Arifin Riadi | STKIP PGRI Banjarmasin (original) (raw)
Papers by Arifin Riadi
AIP Conference Proceedings, 2023
Palimbangan is one of eleven Banjar traditional houses in South Borneo which is devoted to religi... more Palimbangan is one of eleven Banjar traditional houses in South Borneo which is devoted to religious leaders, besides Rumah Bubungan Tinggi, Palimasan, Balai Laki, Balai Bini, Gajah Manyusu, Gajah Baliku, Joglo, Anjung Surung, Tadah Alas, and Lanting. The characteristic that distinguishes Palimbangan from other Banjar traditional houses is that
there is calligraphy engraved on the front of the house that located above the entrance and two windows on the left and right of the door. The importance of using Palimbangan as an ethnomathematics contexts is that we are not only learn about mathematics itself but also learn about the culture. Students can see relationship between mathematics and traditional house so they will know that mathematics are close to their environment. This qualitative research with ethnographic approach
was intended to describe the ethnomathematics in designing Palimbangan related to religious contents. The subjects of this
research were the owner of the house as an informant and researcher as a mathematician. The data collection methods used were observation and interview. Ethnomathematics emerged in the determination of the number of stairs, home fence art, and house floor height. During the process of determining the number of stairs and flower carvings, the concept of
multiplying and dividing emerged. During the process of designing fences and door, the concept of parallel line and angle emerged. During the process of determining the floor height due to its function, the concept of set emerged. The value of this result is that humans must be kind to others, kind to nature, and live according to the rules of religion. Humans must also believe that there is only one God and view their fellow human beings as equal.
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, 2016
Abstrak: Higher-order thinking skills (HOTS) merupakan keterampilan yang harus dimiliki siswa kar... more Abstrak: Higher-order thinking skills (HOTS) merupakan keterampilan yang harus dimiliki siswa karena permasalahan yang ada di kehidupan nyata (real life problems) bersifat kompleks, banyak variabel, dan mengharuskan untuk lebih dari sekedar menghafalkan fakta atau konsep. HOTS dalam penelitian ini mencakup creating, problem solving, evaluating, analysing, dan critical thinking. Berdasarkan temuan di SMP Negeri 1 Daha Utara dan SMP Negeri 2 Daha Utara menunjukkan bahwa HOTS siswa masih sangat rendah. Problem-based learning (PBL) adalah salah satu alternatif metode pembelajaran yang berbasis penemuan (inquiry) sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran lebih dominan dibandingkan dengan guru, sehingga diharap mampu meningkatkan HOTS siswa. Eksperimen semu dilakukan untuk mengetahui apakah PBL berdasarkan 5 fase dari Arends (2008) mampu meningkatkan HOTS siswa yang terdiri dari 5 keterampilan menurut Brookhart (2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PBL di kelas VIII pada kedua sekolah meningkat, dengan peningkatan maksimal pada keterampilan analysing.
Kata Kunci: higher-order thinking skills, problem-based learning, eksperimen semu
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, 2017
Abstrak: Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam peningkata... more Abstrak: Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam peningkatan kualitas pendidikan di era yang akan datang. Hal ini dapat diraih dengan senantiasa melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang dilakukan. Evaluasi dilakukan dengan mengenali kesalahan apa yang terjadi dan dialami oleh mahasiswa dalam menyelesaikan soal, khususnya soal UAS untuk mata kuliah Kalkulus Multivariabel. Kesalahan ini dibagi menjadi empat indikator, yaitu kesalahan konsep, kesalahan strategi, kesalahan prosedur, dan kesalahan dalam menentukan hasil akhir. Kesalahan mahasiswa diidentifikasi dengan memilih dua subjek penelitian yang didasarkan pada hasil UAS Kalkulus Multivariabel, yaitu terdiri atas subjek peringkat atas dan bawah. Teknik triangulasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi waktu, yaitu pemberian soal yang setara kepada calon subjek pada saat yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek peringkat atas mengalami kesalahan dalam hal strategi, menentukan hasil akhir, dan kesalahan konsep, sedangkan subjek peringkat bawah mengalami kesalahan dalam hal konsep, prosedur, dan strategi.
Kata Kunci: kesalahan mahasiswa, UAS, kalkulus multivariabel.
Lentera: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 2016
Pembelajaran matematika di kelas VII SMP Negeri 17 Banjarmasin hanya menggunakan metode pembelaja... more Pembelajaran matematika di kelas VII SMP Negeri 17 Banjarmasin hanya menggunakan metode pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VII tersebut berada di bawah kriteria ketuntasan minimum. Think-Pair-Share (TPS) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memotivasi siswa berpikir pada topik yang diberikan, sehingga memungkinkan mereka untuk memformulasikan gagasan-gagasan individu dan membagikan gagasan-gagasan tersebut dengan siswa lain, dan ini berimbas pada hasil belajar yang tinggi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu dengan populasi seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 17 Banjarmasin. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu memilih kelas VII E dan VII F sebagai sampel penelitian dengan pertimbangan tertentu yang selanjutnya dipilih kelas VII E sebagai kelas eksperimen dan kelas VII F sebagai kelas kontrol secara random. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan dokumentasi. Tes yang digunakan diuji validitasnya menggunakan rumus korelasi product moment dan reliabilitasnya menggunakan rumus KR-20. Teknik analisis data menggunakan uncorrelated data/independent sample t-test. Sebagai persyaratan analisis dilakukan uji normalitas dengan metode Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas dengan metode Levene. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diberi pengajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik daripada yang diberi pengajaran tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif.
Kata kunci: hasil belajar, model pembelajaran kooperatif tipe TPS
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, 2017
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pembelajaran matematika pada anak ber... more Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pembelajaran matematika pada anak berkebutuhan khusus di kelas inklusif SMPN 5 Banjarbaru. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru matematika, GPK dan siswa ABK. Sedangkan objek penelitian ini adalah proses pembelajaran matematika pada materi lingkaran. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini antara lain sebelum pembelajaran berlangsung, guru matematika telah menyiapkan RPP, silabus, media pembelajaran dan buku paket sebagai sumber belajar. GPK hanya bertugas menyiapkan media, sumber belajar dan siswa ABK slow learners itu sendiri. Dalam pelaksanaan pembelajaran Guru matematika menyiapkan siswa secara psikis dan fisik, memberitahukan materi yang akan dibahas dan mengajukan beberapa pertanyaan, serta menggunakan beragam pendekatan. Guru matematika memfasilitasi terjadinya interaksi di dalam kelas, serta selalu memantau dan membimbing ABK, kemudian bersama seluruh siswa membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran dan melakukan penilaian untuk seluruh siswa, serta memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. GPK bertugas menjelaskan kembali kepada siswa ABK slow learners tentang apa saja yang disampaikan guru matematika di depan kelas,serta bertugas menilai siswa ABK. Setelah pembelajaran berakhir Guru matematika dan GPK menyampaikan materi selanjutnya, rencana pembelajaran berikutnya dan memberikan tugas kepada siswa biasa dan siswa ABK.
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, 2018
Abstrak: Kurangnya penguasaan konsep matematika di temukan pada mahasiswa PGSD.khususnya pada mat... more Abstrak: Kurangnya penguasaan konsep matematika di temukan pada mahasiswa PGSD.khususnya pada materi operasi bilangan bulat. Hal ini merupakan masalah serius karena sebagai calon guru, mahasiswa PGSD tentu harus memiliki pemahaman yang benar terhadap suatu konsep. Salah satu penyebab kurangnya penguasaan konsep ini adalah karena konstruksi pengetahuan yang rapuh. Kesalahan konstruksi pengetahuan ini bisa berupa bepikir pseudo, yaitu pseudo salah dan pseudo benar. Pseudo benar terjadi apabila mahasiswa dapat menjawab suat masalah masalah dengan benar, tetapi penalarannya salah. Sebaliknya, pseudo salah terjadi ketika mahasiswa menjawab salah, namun sebanarnya penalarannya benar. Berpikir pseudo ini dikaji dengan menggunakan desain penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini yaitu 24 mahasiswa PGSD STKIP PGRI Banjarmasin pada semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar mahasiswa PGSD yang mengambil mata kuliah Kajian Matematika SD I mengalami berpikir pseudo pada materi operasi bilangan bulat. Dua puluh satu mahasiswa mengalami pseudo benar dan satu mahasiswa mengalami berpikir pseudo salah. Hasil ini menunjukkan bahwa mahasiswa PGSD mampu melakukan operasi bilangan bulat, namun tidak mampu mengkonstruksi konsep operasi bilangan bulat dengan baik karena proses yang dilakukan hanya bersifat prosedural. Kata Kunci: berpikir pseudo, operasi bilangan bulat Abstract: The lack of mastery of mathematical concepts is found in PGSD students, especially in integer matter. This is a serious problem because as a potential teacher, PGSD students must have a correct understanding of a concept. One reason for this lack of mastery of the concept is due to the fragile construction of knowledge. This knowledge construction error can be a pseudo bepikir, that is pseudo wrong and pseudo true. Pseudo is true when the student can answer a problem problem correctly, but the reasoning is wrong. On the contrary, pseudo is wrong when the student answers wrong, but the reasoning is correct. This pseudo-thinking is examined using qualitative research design. The subjects of this research are 24 students of PGSD STKIP PGRI Banjarmasin in the odd semester of academic year 2017/2018. The results showed that most of PGSD students who take the subjects of Mathematics Study of SD I had pseudo thinking on the matter of integer operation. Twenty-one students experienced true pseudo and one student experienced pseudo thinking wrong. These results indicate that PGSD students are able to perform integer operations, but are unable to construct the concept of integer operations well because the process is procedural. Cara sitasi: Rafiah, H., dkk. (2018). Berpikir pseudo mahasiswa PGSD pada operasi bilangan bulat. Math
Conference Presentations by Arifin Riadi
This study aims to determine the effect of number of common items on the item parameter estimates... more This study aims to determine the effect of number of common items on the item parameter estimates accuracy in fixed parameter calibration
methods on the assigned underlying ability distribution. This research is a simulation that was developed based on the item response theory with a three-parameter logistic model. There are the factors in simulation study: (1) three number of common items, namely 10, 20 and 30; and (2) three methods of calibration OWU-OEM (one prior weights updating and one expectation maximization cycle), OWU-MEM (one prior weights updating and multiple expectation-maximization cycles), and MWU-MEM (multiple weights updating and multiple expectation -maximization cycles), (3) 500 samples for target groups, and (4) the distribution for target group, normal ability distribution. Base group generated to get the parameters of common-items. Twenty-five replications were generated for each condition. The accuracy of method parameter estimation measured by RMSE and absolute-Bias. The research results showed that on normal distribution, the increase of the number of common-items have effect on the accuracy of item parameter estimates on the three fixed parameter calibration method. The small RMSE that obtained of item parameters estimates are not always followed by a small absolute biased. OWU-MEM method is the most accurate in estimating the parameters in the model with the number of common-items 30.
Prosiding SNPM: Seminar Nasional Pendidikan Matematika "Pembelajaran Matematika dalam Perspektif Kearifan Lokal", 2017
Kegiatan dalam penelitian ini diawali dengan penentuan sekolah yang akan menjadi tempat penelitia... more Kegiatan dalam penelitian ini diawali dengan penentuan sekolah yang akan menjadi tempat penelitian, yaitu SMP Negeri 17 Banjarmasin. Dari tiga jenjang kelas yang ada, dipilih kelas VIII sebagai populasi penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive samping, yaitu dengan memilih satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas dari hasil pretes. Selanjutnya dari dua kelas penelitian, dipilih secara acak kelas mana yang akan menggunakan metode pembelajaran PBL dan yang akan menggunakan direct learning. Setelah kegiatan pembelajaran selesai seperti yang dirancang, peneliti akan memberikan postes untuk mengetahui pembelajaran mana yang lebih baik ditinjaudari hasil belajar siswa menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. Skor HOTS siswa yang berupa data kuantitatif akan dikonversi menjadi data kualitatif berdasarkan pengkategorian yang ditentukan, lalu hasilnya dibandingkan dan dijelaskan secara deskriptif sebagai bagian dari penentuan kelas mana yang lebih baik.
Berdasarkan hasil validitas dan reliabilitas diperoleh 18 soal pilihan ganda dan 3 uraian yang valid dan reliabel. Soal tersebut kemudian digunakan ke seluruh siswa kelas VIII dan diperoleh kesimpulan bahwa data yang berdistribusi normal adalah siswa kelas VIII A, B, C, dan D. Dari uji t sampel berpasangan diperoleh bahwa pasangan kelas A, B, dan C yang homogen. Dari tiga kelas tersebut dipilih secara acak dan didapat bahwa pembelajaran kelas B menggunakan metode PBL dan kelas A
menggunakan pembelajaran langsung.
Dari hasil uji t sampel independen diperoleh bahwa PBL lebih baik secara signifikan daripada pembelajaran langsung. Kesimpulan ini ditinjau dari hasil belajar maupun kategori HOTS siswa SMP kelas VIII untuk kompetensi dasar memahami relasi dan fungsi, menentukan nilai fungsi, serta membuat sketsa grafik fungsi aljabar sederhana pada sistem koordinat Cartesius.
Kata kunci: problem-based learning, direct learning, HOTS
AIP Conference Proceedings, 2023
Palimbangan is one of eleven Banjar traditional houses in South Borneo which is devoted to religi... more Palimbangan is one of eleven Banjar traditional houses in South Borneo which is devoted to religious leaders, besides Rumah Bubungan Tinggi, Palimasan, Balai Laki, Balai Bini, Gajah Manyusu, Gajah Baliku, Joglo, Anjung Surung, Tadah Alas, and Lanting. The characteristic that distinguishes Palimbangan from other Banjar traditional houses is that
there is calligraphy engraved on the front of the house that located above the entrance and two windows on the left and right of the door. The importance of using Palimbangan as an ethnomathematics contexts is that we are not only learn about mathematics itself but also learn about the culture. Students can see relationship between mathematics and traditional house so they will know that mathematics are close to their environment. This qualitative research with ethnographic approach
was intended to describe the ethnomathematics in designing Palimbangan related to religious contents. The subjects of this
research were the owner of the house as an informant and researcher as a mathematician. The data collection methods used were observation and interview. Ethnomathematics emerged in the determination of the number of stairs, home fence art, and house floor height. During the process of determining the number of stairs and flower carvings, the concept of
multiplying and dividing emerged. During the process of designing fences and door, the concept of parallel line and angle emerged. During the process of determining the floor height due to its function, the concept of set emerged. The value of this result is that humans must be kind to others, kind to nature, and live according to the rules of religion. Humans must also believe that there is only one God and view their fellow human beings as equal.
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, 2016
Abstrak: Higher-order thinking skills (HOTS) merupakan keterampilan yang harus dimiliki siswa kar... more Abstrak: Higher-order thinking skills (HOTS) merupakan keterampilan yang harus dimiliki siswa karena permasalahan yang ada di kehidupan nyata (real life problems) bersifat kompleks, banyak variabel, dan mengharuskan untuk lebih dari sekedar menghafalkan fakta atau konsep. HOTS dalam penelitian ini mencakup creating, problem solving, evaluating, analysing, dan critical thinking. Berdasarkan temuan di SMP Negeri 1 Daha Utara dan SMP Negeri 2 Daha Utara menunjukkan bahwa HOTS siswa masih sangat rendah. Problem-based learning (PBL) adalah salah satu alternatif metode pembelajaran yang berbasis penemuan (inquiry) sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran lebih dominan dibandingkan dengan guru, sehingga diharap mampu meningkatkan HOTS siswa. Eksperimen semu dilakukan untuk mengetahui apakah PBL berdasarkan 5 fase dari Arends (2008) mampu meningkatkan HOTS siswa yang terdiri dari 5 keterampilan menurut Brookhart (2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PBL di kelas VIII pada kedua sekolah meningkat, dengan peningkatan maksimal pada keterampilan analysing.
Kata Kunci: higher-order thinking skills, problem-based learning, eksperimen semu
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, 2017
Abstrak: Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam peningkata... more Abstrak: Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam peningkatan kualitas pendidikan di era yang akan datang. Hal ini dapat diraih dengan senantiasa melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang dilakukan. Evaluasi dilakukan dengan mengenali kesalahan apa yang terjadi dan dialami oleh mahasiswa dalam menyelesaikan soal, khususnya soal UAS untuk mata kuliah Kalkulus Multivariabel. Kesalahan ini dibagi menjadi empat indikator, yaitu kesalahan konsep, kesalahan strategi, kesalahan prosedur, dan kesalahan dalam menentukan hasil akhir. Kesalahan mahasiswa diidentifikasi dengan memilih dua subjek penelitian yang didasarkan pada hasil UAS Kalkulus Multivariabel, yaitu terdiri atas subjek peringkat atas dan bawah. Teknik triangulasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi waktu, yaitu pemberian soal yang setara kepada calon subjek pada saat yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek peringkat atas mengalami kesalahan dalam hal strategi, menentukan hasil akhir, dan kesalahan konsep, sedangkan subjek peringkat bawah mengalami kesalahan dalam hal konsep, prosedur, dan strategi.
Kata Kunci: kesalahan mahasiswa, UAS, kalkulus multivariabel.
Lentera: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 2016
Pembelajaran matematika di kelas VII SMP Negeri 17 Banjarmasin hanya menggunakan metode pembelaja... more Pembelajaran matematika di kelas VII SMP Negeri 17 Banjarmasin hanya menggunakan metode pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VII tersebut berada di bawah kriteria ketuntasan minimum. Think-Pair-Share (TPS) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memotivasi siswa berpikir pada topik yang diberikan, sehingga memungkinkan mereka untuk memformulasikan gagasan-gagasan individu dan membagikan gagasan-gagasan tersebut dengan siswa lain, dan ini berimbas pada hasil belajar yang tinggi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu dengan populasi seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 17 Banjarmasin. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu memilih kelas VII E dan VII F sebagai sampel penelitian dengan pertimbangan tertentu yang selanjutnya dipilih kelas VII E sebagai kelas eksperimen dan kelas VII F sebagai kelas kontrol secara random. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan dokumentasi. Tes yang digunakan diuji validitasnya menggunakan rumus korelasi product moment dan reliabilitasnya menggunakan rumus KR-20. Teknik analisis data menggunakan uncorrelated data/independent sample t-test. Sebagai persyaratan analisis dilakukan uji normalitas dengan metode Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas dengan metode Levene. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diberi pengajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik daripada yang diberi pengajaran tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif.
Kata kunci: hasil belajar, model pembelajaran kooperatif tipe TPS
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, 2017
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pembelajaran matematika pada anak ber... more Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pembelajaran matematika pada anak berkebutuhan khusus di kelas inklusif SMPN 5 Banjarbaru. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru matematika, GPK dan siswa ABK. Sedangkan objek penelitian ini adalah proses pembelajaran matematika pada materi lingkaran. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini antara lain sebelum pembelajaran berlangsung, guru matematika telah menyiapkan RPP, silabus, media pembelajaran dan buku paket sebagai sumber belajar. GPK hanya bertugas menyiapkan media, sumber belajar dan siswa ABK slow learners itu sendiri. Dalam pelaksanaan pembelajaran Guru matematika menyiapkan siswa secara psikis dan fisik, memberitahukan materi yang akan dibahas dan mengajukan beberapa pertanyaan, serta menggunakan beragam pendekatan. Guru matematika memfasilitasi terjadinya interaksi di dalam kelas, serta selalu memantau dan membimbing ABK, kemudian bersama seluruh siswa membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran dan melakukan penilaian untuk seluruh siswa, serta memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. GPK bertugas menjelaskan kembali kepada siswa ABK slow learners tentang apa saja yang disampaikan guru matematika di depan kelas,serta bertugas menilai siswa ABK. Setelah pembelajaran berakhir Guru matematika dan GPK menyampaikan materi selanjutnya, rencana pembelajaran berikutnya dan memberikan tugas kepada siswa biasa dan siswa ABK.
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, 2018
Abstrak: Kurangnya penguasaan konsep matematika di temukan pada mahasiswa PGSD.khususnya pada mat... more Abstrak: Kurangnya penguasaan konsep matematika di temukan pada mahasiswa PGSD.khususnya pada materi operasi bilangan bulat. Hal ini merupakan masalah serius karena sebagai calon guru, mahasiswa PGSD tentu harus memiliki pemahaman yang benar terhadap suatu konsep. Salah satu penyebab kurangnya penguasaan konsep ini adalah karena konstruksi pengetahuan yang rapuh. Kesalahan konstruksi pengetahuan ini bisa berupa bepikir pseudo, yaitu pseudo salah dan pseudo benar. Pseudo benar terjadi apabila mahasiswa dapat menjawab suat masalah masalah dengan benar, tetapi penalarannya salah. Sebaliknya, pseudo salah terjadi ketika mahasiswa menjawab salah, namun sebanarnya penalarannya benar. Berpikir pseudo ini dikaji dengan menggunakan desain penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini yaitu 24 mahasiswa PGSD STKIP PGRI Banjarmasin pada semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar mahasiswa PGSD yang mengambil mata kuliah Kajian Matematika SD I mengalami berpikir pseudo pada materi operasi bilangan bulat. Dua puluh satu mahasiswa mengalami pseudo benar dan satu mahasiswa mengalami berpikir pseudo salah. Hasil ini menunjukkan bahwa mahasiswa PGSD mampu melakukan operasi bilangan bulat, namun tidak mampu mengkonstruksi konsep operasi bilangan bulat dengan baik karena proses yang dilakukan hanya bersifat prosedural. Kata Kunci: berpikir pseudo, operasi bilangan bulat Abstract: The lack of mastery of mathematical concepts is found in PGSD students, especially in integer matter. This is a serious problem because as a potential teacher, PGSD students must have a correct understanding of a concept. One reason for this lack of mastery of the concept is due to the fragile construction of knowledge. This knowledge construction error can be a pseudo bepikir, that is pseudo wrong and pseudo true. Pseudo is true when the student can answer a problem problem correctly, but the reasoning is wrong. On the contrary, pseudo is wrong when the student answers wrong, but the reasoning is correct. This pseudo-thinking is examined using qualitative research design. The subjects of this research are 24 students of PGSD STKIP PGRI Banjarmasin in the odd semester of academic year 2017/2018. The results showed that most of PGSD students who take the subjects of Mathematics Study of SD I had pseudo thinking on the matter of integer operation. Twenty-one students experienced true pseudo and one student experienced pseudo thinking wrong. These results indicate that PGSD students are able to perform integer operations, but are unable to construct the concept of integer operations well because the process is procedural. Cara sitasi: Rafiah, H., dkk. (2018). Berpikir pseudo mahasiswa PGSD pada operasi bilangan bulat. Math
This study aims to determine the effect of number of common items on the item parameter estimates... more This study aims to determine the effect of number of common items on the item parameter estimates accuracy in fixed parameter calibration
methods on the assigned underlying ability distribution. This research is a simulation that was developed based on the item response theory with a three-parameter logistic model. There are the factors in simulation study: (1) three number of common items, namely 10, 20 and 30; and (2) three methods of calibration OWU-OEM (one prior weights updating and one expectation maximization cycle), OWU-MEM (one prior weights updating and multiple expectation-maximization cycles), and MWU-MEM (multiple weights updating and multiple expectation -maximization cycles), (3) 500 samples for target groups, and (4) the distribution for target group, normal ability distribution. Base group generated to get the parameters of common-items. Twenty-five replications were generated for each condition. The accuracy of method parameter estimation measured by RMSE and absolute-Bias. The research results showed that on normal distribution, the increase of the number of common-items have effect on the accuracy of item parameter estimates on the three fixed parameter calibration method. The small RMSE that obtained of item parameters estimates are not always followed by a small absolute biased. OWU-MEM method is the most accurate in estimating the parameters in the model with the number of common-items 30.
Prosiding SNPM: Seminar Nasional Pendidikan Matematika "Pembelajaran Matematika dalam Perspektif Kearifan Lokal", 2017
Kegiatan dalam penelitian ini diawali dengan penentuan sekolah yang akan menjadi tempat penelitia... more Kegiatan dalam penelitian ini diawali dengan penentuan sekolah yang akan menjadi tempat penelitian, yaitu SMP Negeri 17 Banjarmasin. Dari tiga jenjang kelas yang ada, dipilih kelas VIII sebagai populasi penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive samping, yaitu dengan memilih satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas dari hasil pretes. Selanjutnya dari dua kelas penelitian, dipilih secara acak kelas mana yang akan menggunakan metode pembelajaran PBL dan yang akan menggunakan direct learning. Setelah kegiatan pembelajaran selesai seperti yang dirancang, peneliti akan memberikan postes untuk mengetahui pembelajaran mana yang lebih baik ditinjaudari hasil belajar siswa menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. Skor HOTS siswa yang berupa data kuantitatif akan dikonversi menjadi data kualitatif berdasarkan pengkategorian yang ditentukan, lalu hasilnya dibandingkan dan dijelaskan secara deskriptif sebagai bagian dari penentuan kelas mana yang lebih baik.
Berdasarkan hasil validitas dan reliabilitas diperoleh 18 soal pilihan ganda dan 3 uraian yang valid dan reliabel. Soal tersebut kemudian digunakan ke seluruh siswa kelas VIII dan diperoleh kesimpulan bahwa data yang berdistribusi normal adalah siswa kelas VIII A, B, C, dan D. Dari uji t sampel berpasangan diperoleh bahwa pasangan kelas A, B, dan C yang homogen. Dari tiga kelas tersebut dipilih secara acak dan didapat bahwa pembelajaran kelas B menggunakan metode PBL dan kelas A
menggunakan pembelajaran langsung.
Dari hasil uji t sampel independen diperoleh bahwa PBL lebih baik secara signifikan daripada pembelajaran langsung. Kesimpulan ini ditinjau dari hasil belajar maupun kategori HOTS siswa SMP kelas VIII untuk kompetensi dasar memahami relasi dan fungsi, menentukan nilai fungsi, serta membuat sketsa grafik fungsi aljabar sederhana pada sistem koordinat Cartesius.
Kata kunci: problem-based learning, direct learning, HOTS