sepanie putiamini | University of Indonesia (original) (raw)
Uploads
Papers by sepanie putiamini
Journal of Coastal Conservation
Journal of Coastal Conservation, Mar 14, 2022
IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 2019
In Indonesia, forests fires particularly in tropical peatland have are a major problem unresolved... more In Indonesia, forests fires particularly in tropical peatland have are a major problem unresolved. These conditions need a strong peatland management to control and reduce forest fires. Monitoring peatland conditions are crucial for the actions. Additionally, Synthetic Aperture Radar (SAR) images have wide applications in remote sensing and mapping. It utilized area when meteorological conditions are not suitable for acquirement of optical data. In this research, we used a dual-pol (VV and VH) Sentinel-1A and estimated soil moisture of peat in Siak Regency, Riau Province, Indonesia using a modified Dubois Inversion. At the site, soil moisture at the four selected segments (namely, A1, A2, D1 and J1) are also measured in May 2017. Results show that the peatland areas have a ratio of polarimetric features (VH/VV) of 1.5 to 1.6.
Jurnal Geografi Lingkungan Tropik, 2017
Penelitian ini melaporkan penerapan pemodelan hidrologi, HEC-HMS, terintegrasi dengan Sistem Info... more Penelitian ini melaporkan penerapan pemodelan hidrologi, HEC-HMS, terintegrasi dengan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk mengkaji hubungan curah hujan dan debit aliran dengan kasus DAS Ciliwung Hulu. Data spasial curah hujan yang diperoleh dari data radar digunakan dalam proses simulasi curah hujan-debit aliran dan hasilnya dibandingkan dengan hasil simulasi menggunakan data curah hujan hasil observasi. Analisis hasil simulasi curah hujan-debit aliran dianalisis dengan pendekatan spasial, yaitu membandingkan perbedaan dan persamaan antar sub DAS. Simulasi dilakukan untuk kejadian banjir tahun 2002, 2007 dan 2013. Hasil simulasi curah hujan-debit aliran dengan menggunakan data radar hujan, menunjukkan bahwa sub-DA CiLiwung (Tugu) merupakan sub-DAS yang memberikan debit dengan volume tertinggi pada kejadian banjir bulan Januari - Februari tahun 2002 dan 2007 serta tanggal 16 - 17 Januari 2013 yakni masing- masing sebesar 117 mm, 124 mm dan 46 mm. Faktor karakteristik fisik DAS ber...
Kejadian banjir besar di Jakarta pada tahun 2002 dan 2007 merupakan konsekuensi dari perubahan ta... more Kejadian banjir besar di Jakarta pada tahun 2002 dan 2007 merupakan konsekuensi dari perubahan tata guna lahan yang diakibatkan oleh perkembangan penduduk dan perokonomian masyarakat. Penerapan sumur resapan sebagai salah satu sistem drainase berwawasan lingkungan, merupakan salah satu alternative pengendali banjir (aliran permukaan). Tujuan dari tugas akhir ini adalah Penerapan sumur resapan untuk mempercepat surutnya banjir, baik tinggi dan luas genangan banjir wilayah Jakarta Timur pada tahun 2002 dan 2007. Metode Soil Conservation Service (SCS) digunakan untuk menghitung debit limpasan berdasarkan besar curah hujan dan nilai curve number (CN) yang merupakan fungsi dari jenis tanah dan tutupan lahan. Curah hujan wilayah Jakarta Timur diperoleh dengan menggunakan metode isohiet dengan range 10 mm. Didapat besarnya debit limpasan 11,73 m3/detik pada tahun 2002, dan 12,79 m3/detik pada tahun 2007. Perhitungan simulasi jumlah sumur resapan, menggunakan metode Sunjoto, dimana volume dan efesiensi sumur resapan dapat dihitung berdasarkan keseimbangan air yang masuk ke dalam sumur dan air yang meresap ke dalam tanah. Dimensi sumur resapan yang digunakan adalah sumur berbentuk silinder dengan diameter 1 m, tinggi sumur 6 m, tinggi muka air 4.5 m. Didapatkan jumlah minimum sumur resapan yang diperlukan adalah 14.961 buah sumur. Dengan memiliki 14.961 buah sumur, volume genangan sebesar 0,02 km3 pada tahun 2002 dapat surut selama 10 jam untuk jenis tanah pasir kasar-halus sedikit lempung dengan pecahan kerang, 2,5 jam untuk jenis tanah lempung dan pasir kerikil, 1 jam untuk lempung pasiran, dan 2 hari untuk daerah tuffacouns/Tufa. Sedangkan untuk volume genangan sebesar 0,1 km3 pada tahun 2007 dapat surut selama 1 hari untuk jenis tanah pasir kasar-halus sedikit lempung dengan pecahan kerang, 5 hari untuk jenis tanah lempung dan pasir kerikil, 7 jam untuk lempung pasiran, dan 5 hari untuk daerah tuffacouns/Tufa.
IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 2018
2018 IEEE Asia-Pacific Conference on Geoscience, Electronics and Remote Sensing Technology (AGERS), 2018
Tropical peatland is one of the main factors in global climate regulation. However, a repeatable ... more Tropical peatland is one of the main factors in global climate regulation. However, a repeatable large-scale fire as a result of land clearing and poor management practices rapidly devastates tropical peatlands in Indonesia. To restore this ecosystem, Indonesia government makes special actions by doing three activities, namely rewetting, replantation, and communal empowerment. These activities need real-time and actual information of peat moisture. Therefore, we investigated the soil moisture profile in Ogan Komering Ilir, South Sumatera Province, Indonesia. We measured soil moisture at four different soil layers, namely 5-cm, 15-cm, 25-cm, and 35-cm soil layer along with two types of land covers, namely acacia and oil palm. Results indicated that the variance of 15-cm was lower than other soil layers. Therefore, the soil moisture in the layer of 15-cm soil layer can be used as preliminary information of drought in tropical peatland, Indonesia.
Journal of Coastal Conservation
Journal of Coastal Conservation, Mar 14, 2022
IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 2019
In Indonesia, forests fires particularly in tropical peatland have are a major problem unresolved... more In Indonesia, forests fires particularly in tropical peatland have are a major problem unresolved. These conditions need a strong peatland management to control and reduce forest fires. Monitoring peatland conditions are crucial for the actions. Additionally, Synthetic Aperture Radar (SAR) images have wide applications in remote sensing and mapping. It utilized area when meteorological conditions are not suitable for acquirement of optical data. In this research, we used a dual-pol (VV and VH) Sentinel-1A and estimated soil moisture of peat in Siak Regency, Riau Province, Indonesia using a modified Dubois Inversion. At the site, soil moisture at the four selected segments (namely, A1, A2, D1 and J1) are also measured in May 2017. Results show that the peatland areas have a ratio of polarimetric features (VH/VV) of 1.5 to 1.6.
Jurnal Geografi Lingkungan Tropik, 2017
Penelitian ini melaporkan penerapan pemodelan hidrologi, HEC-HMS, terintegrasi dengan Sistem Info... more Penelitian ini melaporkan penerapan pemodelan hidrologi, HEC-HMS, terintegrasi dengan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk mengkaji hubungan curah hujan dan debit aliran dengan kasus DAS Ciliwung Hulu. Data spasial curah hujan yang diperoleh dari data radar digunakan dalam proses simulasi curah hujan-debit aliran dan hasilnya dibandingkan dengan hasil simulasi menggunakan data curah hujan hasil observasi. Analisis hasil simulasi curah hujan-debit aliran dianalisis dengan pendekatan spasial, yaitu membandingkan perbedaan dan persamaan antar sub DAS. Simulasi dilakukan untuk kejadian banjir tahun 2002, 2007 dan 2013. Hasil simulasi curah hujan-debit aliran dengan menggunakan data radar hujan, menunjukkan bahwa sub-DA CiLiwung (Tugu) merupakan sub-DAS yang memberikan debit dengan volume tertinggi pada kejadian banjir bulan Januari - Februari tahun 2002 dan 2007 serta tanggal 16 - 17 Januari 2013 yakni masing- masing sebesar 117 mm, 124 mm dan 46 mm. Faktor karakteristik fisik DAS ber...
Kejadian banjir besar di Jakarta pada tahun 2002 dan 2007 merupakan konsekuensi dari perubahan ta... more Kejadian banjir besar di Jakarta pada tahun 2002 dan 2007 merupakan konsekuensi dari perubahan tata guna lahan yang diakibatkan oleh perkembangan penduduk dan perokonomian masyarakat. Penerapan sumur resapan sebagai salah satu sistem drainase berwawasan lingkungan, merupakan salah satu alternative pengendali banjir (aliran permukaan). Tujuan dari tugas akhir ini adalah Penerapan sumur resapan untuk mempercepat surutnya banjir, baik tinggi dan luas genangan banjir wilayah Jakarta Timur pada tahun 2002 dan 2007. Metode Soil Conservation Service (SCS) digunakan untuk menghitung debit limpasan berdasarkan besar curah hujan dan nilai curve number (CN) yang merupakan fungsi dari jenis tanah dan tutupan lahan. Curah hujan wilayah Jakarta Timur diperoleh dengan menggunakan metode isohiet dengan range 10 mm. Didapat besarnya debit limpasan 11,73 m3/detik pada tahun 2002, dan 12,79 m3/detik pada tahun 2007. Perhitungan simulasi jumlah sumur resapan, menggunakan metode Sunjoto, dimana volume dan efesiensi sumur resapan dapat dihitung berdasarkan keseimbangan air yang masuk ke dalam sumur dan air yang meresap ke dalam tanah. Dimensi sumur resapan yang digunakan adalah sumur berbentuk silinder dengan diameter 1 m, tinggi sumur 6 m, tinggi muka air 4.5 m. Didapatkan jumlah minimum sumur resapan yang diperlukan adalah 14.961 buah sumur. Dengan memiliki 14.961 buah sumur, volume genangan sebesar 0,02 km3 pada tahun 2002 dapat surut selama 10 jam untuk jenis tanah pasir kasar-halus sedikit lempung dengan pecahan kerang, 2,5 jam untuk jenis tanah lempung dan pasir kerikil, 1 jam untuk lempung pasiran, dan 2 hari untuk daerah tuffacouns/Tufa. Sedangkan untuk volume genangan sebesar 0,1 km3 pada tahun 2007 dapat surut selama 1 hari untuk jenis tanah pasir kasar-halus sedikit lempung dengan pecahan kerang, 5 hari untuk jenis tanah lempung dan pasir kerikil, 7 jam untuk lempung pasiran, dan 5 hari untuk daerah tuffacouns/Tufa.
IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 2018
2018 IEEE Asia-Pacific Conference on Geoscience, Electronics and Remote Sensing Technology (AGERS), 2018
Tropical peatland is one of the main factors in global climate regulation. However, a repeatable ... more Tropical peatland is one of the main factors in global climate regulation. However, a repeatable large-scale fire as a result of land clearing and poor management practices rapidly devastates tropical peatlands in Indonesia. To restore this ecosystem, Indonesia government makes special actions by doing three activities, namely rewetting, replantation, and communal empowerment. These activities need real-time and actual information of peat moisture. Therefore, we investigated the soil moisture profile in Ogan Komering Ilir, South Sumatera Province, Indonesia. We measured soil moisture at four different soil layers, namely 5-cm, 15-cm, 25-cm, and 35-cm soil layer along with two types of land covers, namely acacia and oil palm. Results indicated that the variance of 15-cm was lower than other soil layers. Therefore, the soil moisture in the layer of 15-cm soil layer can be used as preliminary information of drought in tropical peatland, Indonesia.