunjung prinsip "lain--sendiri", bumi rupanya tak hendak lagi dipijak. Semua yang

Research paper thumbnail of Menapaki Nama Indonesia

Penggunaan istilah Melayu (Malay, Malayu, Malayan) beradu dengan istilah Indo (Indian, Hindia, In... more Penggunaan istilah Melayu (Malay, Malayu, Malayan) beradu dengan istilah Indo (Indian, Hindia, Indies).

Research paper thumbnail of Nyanyi Bisu Bahasa Melayu

Research paper thumbnail of Toleransi dan Perkauman - Keberagaman dalam Perspektif Agama-Agama dan Etnis-Etnis

Research paper thumbnail of Melihat Mata Anis Matta

Di satu hari di ujung November, seorang pemuda berdiri di sebuah podium. Dia mengenakan jas tak b... more Di satu hari di ujung November, seorang pemuda berdiri di sebuah podium. Dia mengenakan jas tak berkancing dengan kemeja putih di dalamnya. Nada bicaranya tenang, tak meledak-ledak. Sorot matanya tajam. Mata itu milik seorang Anis Matta.

Research paper thumbnail of Politik (dalam) Identitas

Research paper thumbnail of Sabda dari persemayaman (novel)

Research paper thumbnail of Matinya rating televisi - Ilusi Sebuah Netralitas

... Page 2. Page 3. Matinya Rating Televisi Page 4. I Page 5. MA TIN YA RATING TELEVISI E rica L.... more ... Page 2. Page 3. Matinya Rating Televisi Page 4. I Page 5. MA TIN YA RATING TELEVISI E rica L. Panjaitan TM. Dhani Iqbal Yayasan Obor Indonesia Jakarta 2006 Page 6. Matinya Rating Televisi/Erica L. Panjaitan, TM. Dhani Iqbal, ; ed.l - Jakarta,. ...

Research paper thumbnail of Prahara Metodis

Research paper thumbnail of Mengoyak Persebatian Utsmaniyah-Aceh

Research paper thumbnail of Nama Bahasa yang Memecah Belah

bertanya ini pada 2012, di Siren, tetangga negeri Sumbawa. Dan jawabannya seratus persen sama. Se... more bertanya ini pada 2012, di Siren, tetangga negeri Sumbawa. Dan jawabannya seratus persen sama. Seketika nampaklah ada dua kepribadian di tubuh masing--masing mereka. Tapi, apa yang terjadi sebetulnya? Di masa yang belum begitu jauh, bahasa ini adalah bahasa orang Islam di Asia Tenggara. Ia menjadi bahasa segala macam doa, pun menjadi pengantar untuk mencapai tangga pemahaman keilahian melalui berbagai kiasan dan metafora. Macam--macam kitab Islam pun diterjemahkan ke bahasa ini, juga Injil. Bahkan, aksara Arab/Hijaiyah dimodifikasi untuk dapat menampung ekspresi bahasa ini, serta untuk maksud tertentu. Tak hanya penerjemahan, penulisan kitab--kitab Islam, juga kesusasteraan, kesehatan, perbintangan, dll, juga bermunculan secara mendadak, massif, dan merata di seluruh wilayah dengan bahasa yang sama. Akan tetapi, ada yang mengatakan bahwa penyebaran bahasa ini bermula sejak di zaman Buddha. Tapi ini tak begitu kuat agaknya. Pertama, betapapun monumen--monumen berupa candinya ada di mana--mana, namun tak dapat diketahui apa keyakinan yang dianut masyarakat di zaman itu. Ia diasumsikan sebagai keyakinan yang pusarannya hanya ada di balik tembok istana. Karena tapaknya tak berbekas hari ini, yang dapat disebut tak mengakar, ada pendapat bahwa petinggi--petinggi istana Buddha itu bukanlah bumiputera, tetapi para perantau belaka dari India. Kedua, jika zaman Buddha ada penyebaran bahasa, tentulah ia bukan bahasa Melayu, tetapi India (Sansekerta). Tapi, seperti nasib keyakinannya, tapak bahasa ini juga tidak mengakar di wilayah pangkal penyebarannya. Hal--hal macam demikian membuat penyebaran bahasa ini tak bisa dipandang bermula pada masa pra--Islam. Adanya bahasa yang sama, dengan variasi aksen masing--masing, yang dipicu dari aksara yang tak berharakat, tak pelak menciptakan kondisi persatuan muslim di seluruh Asia Tenggara

Research paper thumbnail of Susur Galur Majalah Islam, dari Paris hingga Padang

Pertautan majalah Al-Munir di Padang kepada majalah Al-Urwatul Wutsqa di Paris diperoleh secara b... more Pertautan majalah Al-Munir di Padang kepada majalah Al-Urwatul Wutsqa di Paris diperoleh secara berturut-turut melalui majalah Al-Imam di Singapura dan majalah Al-Munir di Mesir. Namun, pada 15 Rabiul Awwal 1333 H/31 Januari 1915, Al-Munir berhenti terbit.

Research paper thumbnail of Selayang Pandang Pertautan Bahasa Melayu, Bahasa Inggris, dan Lainnya

Jika bahasa Arab dapat berdetak di jantung bahasa Melayu karena worldview spiritual Islam, maka k... more Jika bahasa Arab dapat berdetak di jantung bahasa Melayu karena worldview spiritual Islam, maka kali ini denyut nadi bahasa Melayu sedang dipacu dengan kehadiran bahasa Inggris melalui sistem bernegara gaya baru dan teknologi sebagai jarum suntiknya.

Research paper thumbnail of Menyoal 'Adat adalah Adat, Agama adalah Agama'

Menyoal 'Adat adalah Adat, Agama adalah Agama' Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia,... more Menyoal 'Adat adalah Adat, Agama adalah Agama' Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Wiendu Nuryanti, pernah meminta supaya Malaysia tahu diri karena telah memajang gambar identitas Dayak di stannya pada pameran buku Frankfurt, Jerman, Oktober 2014. Katanya, "Orang yang melihat mungkin ketawa, 'lho itu kan punya Indonesia'". Lalu, Joko Widodo, saat menjadi calon presiden, menguraikan alasan penentuan Papua sebagai tempat pertama dalam kampanye Pemilihan Presiden pada Juni 2014. Katanya, "Kenapa pertama kampanye di sini? Karena saya tahu matahari selalu terbit dari timur, terbit dari Papua". Tapi Joko bukanlah orang pertama yang mengatakan matahari terbit di Papua. Pemikiran bahwa entitas Dayak adalah asli dan hanya ada di Indonesia, juga matahari yang terbit di Papua, tentu saja tak perlu lagi diulas kebenarannya. Meski diucapkan oleh orang dan waktu berbeda, sesungguhnya keduanya hanyalah dua aliran sungai dari hulu yang sama. Hulu itu adalah model pendidikan yang dibangun oleh pemerintah pusat Indonesia dan menciptakan satu cara berpikir yang khas. Model pendidikan itu adalah menempatkan sejarah dan kebudayaan sesuai batas--batas administrasi hari ini (kemudian hari). Ia adalah pendidikan yang menutup wilayah Indonesia dari segala macam persinggungannya dengan dunia luar. Perlakuan terhadap narasi kebudayaan dan sejarah ini menunjukkan bahwa Indonesia telah melakukan isolasi kesadaran terhadap warganya dari dunia. Upaya menghapus peran yang--lain, karena ingin menampakkan diri sebagai entitas yang lain-sendiri di dunia, adalah tindakan isolasi terhadap cara berpikir warganya. Dampaknya baru terasa di kemudian hari, seperti silang sengketa kebudayaan yang menggelikan itu, yang menyeruak sejak periode 2000--an, antara Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, atau Thailand. Tindakan pengisolasian itu nampak di banyak hal. Sebut saja soal pembentukan Negara Republik Indonesia (NRI) yang meminggirkan peran Jepang dalam konteks Perang Dunia II atau pelupaan atas Konferensi Inter Indonesia (KII 1 dan 2), juga Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949, yang melibatkan dunia. Upaya pelupaan saling silang politik dan kebudayaan juga nampak pada kaburnya duduk perkara tentang, misalnya, bagaimana proses Indiaisasi/Hinduisasi atau proses pengubahan/klaim atas nama sebuah bahasa berdasarkan wilayah dimana Belanda pernah ada. Yang tak kalah unik barangkali adalah upaya menukar proses Islamisasi secara kultural dan fisik/administrasi, termasuk menimpa "kerja keras" Kerajaan Belanda, Inggris, Spanyol, dan Jepang, dengan Kerajaan Hindu Majapahit sebagai entitas pemersatu. Seturut dalam penghilangan Islamisasi itu adalah peran Kekhalifahan Turki serta panji--panji bulan bintang yang digunakan oleh banyak entitas politik dan kebudayaan secara luas dan nyaris merata di Asia Tenggara. Pengenyampingan atas macam--macam penanda tersebut, secara otomatis, membuat wawasan atas diaspora manusia dan (politik) kebudayaannya turut melenyap. Hanya karena ingin menjunjung prinsip "lain--sendiri", bumi rupanya tak hendak lagi dipijak. Semua yang

Research paper thumbnail of Menapaki Nama Indonesia

Penggunaan istilah Melayu (Malay, Malayu, Malayan) beradu dengan istilah Indo (Indian, Hindia, In... more Penggunaan istilah Melayu (Malay, Malayu, Malayan) beradu dengan istilah Indo (Indian, Hindia, Indies).

Research paper thumbnail of Nyanyi Bisu Bahasa Melayu

Research paper thumbnail of Toleransi dan Perkauman - Keberagaman dalam Perspektif Agama-Agama dan Etnis-Etnis

Research paper thumbnail of Melihat Mata Anis Matta

Di satu hari di ujung November, seorang pemuda berdiri di sebuah podium. Dia mengenakan jas tak b... more Di satu hari di ujung November, seorang pemuda berdiri di sebuah podium. Dia mengenakan jas tak berkancing dengan kemeja putih di dalamnya. Nada bicaranya tenang, tak meledak-ledak. Sorot matanya tajam. Mata itu milik seorang Anis Matta.

Research paper thumbnail of Politik (dalam) Identitas

Research paper thumbnail of Sabda dari persemayaman (novel)

Research paper thumbnail of Matinya rating televisi - Ilusi Sebuah Netralitas

... Page 2. Page 3. Matinya Rating Televisi Page 4. I Page 5. MA TIN YA RATING TELEVISI E rica L.... more ... Page 2. Page 3. Matinya Rating Televisi Page 4. I Page 5. MA TIN YA RATING TELEVISI E rica L. Panjaitan TM. Dhani Iqbal Yayasan Obor Indonesia Jakarta 2006 Page 6. Matinya Rating Televisi/Erica L. Panjaitan, TM. Dhani Iqbal, ; ed.l - Jakarta,. ...

Research paper thumbnail of Prahara Metodis