agus setiyawan - Academia.edu (original) (raw)
Papers by agus setiyawan
ABSTRAK Bitung merupakan salah satu sentra pendaratan untuk perikanan huhate. Perikanan huhate be... more ABSTRAK Bitung merupakan salah satu sentra pendaratan untuk perikanan huhate. Perikanan huhate bergantung terhadap ketersediaan umpan ikan hidup dan beberapa faktor teknis. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor yang paling berpengaruh terhadap hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) ikan cakalang (Katsuwonus pelamis-SKJ). Pengambilan data primer dilaksanakan di atas kapal huhate dari Januari – Mei 2013 yang berbasis di Pelabuhan Perikanan Bitung – Sulawesi Utara. Data logbook kapal serta data harian kapal diperoleh pada saat melakukan pemancingan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis Generalized Linear Models (GLM), uji korelasi dan regresi sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat faktor signifikan berpengaruh terhadap nilai CPUE cakalang (SKJ). Faktor pertama adalah jenis umpan hidup yang digunakan berpengaruh secara signifikan terhadap CPUE SKJ (P< 0,01). Jenis umpan hidup yang berpengaruh signifikan adalah jenis ikan layang dicampur dengan puri merah. Ketiga faktor lainya yaitu suhu permukaan laut (SPL), jumlah pemancing dan daerah penangkapan mempengaruhi CPUE SKJ dengan nilai P < 0.05. ABSTRACT Bitung is one of the main landing sites for pole and line fishing vessels. The pole and line fisheries depend on the availability of live fish bait and some technical factors. Objective of this study is to assess several factors that may influence catch per unit effort (CPUE) of skipjack (Katsuwonus pelamis – SKJ). Logbook data and record of daily vessel activities during fishing from January – May 2013 were used in the analysis. The data were analyzed using generalized linear model (GLM), correlation and regression. The results showed that type of live bait was significantly affect the SKJ CPUE (P<0.01). Round scad (Decapterus spp) mixed with anchovy (Stelophorus spp) were giving higher SKJ CPUE as live bait. In addition, sea surface temperature, number of fishers, and fishing location also affect the SKJ CPUE with P <0.05.
Skipjack fishing activity in Prigi waters mostly used purse seine and troll line. The aims of the... more Skipjack fishing activity in Prigi waters mostly used purse seine and troll line. The aims of the research was to determinate the utilization rate of skipjack. Catch per Unit Effort (CPUE), Maximun Sustainable Yield (MSY), and IMP were calculated from primary data of ship log book and secondary data were the statistic report of PPN Prigi from year 2000 -2011. The research was conducted frm Februari to Nopember 2013. The result showed that fishing season occurred on June to July and from September to November, where the peak season at September with Effort value (EMSY) was 245 trip/year and number of catch sustainable (hMSY) was 1.219 ton/year. The highest Estimation of Utilization rate (196.98%) was occurred on 2002, while the lowest (73.54%) was recorded on 2011. In addition the average value was 106% indicate the overfishing, therefore it is crucial to plan the sustainable fisheries management in relation to protect the skipjack fishery in Prigi waters.
Alat tangkap huhate merupakan salah satu alat tangkap yang ramah lingkungan dimana hasil tangkapa... more Alat tangkap huhate merupakan salah satu alat tangkap yang ramah lingkungan dimana hasil
tangkapan yang bisa dikatakan selektif. Salah satu hasil tangkapan alat huhate adalah
cakalang. Cakalang adalah ikan yang termasuk dalam species like tuna dan memiliki syarat
tertentu akan suhu, kedalaman serta salinitas, maka perlu dilakukan suatu kajian terhadap
distribusi ikan yang berdasarkan suhu permukaan laut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menunjukkan pola distribusi ikan cakalang menurut suhu permukaan laut atau Sea Surface
Temperate (SST) dengan ukuran panjang ikan yang tertangkap. Metode penelitiannya adalah
berupa data primer diambil dari bulan Januari – Mei 2013 di Kapal Huhate. Data yang diambil
berupa Suhu permukaan laut dan Ukuran Panjang Ikan pada setiap pemancingan.
Pengukuran terhadap panjang dan berat ikan dilakukan secara acak pada setiap
pemancingan. Data sekunder yang dambil berupa wawancara dengan nelayan dan studi
literatur terhadap penelitian yang terkait. Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah alat tangkap
huhate yang ada di bitung adalah sebesar 1,98 % dari total jenis alat tangkap. Kapal huhate
di bitung didominasi pada ukuran antara 61-100 GT. Distribusi terhadap suhu permukaan laut
pada daerah tangkapan di Utara Bitung atau Samudera Pasifik berkisar antara 28,60° celcius
sedangakan distribusi terhadap suhu permukaan laut untuk daerah tangkapan di Selatan
Bitung atau Sekitar Laut Banda berkisar antara 28,67°celcius. Aspek bilogi terhadap nilai Lc
(length at first capture) adalah sebesar 43,36 cmFL, dimana nilai Lc > Lm, maka dapat
dikatakan bahwa alat tangkap huhate merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan karena
hasil tangkapan yang selektif.
Alat tangkap huhate merupakan salah satu alat tangkap yang ramah lingkungan dimana hasil tangkapa... more Alat tangkap huhate merupakan salah satu alat tangkap yang ramah lingkungan dimana hasil
tangkapan yang bisa dikatakan selektif. Salah satu hasil tangkapan alat huhate adalah
cakalang. Cakalang adalah ikan yang termasuk dalam species like tuna dan memiliki syarat
tertentu akan suhu, kedalaman serta salinitas, maka perlu dilakukan suatu kajian terhadap
distribusi ikan yang berdasarkan suhu permukaan laut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menunjukkan pola distribusi ikan cakalang menurut suhu permukaan laut atau Sea Surface
Temperate (SST) dengan ukuran panjang ikan yang tertangkap. Metode penelitiannya adalah
berupa data primer diambil dari bulan Januari – Mei 2013 di Kapal Huhate. Data yang diambil
berupa Suhu permukaan laut dan Ukuran Panjang Ikan pada setiap pemancingan.
Pengukuran terhadap panjang dan berat ikan dilakukan secara acak pada setiap
pemancingan. Data sekunder yang dambil berupa wawancara dengan nelayan dan studi
literatur terhadap penelitian yang terkait. Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah alat tangkap
huhate yang ada di bitung adalah sebesar 1,98 % dari total jenis alat tangkap. Kapal huhate
di bitung didominasi pada ukuran antara 61-100 GT. Distribusi terhadap suhu permukaan laut
pada daerah tangkapan di Utara Bitung atau Samudera Pasifik berkisar antara 28,60° celcius
sedangakan distribusi terhadap suhu permukaan laut untuk daerah tangkapan di Selatan
Bitung atau Sekitar Laut Banda berkisar antara 28,67°celcius. Aspek bilogi terhadap nilai Lc
(length at first capture) adalah sebesar 43,36 cmFL, dimana nilai Lc > Lm, maka dapat
dikatakan bahwa alat tangkap huhate merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan karena
hasil tangkapan yang selektif.
Abstract—Flying fises egg is highly economic commodity and it has good market. Potential producti... more Abstract—Flying fises egg is highly economic commodity and it has good market. Potential production of flying fishes egg in Fak fak Regency is high (is about 500 ton per season). However in the last several years the production showed decreased. The aim of this paper were to obtain catch production of flying fish egg and type of fishing gear used by fisher in Fak fak waters. Data catch of flying fish egg collected between 2012-2013 in PPI Dulan Pok Pok . Results showed that production of flying fish di Fak fak waters during 2005-2012 was increased in 2009 and then decreased until 2012. The flying fish egg was caught during June-December. The number of flying fish egg catch was fluctuated. The high production was happened in July and September 2012 (2,89 ton and 1.96 ton), July (6.88 ton) and September 2013 ( 11.35 ton). The highest CPUE was in October 2012 while the lowest CPUE was reported in November 2013.Fishing operation to collect flyingfishes egg use raft drifting FADs
Research Center for Fisheries Management and Conservation, Dec 1, 2014
This paper aims to develop cost-effective approach regarding the estimation unreported annual cat... more This paper aims to develop cost-effective approach regarding the estimation unreported annual catch data of lift-net fishery using Google Earth imagery. Lift net fishery is one of the main fishing activities of coastal community in Kwandang Bay, it has been faced problem of uncertain fisheries status due to limited recorded data. Combination of a Monte Carlo procedure was applied by involving couple of assumptions on parameters such as estimate growth rate of the total number of lift-net per years (10%), day at sea per unit per month (21 days) and operated lift-net per month (50% and 80%). The results showed that 101 units of lift-nets were found around Kwandang waters based on Google Earth imagery recorded in October, 7th 2010, and this were used as a benchmark of calculation. This prediction was 28 units higher than official data from North Gorontalo District of Marine Affairs and Fisheries Services (DKP Gorontalo Utara). Compared with capture fisheries statistics issued by Kwandang CFP, the estimated lift-net catches based on two-scenarios represent additional catches of 46 % and 86 %. These results suggested and could be used as a correction index to improve the reliability of Kwandang District officially reported fisheries statistics as a baseline to develop a local common fisheries policy.
Paus merupakan mamalia langka yang dilindungi dan CITIES telah memasukkan kedalam Apendik II seda... more Paus merupakan mamalia langka yang dilindungi dan CITIES telah memasukkan kedalam Apendik II sedangkan di Indonesia termasuk dalam hewan yang dilindungi tercantum dalam PP No.7 Tahun 1999. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis paus yang tertangkap dan kearifan lokal setempat terkait dengan perburuan paus. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret Tahun 2012 di desa Lamalera Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Motode pengambilan data dilakukan secara kualitatif dengan wawancara nelayan setempat serta Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Lembata. Observasi lapangan dilakukan dengan cara melihat kondisi lingkungan sekitar dengan pengamatan visual. Hasilnya menunjukkan bahwa species ikan paus yang sering tertangkap adalah jenis paus Kotoklema (Sperm Whale/Physeter macrocephalus). Penangkapan paus didahului dengan cara melaksanakan upacara adat. Kapal/pledang yang digunakan berbahan kayu dengan konstruksi memanjang di bagian haluan, alat tangkap berupa tombak kayu yang di pasang dengan pisau (tempuling). Proses penangkapan ikan paus dengan cara finding (mencari) ikan yang sedang beruaya. Ikan paus yang didapatkan memiliki kisaran panjang antara 18 – 19 meter dengan frekuensi tangkap selama satu tahun sebanyak 20 – 25 ekor/tahun, pendugaan terhadap musim penangkapan terjadi pada Mei – Nopember. Ikan paus merupakan salah satu tradisi mata pencaharian sebagai proses barter oleh suku lamalera
Perikanan pelagis besar merupakan salah satu domain dalam pengelolaan perikanan, dimana di dalamn... more Perikanan pelagis besar merupakan salah satu domain dalam pengelolaan perikanan, dimana di dalamnya terdapat beberapa jenis ikan tuna yang menjadi jenis ikan dengan nilai jual tinggi. Salah satu tempat pendaratan ikan pelagis besar yang ada di WPP NRI 572 adalah di Prigi. Sebagian besar alat tangkap dominan adalah pukat cincin dan pancing ulur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perikanan pelagis besar dan distribusi hasil olahan khususnya pada hasil pendaratan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Nopember 2012 di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi, Jawa Timur. Metode pengambilan data dengan cara wawancara terhadap nelayan serta data statistik dari tahun 2002 sampai dengan 2008 yang diperoleh dari Syahbandar PPN Prigi serta studi literatur terkait dengan pokok bahasan. Hasilnya menunjukkan bahwa komposisi tangkapan ikan pelagis besar adalah Tongkol (73,92%), Cakalang (15,39%), Tuna Mata Besar (5,71%), Tengiri (3,11%), Cucut (1,1%), Layaran (0,47%), Lemadang (0,17%) dan Setuhuk (0,01%). Pendugaan terhadap musim penangkapan ikan pelagis besar yang terjadi di perairan Prigi adalah pada bulan September – Nopember. Alat tangkap yang mendominasi untuk penangkapan ikan pelagis besar adalah pancing ulur (66,52%), pancing prawe (14,65%), pukat cincin ( 11,30%), pancing tonda (3,02%), Payang (2,38%), dan gill net (2,13%). Distribusi terbagi dalam dua jenis yaitu distribusi dalam bentuk segar dan olahan. Daerah distribusi paling besar adalah Provinsi Surabaya, dan Kabupaten Tulunggagung
Koordinatorat Kelautan dan Perikanan , Universitas Syah Kuala Aceh, Aug 1, 2013
Kegiatan penangkapan ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Prigi Jawa Timur, daerah pena... more Kegiatan penangkapan ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Prigi Jawa Timur, daerah penangkapan WPP 573,sebagian besar menggunakan alat tangkap pukat cincin dan pancing tonda.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan hasil tangkapan per upaya penangkapan dan pola musim yang terjadi di Perairan Prigi khususnya pada perikanan cakalang yang menjadi komoditi utama hasil pelagis besar. Nilai Catch per Unit Effort (CPUE)dan Indeks Musim Penangkapan didapatkan dari data primer dari data trip kapal di syahbandar dan data sekunder berupa data statistik Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi dari tahun 2000 – 2011 yang dilakukan analisis dengan menggunakan regresi sederhana dan menggunakan microsoft excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai CPUE tertinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar 27,9 ton/tahun serta terendah pada tahun 2001 sebesar 0,5 ton/tahun dengan pola musim yaitu hasil tangkapan tinggi/musim tangkapterjadi pada bulan Juni – Juli dan September – Nopember, musim puncak penangkapan terjadi pada bulan September sedangkan musim paceklik terjadi pada bulan Januari – Mei , Agustus dan Desember
ABSTRAK Bitung merupakan salah satu sentra pendaratan untuk perikanan huhate. Perikanan huhate be... more ABSTRAK Bitung merupakan salah satu sentra pendaratan untuk perikanan huhate. Perikanan huhate bergantung terhadap ketersediaan umpan ikan hidup dan beberapa faktor teknis. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor yang paling berpengaruh terhadap hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) ikan cakalang (Katsuwonus pelamis-SKJ). Pengambilan data primer dilaksanakan di atas kapal huhate dari Januari – Mei 2013 yang berbasis di Pelabuhan Perikanan Bitung – Sulawesi Utara. Data logbook kapal serta data harian kapal diperoleh pada saat melakukan pemancingan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis Generalized Linear Models (GLM), uji korelasi dan regresi sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat faktor signifikan berpengaruh terhadap nilai CPUE cakalang (SKJ). Faktor pertama adalah jenis umpan hidup yang digunakan berpengaruh secara signifikan terhadap CPUE SKJ (P< 0,01). Jenis umpan hidup yang berpengaruh signifikan adalah jenis ikan layang dicampur dengan puri merah. Ketiga faktor lainya yaitu suhu permukaan laut (SPL), jumlah pemancing dan daerah penangkapan mempengaruhi CPUE SKJ dengan nilai P < 0.05. ABSTRACT Bitung is one of the main landing sites for pole and line fishing vessels. The pole and line fisheries depend on the availability of live fish bait and some technical factors. Objective of this study is to assess several factors that may influence catch per unit effort (CPUE) of skipjack (Katsuwonus pelamis – SKJ). Logbook data and record of daily vessel activities during fishing from January – May 2013 were used in the analysis. The data were analyzed using generalized linear model (GLM), correlation and regression. The results showed that type of live bait was significantly affect the SKJ CPUE (P<0.01). Round scad (Decapterus spp) mixed with anchovy (Stelophorus spp) were giving higher SKJ CPUE as live bait. In addition, sea surface temperature, number of fishers, and fishing location also affect the SKJ CPUE with P <0.05.
Skipjack fishing activity in Prigi waters mostly used purse seine and troll line. The aims of the... more Skipjack fishing activity in Prigi waters mostly used purse seine and troll line. The aims of the research was to determinate the utilization rate of skipjack. Catch per Unit Effort (CPUE), Maximun Sustainable Yield (MSY), and IMP were calculated from primary data of ship log book and secondary data were the statistic report of PPN Prigi from year 2000 -2011. The research was conducted frm Februari to Nopember 2013. The result showed that fishing season occurred on June to July and from September to November, where the peak season at September with Effort value (EMSY) was 245 trip/year and number of catch sustainable (hMSY) was 1.219 ton/year. The highest Estimation of Utilization rate (196.98%) was occurred on 2002, while the lowest (73.54%) was recorded on 2011. In addition the average value was 106% indicate the overfishing, therefore it is crucial to plan the sustainable fisheries management in relation to protect the skipjack fishery in Prigi waters.
Alat tangkap huhate merupakan salah satu alat tangkap yang ramah lingkungan dimana hasil tangkapa... more Alat tangkap huhate merupakan salah satu alat tangkap yang ramah lingkungan dimana hasil
tangkapan yang bisa dikatakan selektif. Salah satu hasil tangkapan alat huhate adalah
cakalang. Cakalang adalah ikan yang termasuk dalam species like tuna dan memiliki syarat
tertentu akan suhu, kedalaman serta salinitas, maka perlu dilakukan suatu kajian terhadap
distribusi ikan yang berdasarkan suhu permukaan laut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menunjukkan pola distribusi ikan cakalang menurut suhu permukaan laut atau Sea Surface
Temperate (SST) dengan ukuran panjang ikan yang tertangkap. Metode penelitiannya adalah
berupa data primer diambil dari bulan Januari – Mei 2013 di Kapal Huhate. Data yang diambil
berupa Suhu permukaan laut dan Ukuran Panjang Ikan pada setiap pemancingan.
Pengukuran terhadap panjang dan berat ikan dilakukan secara acak pada setiap
pemancingan. Data sekunder yang dambil berupa wawancara dengan nelayan dan studi
literatur terhadap penelitian yang terkait. Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah alat tangkap
huhate yang ada di bitung adalah sebesar 1,98 % dari total jenis alat tangkap. Kapal huhate
di bitung didominasi pada ukuran antara 61-100 GT. Distribusi terhadap suhu permukaan laut
pada daerah tangkapan di Utara Bitung atau Samudera Pasifik berkisar antara 28,60° celcius
sedangakan distribusi terhadap suhu permukaan laut untuk daerah tangkapan di Selatan
Bitung atau Sekitar Laut Banda berkisar antara 28,67°celcius. Aspek bilogi terhadap nilai Lc
(length at first capture) adalah sebesar 43,36 cmFL, dimana nilai Lc > Lm, maka dapat
dikatakan bahwa alat tangkap huhate merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan karena
hasil tangkapan yang selektif.
Alat tangkap huhate merupakan salah satu alat tangkap yang ramah lingkungan dimana hasil tangkapa... more Alat tangkap huhate merupakan salah satu alat tangkap yang ramah lingkungan dimana hasil
tangkapan yang bisa dikatakan selektif. Salah satu hasil tangkapan alat huhate adalah
cakalang. Cakalang adalah ikan yang termasuk dalam species like tuna dan memiliki syarat
tertentu akan suhu, kedalaman serta salinitas, maka perlu dilakukan suatu kajian terhadap
distribusi ikan yang berdasarkan suhu permukaan laut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menunjukkan pola distribusi ikan cakalang menurut suhu permukaan laut atau Sea Surface
Temperate (SST) dengan ukuran panjang ikan yang tertangkap. Metode penelitiannya adalah
berupa data primer diambil dari bulan Januari – Mei 2013 di Kapal Huhate. Data yang diambil
berupa Suhu permukaan laut dan Ukuran Panjang Ikan pada setiap pemancingan.
Pengukuran terhadap panjang dan berat ikan dilakukan secara acak pada setiap
pemancingan. Data sekunder yang dambil berupa wawancara dengan nelayan dan studi
literatur terhadap penelitian yang terkait. Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah alat tangkap
huhate yang ada di bitung adalah sebesar 1,98 % dari total jenis alat tangkap. Kapal huhate
di bitung didominasi pada ukuran antara 61-100 GT. Distribusi terhadap suhu permukaan laut
pada daerah tangkapan di Utara Bitung atau Samudera Pasifik berkisar antara 28,60° celcius
sedangakan distribusi terhadap suhu permukaan laut untuk daerah tangkapan di Selatan
Bitung atau Sekitar Laut Banda berkisar antara 28,67°celcius. Aspek bilogi terhadap nilai Lc
(length at first capture) adalah sebesar 43,36 cmFL, dimana nilai Lc > Lm, maka dapat
dikatakan bahwa alat tangkap huhate merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan karena
hasil tangkapan yang selektif.
Abstract—Flying fises egg is highly economic commodity and it has good market. Potential producti... more Abstract—Flying fises egg is highly economic commodity and it has good market. Potential production of flying fishes egg in Fak fak Regency is high (is about 500 ton per season). However in the last several years the production showed decreased. The aim of this paper were to obtain catch production of flying fish egg and type of fishing gear used by fisher in Fak fak waters. Data catch of flying fish egg collected between 2012-2013 in PPI Dulan Pok Pok . Results showed that production of flying fish di Fak fak waters during 2005-2012 was increased in 2009 and then decreased until 2012. The flying fish egg was caught during June-December. The number of flying fish egg catch was fluctuated. The high production was happened in July and September 2012 (2,89 ton and 1.96 ton), July (6.88 ton) and September 2013 ( 11.35 ton). The highest CPUE was in October 2012 while the lowest CPUE was reported in November 2013.Fishing operation to collect flyingfishes egg use raft drifting FADs
Research Center for Fisheries Management and Conservation, Dec 1, 2014
This paper aims to develop cost-effective approach regarding the estimation unreported annual cat... more This paper aims to develop cost-effective approach regarding the estimation unreported annual catch data of lift-net fishery using Google Earth imagery. Lift net fishery is one of the main fishing activities of coastal community in Kwandang Bay, it has been faced problem of uncertain fisheries status due to limited recorded data. Combination of a Monte Carlo procedure was applied by involving couple of assumptions on parameters such as estimate growth rate of the total number of lift-net per years (10%), day at sea per unit per month (21 days) and operated lift-net per month (50% and 80%). The results showed that 101 units of lift-nets were found around Kwandang waters based on Google Earth imagery recorded in October, 7th 2010, and this were used as a benchmark of calculation. This prediction was 28 units higher than official data from North Gorontalo District of Marine Affairs and Fisheries Services (DKP Gorontalo Utara). Compared with capture fisheries statistics issued by Kwandang CFP, the estimated lift-net catches based on two-scenarios represent additional catches of 46 % and 86 %. These results suggested and could be used as a correction index to improve the reliability of Kwandang District officially reported fisheries statistics as a baseline to develop a local common fisheries policy.
Paus merupakan mamalia langka yang dilindungi dan CITIES telah memasukkan kedalam Apendik II seda... more Paus merupakan mamalia langka yang dilindungi dan CITIES telah memasukkan kedalam Apendik II sedangkan di Indonesia termasuk dalam hewan yang dilindungi tercantum dalam PP No.7 Tahun 1999. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis paus yang tertangkap dan kearifan lokal setempat terkait dengan perburuan paus. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret Tahun 2012 di desa Lamalera Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Motode pengambilan data dilakukan secara kualitatif dengan wawancara nelayan setempat serta Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Lembata. Observasi lapangan dilakukan dengan cara melihat kondisi lingkungan sekitar dengan pengamatan visual. Hasilnya menunjukkan bahwa species ikan paus yang sering tertangkap adalah jenis paus Kotoklema (Sperm Whale/Physeter macrocephalus). Penangkapan paus didahului dengan cara melaksanakan upacara adat. Kapal/pledang yang digunakan berbahan kayu dengan konstruksi memanjang di bagian haluan, alat tangkap berupa tombak kayu yang di pasang dengan pisau (tempuling). Proses penangkapan ikan paus dengan cara finding (mencari) ikan yang sedang beruaya. Ikan paus yang didapatkan memiliki kisaran panjang antara 18 – 19 meter dengan frekuensi tangkap selama satu tahun sebanyak 20 – 25 ekor/tahun, pendugaan terhadap musim penangkapan terjadi pada Mei – Nopember. Ikan paus merupakan salah satu tradisi mata pencaharian sebagai proses barter oleh suku lamalera
Perikanan pelagis besar merupakan salah satu domain dalam pengelolaan perikanan, dimana di dalamn... more Perikanan pelagis besar merupakan salah satu domain dalam pengelolaan perikanan, dimana di dalamnya terdapat beberapa jenis ikan tuna yang menjadi jenis ikan dengan nilai jual tinggi. Salah satu tempat pendaratan ikan pelagis besar yang ada di WPP NRI 572 adalah di Prigi. Sebagian besar alat tangkap dominan adalah pukat cincin dan pancing ulur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perikanan pelagis besar dan distribusi hasil olahan khususnya pada hasil pendaratan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Nopember 2012 di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi, Jawa Timur. Metode pengambilan data dengan cara wawancara terhadap nelayan serta data statistik dari tahun 2002 sampai dengan 2008 yang diperoleh dari Syahbandar PPN Prigi serta studi literatur terkait dengan pokok bahasan. Hasilnya menunjukkan bahwa komposisi tangkapan ikan pelagis besar adalah Tongkol (73,92%), Cakalang (15,39%), Tuna Mata Besar (5,71%), Tengiri (3,11%), Cucut (1,1%), Layaran (0,47%), Lemadang (0,17%) dan Setuhuk (0,01%). Pendugaan terhadap musim penangkapan ikan pelagis besar yang terjadi di perairan Prigi adalah pada bulan September – Nopember. Alat tangkap yang mendominasi untuk penangkapan ikan pelagis besar adalah pancing ulur (66,52%), pancing prawe (14,65%), pukat cincin ( 11,30%), pancing tonda (3,02%), Payang (2,38%), dan gill net (2,13%). Distribusi terbagi dalam dua jenis yaitu distribusi dalam bentuk segar dan olahan. Daerah distribusi paling besar adalah Provinsi Surabaya, dan Kabupaten Tulunggagung
Koordinatorat Kelautan dan Perikanan , Universitas Syah Kuala Aceh, Aug 1, 2013
Kegiatan penangkapan ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Prigi Jawa Timur, daerah pena... more Kegiatan penangkapan ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Prigi Jawa Timur, daerah penangkapan WPP 573,sebagian besar menggunakan alat tangkap pukat cincin dan pancing tonda.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan hasil tangkapan per upaya penangkapan dan pola musim yang terjadi di Perairan Prigi khususnya pada perikanan cakalang yang menjadi komoditi utama hasil pelagis besar. Nilai Catch per Unit Effort (CPUE)dan Indeks Musim Penangkapan didapatkan dari data primer dari data trip kapal di syahbandar dan data sekunder berupa data statistik Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi dari tahun 2000 – 2011 yang dilakukan analisis dengan menggunakan regresi sederhana dan menggunakan microsoft excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai CPUE tertinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar 27,9 ton/tahun serta terendah pada tahun 2001 sebesar 0,5 ton/tahun dengan pola musim yaitu hasil tangkapan tinggi/musim tangkapterjadi pada bulan Juni – Juli dan September – Nopember, musim puncak penangkapan terjadi pada bulan September sedangkan musim paceklik terjadi pada bulan Januari – Mei , Agustus dan Desember