Dessy Wahyuni | Andalas - Academia.edu (original) (raw)

Books by Dessy Wahyuni

Research paper thumbnail of REVITALISASI SASTRA BONAI THE REVITALIZATION OF BONAI LITERATURE

Abstrak Mitos globalisasi yang muncul selama ini merupakan proses globalisasi yang akan membuat d... more Abstrak Mitos globalisasi yang muncul selama ini merupakan proses globalisasi yang akan membuat dunia seragam (homogen). Globalisasi dicurigai tidak hanya membentuk cara pandang masyarakat terhadap dunia berubah, tetapi juga menghapus secara perlahan identitas dan jati diri bangsa. Selain itu, globalisasi telah pula melahirkan kesadaran baru akan terpinggirkannya nilai-nilai lokal oleh pencitraan yang dilakukan secara masif oleh negara maju. Lalu, akankan kearifan lokal mampu menjadi penapis efek negatif globalisasi? Suku Bonai, salah satu komunitas adat terpencil di Riau, merupakan komunitas yang sudah mulai terkikis oleh arus globalisasi. Meskipun sebagian besar masyarakatnya masih mempertahankan pola pikir dan gaya hidup tradisional, kaum muda suku itu sudah mulai meninggalkan kebudayaan asli mereka. Atas dasar itu, perlu dipikirkan upaya penanggulangan agar komunitas tersebut tidak lenyap ditelan masa. Satu upaya yang dapat dilakukan adalah revitalisasi sastranya. Pekerjaan utama yang dilakukan adalah menginventarisasi sastra Bonai. Hasilnya, suku Bonai memiliki banyak folklor: folklor lisan, setengah lisan, dan bukan lisan. Setelah dikaji menggunakan metode deskriptif analitis, tradisi suku Bonai memperlihatkan pesona budaya dan identitas lokal yang khas sehingga dapat disumbangkan untuk penguatan materi ajar sebagai kearifan lokal (Melayu). Dari perspektif kebudayaan, dapat diketahui pula bahwa kearifan lokal mampu menapis efek negatif globalisasi sehingga jati diri suku Bonai tetap terjaga. Kata kunci: folklor suku Bonai, globalisasi, kearifan lokal, revitalisasi sastra Abstract Globalization myth that emerges nowadays is a globalization process that will create uniform world (homogeneous). The globalization is suspected to be not only to set up point of view of society to the changing world but also to slowly eliminate national identity. Besides, globalization also has brought about a new awareness that pushed aside local values by massive imaging of developed countries. Then, will the local wisdom be able to be a filter of negative impacts of globalization? Bonai ethnic group, one of indigenous people in Riau, is a community that has begun to vanish by the globalization. Even though, the majority of the society still retains their traditional pattern of thinking and lifestyle, the young generation of the ethnic group has begun to leave out their original culture. On the basis of that fact, it is necessary to think about the handling of prevention so that the community will not be disappeared by the ages. An attempt that can be handled is the revitalization of its literature. The main task that is carried out is to inventory Bonai literature. The result shows that Bonai

Research paper thumbnail of MENGUAK BUDAYA MATRILINEAL DALAM CERPEN " GADIS TERINDAH "

Matrilineal kinship system is adopted by the Minangkabau society. In fact, the system that follow... more Matrilineal kinship system is adopted by the Minangkabau society. In fact, the system that
follows the maternal lineage turns out to cause inner conflict for the people. Through a
short story titled “Gadis Terindah”), Gus tf Sakai as the author tried to express this inner
conflict. In this matrilineal culture, there is a necessity for men to leave their hometown,
known as migrating. After being successful as migrating people, they have to return to
their hometown, take their wealth to accumulate the wealth of people there by marrying
a Minang girl. Inner conflict that developed by the author through a fictional character in
the short story is expressed by applying a pragmatic approach to the theory of semiotics.
Signs given by the author are examined by using text content analysis method. Thus,
it is found that in the tradition of matrilineal culture, migrating, inheritance systems and
matchmaking have been arranged. However, in fact, the system that has been organized
remains conflict for its people.

Research paper thumbnail of FESTIVAL MENONGKAH: REVITALISASI BUDAYA DAN BAHASA DUANU MENUJU INDUSTRI KREATIF Menongkah Festival: Revitalization of Duanu Culture and Language toward Creative Industry

The life of the Malay Duanu community, a remote indigenous community, is started to be exposed re... more The life of the Malay Duanu community, a remote indigenous community, is started to be exposed recently. Their existence is recognized by the world through the Menongkah Festival that has achieved the MURI record twice. Unfortanely, following the current globalization progress, the expose of this ethnic group starts to erodes their culture and language toward extinction. It is unfortunate as wel that this activity only highlight the ceremonial part. In fact, Duanu people can take advantage of this Menongkah Festival as a medium for the revitalization of Duanu language and culture. If the festival is managed well, then it is believed that this activity will be able to support the emergence of a creative economy that improves the welfare of its supporting community, as well as to revitalize their culture and language. The government should be able to create policies that capable to support the creation of locality-based creative mindset, systems, and practices of the creative industry and to keep prioritizing the existing cultural values. Therefore, through ethnographic methods, the aim of this paper is to offer the model of creative industries based on culture and language of Duanu. If Menongkah Festival is optimally utilized by developing creative undustries, it is believed that the endangered language and culture of Duanu cen be revitalized and people's live will be more prosperous. Abstrak Kehidupan masyarakat Melayu Duanu, sebuah komunitas adat terpencil saat ini mulai mengemuka. Eksistensi mereka diakui dunia melalui Festival Menongkah yang mendapatkan rekor MURI sebanyak dua kali. Namun tanpa disadari, seiring arus globalisasi yang menerpa, mengemukanya suku ini mengikis budaya dan bahasa Duanu secara perlahan ke arah kepunahan. Selain itu sangat disayangkan, kegiatan ini hanya menyorot kemeriahan sesaat. Padahal masyarakat Duanu bisa memanfaatkan Festival Menongkah ini sebagai media revitalisasi budaya dan bahasa Duanu. Apabila dikelola dengan baik, diyakini, kegiatan ini akan dapat menjadi penopang munculnya ekonomi kreatif yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat pendukungnya, sekaligus dapat merevitalisasi budaya dan bahasa mereka. Pemerintah seharusnya dapat membuat kebijakan yang mampu mendukung terciptanya pola pikir, sistem, dan praktik industri kreatif berbasis lokalitas dan tetap mengedepankan nilai-nilai kultural yang ada. Dengan demikian, melalui metode etnografis, tulisan ini bertujuan menawarkan model industri kreatif berbasis budaya dan bahasa Duanu. Jika Festival Menongkah dimanfaatkan secara maksimal dengan mengembangkan industri kreatif, diyakini bahasa dan budaya Duanu yang nyaris punah dapat terevitalisasi serta kehidupan masyarakat pun semakin makmur.

Research paper thumbnail of FESTIVAL MENONGKAH: REVITALISASI BUDAYA DAN BAHASA DUANU MENUJU INDUSTRI KREATIF Menongkah Festival: Revitalization of Duanu Culture and Language toward Creative Industry

The life of the Malay Duanu community, a remote indigenous community, is started to be exposed re... more The life of the Malay Duanu community, a remote indigenous community, is started to be exposed recently. Their existence is recognized by the world through the Menongkah Festival that has achieved the MURI record twice. Unfortanely, following the current globalization progress, the expose of this ethnic group starts to erodes their culture and language toward extinction. It is unfortunate as wel that this activity only highlight the ceremonial part. In fact, Duanu people can take advantage of this Menongkah Festival as a medium for the revitalization of Duanu language and culture. If the festival is managed well, then it is believed that this activity will be able to support the emergence of a creative economy that improves the welfare of its supporting community, as well as to revitalize their culture and language. The government should be able to create policies that capable to support the creation of locality-based creative mindset, systems, and practices of the creative industry and to keep prioritizing the existing cultural values. Therefore, through ethnographic methods, the aim of this paper is to offer the model of creative industries based on culture and language of Duanu. If Menongkah Festival is optimally utilized by developing creative undustries, it is believed that the endangered language and culture of Duanu cen be revitalized and people's live will be more prosperous.

Research paper thumbnail of Ajari Aku, Riauku

Judul buku ini, Ajari Aku, Riauku, diangkat dari judul puisi Agus Sri Danardana. Puisi itu diapre... more Judul buku ini, Ajari Aku, Riauku, diangkat dari judul puisi Agus Sri Danardana. Puisi itu diapresiasi oleh Dessy Wahyuni dalam bentuk esai, dengan judul yang sama, dan dimuat dalam “Alinea” Riau Pos pada 20 Februari 2016. Puisi dan esai “Ajari Aku, Riauku” itu adalah sebagai berikut.
AJARI AKU, RIAUKU

Ajari aku bermantra, Riauku
seperti ngiau Sutardji
pot pot pot
pot pot
kalau pot tak mau pot
biar pot semau pot
mencari pot
pot
Ajari aku menahan lara, Riauku
seperti geram Fakhrunnas, “Karena Kalian Gunung, Kami Pun Menjelma Jadi Angin”
agar aku mampu memeram duka
Ajari aku mengeja waktu, Riauku
seperti pesan Taufik Ikram Jamil “Kepada Jawa”
betapa cepat waktu pergi
sementara datang bukan bagian dari dirinya
agar aku tak jadi pelupa
Ajari aku berintrospeksi, Riauku
seperti “Solilokui Para Penunggu Hutan” Marhalim Zaini
agar aku dapat mengenal diri
Ajari aku berpuisi, Riauku
agar aku mengenal segala hakikat
seperti Rida menafsir “Jebat”
....
Kami semua telah mengasah keris
telah menusuk dendam
membunuh dengki
meruntuhkan tirani
Tapi siapa yang telah mengalahkan kami
menumbuhkan khianat
melumatkan sesahabat
memusarakan sesaudara
Kami hanya menyaksikan waktu yang berhenti bertanya
sejarah yang berhenti ditulis
kita hanya membangun sebuah arca
(Pekanbaru, 15 Januari 2016)
Itulah sajak “Ajari Aku, Riauku” yang dilantunkan Agus Sri Danardana pada 21 Januari 2016 lalu. Dalam acara lepas sambut Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau itu, Pak Danar (begitu kami memanggilnya) dengan mata berkaca-kaca mengumandangkan puisi ciptaannya itu di depan tamu undangan.
Seperti yang telah diketahui, Pak Danar (yang telah hampir tujuh tahun menjadi Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau itu) harus meninggalkan Bumi Lancang Kuning ini menuju ranah Minang, menjadi Kepala Balai Bahasa Sumatra Barat. Lalu, apa yang membuat pria berambut panjang itu mengarca, seolah enggan beranjak dari Bumi Lancang Kuning ini? Rupanya, dalam sajak “Ajari Aku, Riauku” itu ia menyembunyikan salah satu alasannya. Betulkah demikian? Mari kita coba membualkannya.
Bagi Danar, rupanya Riau memiliki arti tersendiri. Terlepas dari maknanya: ‘riuh’ atau ‘sungai’ (dari bahasa Portugis: rio), Riau diyakininya menyimpan segala sumber daya. Sebagai salah satu kawasan pengemban bahasa dan sastra Melayu, misalnya, Riau bahkan telah melahirkan banyak pujangga atau sastrawan. Sebut saja Raja Ali Haji, Suman Hs., Sutardji Calzoum Bachri, Rida K. Liamsi, Fakhrunnas M.A. Jabbar, Taufik Ikram Jamil, Marhalim Zaini, dan masih banyak lagi nama yang lain.
“Umumnya, merekalah (pujangga atau sastrawan itu) yang paling tunak merajut pernik-pernik kehidupan masyarakat dan lingkungannya dalam karya (sastra),” demikian kata Danar dalam sebuah obrolan di Balai Bahasa Provinsi Riau. Bisa jadi, karena keyakinanya itulah Danar memetaforkan Riau dalam diri lima sastrawannya: Sutardji Calzoum Bachri, Fakhrunnas M.A. Jabbar, Taufik Ikram Jamil, Marhalim Zaini, dan Rida K. Liamsi.
Konon, melalui karya sastra (dalam pembicaraan ini puisi) dapat diamati pantulan tata nilai dan gambaran kondisi sosial budaya masyarakat yang melahirkan karya tersebut. Karya sastra (puisi) yang baik, dengan demikian, selalu menyodorkan sejumlah ide atau konsep mengenai manusia dan lingkungannya. Begitu pula halnya puisi-puisi yang disebut dan digambarkan Agus Sri Danardana dalam “Ajari Aku, Riauku”. Melalui puisi-puisi itu, rupanya, Danar ingin belajar (dan diajari) tentang Riau. Baginya, Riau bukan sekadar himpunan yang menyatukan Raja Ali Haji, Suman Hs., Sutardji Calzoum Bachri, Rida K. Liamsi, Fakhrunnas M.A. Jabbar, Taufik Ikram Jamil, Marhalim Zaini, dll., melainkan juga menyatukan mantra, syair, pantun, naskah, Rusydiah, Riau Pos, Sagang, Bandar Serai, Selembayung, dsb., sampai tidak terhitung jumlah dan jenisnya.
Melalui puisi-puisi Sutardji, misalnya, Danar ingin diajari bermantra. Ia ingin memiliki keahlian dalam berkata-kata yang mengandung kekuatan gaib. Seperti ngiau Sutardji, Danar ingin mengembalikan kata kepada mantra, dan tidak menjadikannya alat yang mengantarkan pengertian, sebab kata adalah pengertian yang memiliki kebebasan. Begitu pun pada Fakhrunnas dan Taufik Ikram Jamil. Melalui “Karena Kalian Gunung, Kami Pun Menjelma Jadi Angin” (Fakhrunnas), Danar mengaku telah mendapat pelajaran tentang (cara) pengendalian diri. Kemurkaan Fakhrunnas atas keteraniayaan masyarakat Melayu (Riau) telah dikemasnya dalam karya (puisi) yang apik: simbolik, metaforik, dan imajinatif. Sementara itu, melalui “Kepada Jawa” (Taufik Ikram Jamil), Danar merasa telah mendapat pelajaran bagaimana mengeja waktu yang begitu cepat berlalu. Keberadaan Taufik yang jati Melayu itu, ternyata selalu terbuka pada puak lain. Ia justru membangun tali persahabatan di tengah pergulatan antaretnis yang kian menajam.
Bagaimana terhadap Marhalim dan Rida? Melalui “Solilokui Para Penunggu Hutan” (Marhalim Zaini) dan “Jebat” (Rida K. Liamsi), Danar pun mengaku telah mendapat banyak pelajaran. Tentang bagaimana berintrospeksi diri, misalnya, Danar peroleh dari puisi Marhalim yang terbagi atas tiga bagian itu: batu geliga (bezoar), rotan jenang (dragon’s blood), dan lebah sialang (apis dorsata). Pada bagian batu geliga, Marhalim seolah bersenandika tentang “kesangsian” orang atas eksistensi diri-(kemelayuan)-nya. Pada dua bagian lainnya, Marhalim terlihat berharap agar masalah etnisitas (Melayu kacukan) tidak digunjingkan lagi. Baginya, tindakan merawat dan mengembangkan kemelayuan itu jauh lebih penting daripada meributkan asli-tidaknya kemelayuan seseorang. Dengan demikian, solilokui yang dihadirkan Marhalim dalam sajaknya mengajari kita untuk berintrospeksi diri agar dapat mengenal diri sendiri. Sementara itu, “Jebat” telah mengajarinya tentang kearifan dalam membaca zaman.
Menurut Danar, Rida K. Liamsi (melalui “Jebat”) mencoba memberi makna baru (merevitalisasi) atas “tragedi” Jebat. Sebagai orang Melayu (yang paham betul tentang Jebat) ia tidak lagi terjebak pada perdebatan apakah Jebat itu pahlawan atau pecundang. Perdebatan tentang Jebat itu dianggapnya tiada guna, sia-sia, dan hanya akan menghasilkan pengultusan Jebat semata. Hal itu diungkapkan Rida dengan apik, seperti dikutip berikut ini.
Kami hanya menyaksikan waktu yang berhenti bertanya
sejarah yang berhenti ditulis
kita hanya membangun sebuah arca
Ya, kita hanya membangun sebuah arca: benda yang selalu dirawat, dijaga, dan bahkan disembah, tetapi tidak dapat menyelamatkan kehidupan manusia.
Ajaran-ajaran seperti itulah, kira-kira, yang dapat dipetik dari puisi-puisi sastrawan Riau sehingga membuat Agus Sri Danardana ingin terus menggalinya. “Riauku, janganlah pernah berhenti mengajariku,” kata Danar pada acara lepas sambut itu.
Selamat jalan, Bapak. Doa kami selalu menyertaimu.

Atas dasar hal itu, kami (Agus Sri Danardana dan Dessy Wahyuni) bersepakat untuk mengembangkan esai ini menjadi sebuah tulisan yang lebih memadai agar dapat diterbitkan sebagai buku.
Ajari Aku, Riauku pada hakikatnya memuat tulisan-tulisan Agus Sri Danardana atas apresiasinya terhadap karya lima sastrawan Riau: Sutardji Calzoum Bachry, Taufik Ikram Jamil, Fakhrunnas M.A. Jabbar, Marhalim Zaini, dan Rida K. Liamsi. Oleh Dessy Wahyuni, tulisan-tulisan itu dihimpun (termasuk tulisan Agus Sri Danardana tentang sastra lainnya), diolah, dilengkapi, dan kemas dalam tujuh bagian, dengan judul sebagai berikut.
1. Pesona Sastra
2. Mitologi Melayu
3. Mewacanakan Sajak Sutardji Calzoum Bachry
4. Mewacanakan Sajak Taufik Ikram Jamil
5. Mewacanakan Sajak Fakhrunnas M.A. Jabbar
6. Mewacanakan Sajak Marhalim Zaini
7. Mewacanakan Sajak Rida K. Liamsi
Bagian (1) Pesona Sastra dan bagian (2) Mitologi Melayu dihadirkan sebagai penguat bahwa sastra itu penting dan berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat. Sastra, sebagai pembuka cakrawala, menghadirkan berbagai nilai yang terkandung dalam kehidupan. Untuk membuka wawasan pembaca dalam membaca Riau, penulis menyuguhkan beberapa puisi yang dianalisis dan dibagi atas beberapa bagian: bagian (3) Mewacanakan Sajak Sutardji Calzoum Bachry, bagian (4) Mewacanakan Sajak Taufik Ikram Jamil, bagian (5) Mewacanakan Sajak Fakhrunnas M.A. Jabbar, bagian (6) Mewacanakan Sajak Marhalim Zaini, dan bagian (7) Mewacanakan Sajak Rida K. Liamsi. Bagian inilah yang merupakan hakikat dari Ajari Aku, Riauku. Para penyair tersebut, dengan keistimewaan yang mereka milik, dapat menggunakan kebebasan menjelajahi dunia kata dalam memaparkan Bumi Lancang Kuning ini. Berbagai penjabaran mengenai Riau yang dilukiskan para penyair dalam puisi mereka itu kini hadir di hadapan pembaca. Semoga buku ini tetap ada manfaatnya.

Papers by Dessy Wahyuni

Research paper thumbnail of Bahasa Indonesia Kelas XI

Penyajian buku teks untuk disusun dengan tujuan agar peserta didik dapat melakukan proses pencari... more Penyajian buku teks untuk disusun dengan tujuan agar peserta didik dapat melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas para ilmuwan dalam melakukan eksperimen, dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru secara mandir

Research paper thumbnail of Menggali Realitas Kerusuhan Mei 1998 Dalam “Sapu Tangan Fang Yin”

An essay poetry is a form of poetry which exploring the long and stage of social reality, using s... more An essay poetry is a form of poetry which exploring the long and stage of social reality, using simple language, and doing research before, indicated by using a footnote in its presentation. The Essay Poetry of “Sapu Tangan Fang Yin” by Denny J.A. is one of the essay poetries that explores a riot in May 1998. The problem of this article is how the “Sapu Tangan Fang Yin” describes the reality of the May 1998 riot. By applying the historical approach, the depiction of the poem about the riot is obtained. Denny J.A. as the initiator of essay poetic offers five platforms about this kind of poetry;

Research paper thumbnail of Local Wisdom in the Flow of Capitalism in Short Story “Pemburu Rusa Sepanjang Pipa” (Kearifan Lokal Dalam Arus Kapitalisme Pada Cerita Pendek “Pemburu Rusa Sepanjang Pipa”)

Gramatika STKIP PGRI Sumatera Barat, 2020

Research paper thumbnail of Perempuan dengan Segala Luka dalam Kumpulan Cerpen Suatu Hari Bukan di Hari Minggu

ATAVISME, 2013

Empat belas cerpen Yetti A. Ka yang terangkum dalam Satu Hari Bukan di Hari Minggu menghadirkan r... more Empat belas cerpen Yetti A. Ka yang terangkum dalam Satu Hari Bukan di Hari Minggu menghadirkan realita perempuan yang terluka dan kecewa meskipun mereka hidup secara bebas. Oleh sebab itu, masalah penulisan ini adalah bagaimana bentuk penggambaran Yetti A. Ka mengenai para perempuan dan segala luka yang mereka miliki dalam kumpulan cerpen tersebut? Melalui pendekatan feminisme, dapat disimpulkan bahwa perempuan yang disajikan pengarang ini sesungguhnya merasa terikat oleh budaya patriarki. Akan tetapi, dengan segala kebebasan yang mereka miliki, mereka tetap memilih menjadi perempuan dalam lingkaran patriarki tersebut meskipun dengan membawa luka yang tidak pernah usai. : Yetti A. Ka’s fourteen short stories compiled in Suatu Hari Bukan di Hari Minggu collection represent the reality of women who were hurt and disappointed, although they had a free life. Therefore, the problem of this article is formulated as follows: how is the shape of Yetti A. Ka’s depiction on the women and all...

Research paper thumbnail of Ayo bermain

Permainan tradisional mulai ditinggalkan. Anak-anak kini lebih memilih permainan yang berbau tekn... more Permainan tradisional mulai ditinggalkan. Anak-anak kini lebih memilih permainan yang berbau teknologi, seperti permainan video (video game), baik secara daring maupun luring. Sayangnya, permainan canggih ini banyak memberikan dampak negatif bagi anak. Sebelum permainan tersebut berkembang pesat, terdapat banyak permainan tradisional yang digemari anak-anak pada zamannya. Setiap permainan tradisional itu menyisipkan nilai-nilai positif yang dapat membangun karakter anak. Pada umumnya permainan tradisional melatih anak bersosialisasi dengan lingkungannya. Permainan tradisional juga melatih ketangkasan motorik anak

Research paper thumbnail of Kerling: Antologi Kritik/Esai Bahasa dan Sastra

Kerling: Antologi Kritik/Esai Bahasa dan Sastra, buku ini benar-benar memuat kerling(an) ‘pandang... more Kerling: Antologi Kritik/Esai Bahasa dan Sastra, buku ini benar-benar memuat kerling(an) ‘pandangan mata’ para penulis atas berbagai peristiwa bahasa dan sastra di Indonesia. Nada suaranya pun beragam, ada yang sekadar menyampaikan kegelisahan, ada pula yang mengungkapkan berbagai harapan anak bangsa terhadap eksistensi bahasa dan sastra. Pun cara penyampaiannya, ada yang sangat santai, ada yang setengah serius/formal, dan ada pula yang sangat serius/formal. Kerling: Antologi Kritik/Esai Bahasa dan Sastra memuat 59 tulisan: 21 esai tentang bahasa dan 38 esai tentang sastra. Sekalipun beragam tema yang dimuatnya, setidaknya terdapat dua isu utama yang menonjol dalam Kerling: Antologi Kritik/Esai Bahasa dan Sastra ini, yakni harapan agar bahasa Indonesia mendunia dan harapan menjadikan (karya) sastra lokal sebagai sumber penulisan. Kedua harapan itu, jika terwujud, akan bermuara kepada isu nasional yang belakangan ini mengemuka: membangun jatidiri dan karakter bangsa

Research paper thumbnail of Ayo, bermain!

Buku ini membahas tentang permainan tradisional yang bertujuan untuk memperkenalkan permainan tra... more Buku ini membahas tentang permainan tradisional yang bertujuan untuk memperkenalkan permainan tradisional ini kepada anak-anak negeri, agar tak selalu bermain dengan yang berbau teknologi

Research paper thumbnail of Rindu pada Duanu

Suku Duanu merupakan komunitas adat terpencil yang tersebar di perairan Indragiri Hilir, Provinsi... more Suku Duanu merupakan komunitas adat terpencil yang tersebar di perairan Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Suku Duanu, sebagai orang laut, memiliki kehidupan yang unik. Dahulu mereka hidup dan beraktivitas di rumah perahu secara berkoloni dan berpindah-pindah di atas perairan.sejak tahun 1990-an, mereka sudah berhasil dirumahkan oleh pemerintah di daratan.buku ini berisi gambaran tentang kehidupan suku Duanu yang unik dan berbeda

Research paper thumbnail of Cultural Discourse in Reading Texts of Indonesian Language Proficiency Test

International Journal of Language Education, 2021

Foreign students studying in Indonesia are enhancing from year to year. As students who do not us... more Foreign students studying in Indonesia are enhancing from year to year. As students who do not use their first language in communicating, both in learning and in social relationships, their ability to speak Indonesian requires to be tested. It is essential in order to ensure the continuity of the learning that will be passed. Consequently, the government owing to the Language Development and Cultivation Agency has established an Indonesian Language Proficiency Test (UKBI [Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia]), which is a standardization test for proficiency in the language of Indonesian speakers, both native and foreign speakers. Despite being a tool to measure Indonesian language skills, UKBI also has the prospect to be utilized as a medium to encourage the diversity of Indonesian cultures. This effort is considered important to preserve and maintain the identity of the nation from the world’s point of view, particularly against the speed of globalization. By observing various cultur...

Research paper thumbnail of Pengaruh Loyalitas, Komitmen Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Biro Humas Dan Keprotokolan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara

JMB (Jurnal Manajemen dan Bisnis), 2020

This research aims to find out the influence jointly or partially between loyality, commitment an... more This research aims to find out the influence jointly or partially between loyality, commitment and organizational culture to the performance of the Workers at the Public Relations and Protocol Bureau Regional Secretariat Of North Sumatera. This research uses descriptive qualitative method using primary and secondary data. The population is the workers of the company. Sixty five workers become the sample of this research. Data analysis technique used is linear regression which shows that from the three independent variables applied to the regression model (loyality, commitment and organizational culture). Loyality is significant for 0,073 which can be concluded that loyality not affects performance (hypothesis 1 rejected). Commitment has significant value 0,000 which can be concluded that commitment affects performance (hypothesis 2 accepted). Organizational culture variable has significant value 0,002 which means that organizational culture affects performance (hypothesis 3 accepte...

Research paper thumbnail of Bencana Kabut Asap Sebagai Dampak Budaya Konsumsi Dalam Cerpen “Yang Datang Dari Negeri Asap”

Paradigma: Jurnal Kajian Budaya, 2021

Literature, as a work containing facts and fiction, can obscure the conventions of realities and ... more Literature, as a work containing facts and fiction, can obscure the conventions of realities and create new realities so that there are no visible boundaries between the real thing and the unreal thing. Fact and fiction coincide and simulate to form hyperreality. In the short story “Yang Datang dari Negeri Asap (Who Comes from the Smoky Country)” by Hary B. Kori’un, the existence of facts and fiction overlap each other. The author created the country of smoke as a fictitious world due to his contemplation on the consumption culture, which is a phenomenon in people’s lives and relates it to the haze disaster that keeps going to occur every year. The researcher sorts out facts and fiction that are interconnected in the short story to explore the creation of hyperreality using the perspective of Jean Baudrillard. As a result, the researcher found a consumption culture in the community, especially plantation entrepreneurs. The presence of a new world in a short story is a reproduction o...

Research paper thumbnail of Portrait of May 1998 Riot in “Luka Beku”

Literary of history is a literary work that contains elements of history. Those elements are remo... more Literary of history is a literary work that contains elements of history. Those elements are removed through characterizations, places, and events. “Luka Beku” by Hary B. Kori’un is a short story contained those elements. Through a historical approach, this analysis presents the historicity contained in this short story. This analysis also uses mimetic approach, because this short story is a work of imaginative truth which is artificial. As a result of analysis, there is a description about a historical event in “Luka Beku”, that is May 1998 riot in Jakarta.

Research paper thumbnail of Eksistensialisme Dalam Tunggu Aku DI Sungai Duku

The short stories collection “Tunggu Aku di Sungai Duku” by Hary B. Kori’un presents existentiali... more The short stories collection “Tunggu Aku di Sungai Duku” by Hary B. Kori’un presents existentialism, a form of waiting. His eleven stories are about the loyalty of waiting something expected. Despite all these waitings have caused injuries, they remained faithful to do them. With all the freedom, the characters in the short stories have represented an existentialism. Thr ough socio-hermeneutic approach to literature, this study aims to determine the forms of waiting that represents an existentialism in the short stories collection. By using the descriptive analysis, it can be c oncluded that all forms of waiting they are doing is a form of self-existence. Abstrak Kumpulan cerpen Tunggu Aku di Sungai Duku karya Hary B. Kori’un menyuguhkan eksistensialisme sebuah bentuk penantian. Ia meramu kisah-kisah kesetiaan menunggu sesuatu yang diharapkan pada sebelas cerita yang terangkum di sini. Meskipun berbagai penantian tersebut menyimpan luka, mereka tetap setia melakukannya. Dengan segal...

Research paper thumbnail of Pengembangan Media Pembelajaran E-Learning Dengan Model Pembelajaran Flipped Classroom Berbasis Edmodo Pada Mata Pelajaran Informatika

─ The purpose of this study were (1) Produced a design and implemented the development of e-learn... more ─ The purpose of this study were (1) Produced a design and implemented the development of e-learning learning media with Edmodo-based Flipped Classroom model in Informatics subject of class VII in SMP Negeri 2 Mengwi, (2) Determined the subject teacher and students’ responses towards the development of e-learning learning media with Edmodo-based Flipped Classroom model in Informatics subject of class VII in SMP Negeri 2 Mengwi. The study was a Research and Development (R&D) research with ADDIE development model. This study involved students from VII A class and teacher of Informatics subject in SMP Negeri 2 Mengwi. The method of data collection was questionnaire. The result of the study showed that (1) The design and the implemented e-learning media were success implemented based on validity test from content experts, design experts, and learning media experts with Aiken's V coefficient average score 0,89 and very valid, (2) The teacher and students’ responses showed the average...

Research paper thumbnail of Multimedia kritik sastra

Benarkah kritik sastra sedang mengalami krisis di Indonesia? Belakangan ini, perkembangan karya s... more Benarkah kritik sastra sedang mengalami krisis di Indonesia? Belakangan ini, perkembangan karya sastra di Indonesia sangat pesat, bahkan tidak terbendung. Karya- karya itu bermunculan dari berbagai penjuru, baik dari penulis yang tua (senior) maupun yang muda (pemula). Untuk dapat menghasilkan karya yang lebih bermutu ke depannya, sebuah karya yang telah lahir harus mendapatkan apresiasi atau kritik.

Research paper thumbnail of REVITALISASI SASTRA BONAI THE REVITALIZATION OF BONAI LITERATURE

Abstrak Mitos globalisasi yang muncul selama ini merupakan proses globalisasi yang akan membuat d... more Abstrak Mitos globalisasi yang muncul selama ini merupakan proses globalisasi yang akan membuat dunia seragam (homogen). Globalisasi dicurigai tidak hanya membentuk cara pandang masyarakat terhadap dunia berubah, tetapi juga menghapus secara perlahan identitas dan jati diri bangsa. Selain itu, globalisasi telah pula melahirkan kesadaran baru akan terpinggirkannya nilai-nilai lokal oleh pencitraan yang dilakukan secara masif oleh negara maju. Lalu, akankan kearifan lokal mampu menjadi penapis efek negatif globalisasi? Suku Bonai, salah satu komunitas adat terpencil di Riau, merupakan komunitas yang sudah mulai terkikis oleh arus globalisasi. Meskipun sebagian besar masyarakatnya masih mempertahankan pola pikir dan gaya hidup tradisional, kaum muda suku itu sudah mulai meninggalkan kebudayaan asli mereka. Atas dasar itu, perlu dipikirkan upaya penanggulangan agar komunitas tersebut tidak lenyap ditelan masa. Satu upaya yang dapat dilakukan adalah revitalisasi sastranya. Pekerjaan utama yang dilakukan adalah menginventarisasi sastra Bonai. Hasilnya, suku Bonai memiliki banyak folklor: folklor lisan, setengah lisan, dan bukan lisan. Setelah dikaji menggunakan metode deskriptif analitis, tradisi suku Bonai memperlihatkan pesona budaya dan identitas lokal yang khas sehingga dapat disumbangkan untuk penguatan materi ajar sebagai kearifan lokal (Melayu). Dari perspektif kebudayaan, dapat diketahui pula bahwa kearifan lokal mampu menapis efek negatif globalisasi sehingga jati diri suku Bonai tetap terjaga. Kata kunci: folklor suku Bonai, globalisasi, kearifan lokal, revitalisasi sastra Abstract Globalization myth that emerges nowadays is a globalization process that will create uniform world (homogeneous). The globalization is suspected to be not only to set up point of view of society to the changing world but also to slowly eliminate national identity. Besides, globalization also has brought about a new awareness that pushed aside local values by massive imaging of developed countries. Then, will the local wisdom be able to be a filter of negative impacts of globalization? Bonai ethnic group, one of indigenous people in Riau, is a community that has begun to vanish by the globalization. Even though, the majority of the society still retains their traditional pattern of thinking and lifestyle, the young generation of the ethnic group has begun to leave out their original culture. On the basis of that fact, it is necessary to think about the handling of prevention so that the community will not be disappeared by the ages. An attempt that can be handled is the revitalization of its literature. The main task that is carried out is to inventory Bonai literature. The result shows that Bonai

Research paper thumbnail of MENGUAK BUDAYA MATRILINEAL DALAM CERPEN " GADIS TERINDAH "

Matrilineal kinship system is adopted by the Minangkabau society. In fact, the system that follow... more Matrilineal kinship system is adopted by the Minangkabau society. In fact, the system that
follows the maternal lineage turns out to cause inner conflict for the people. Through a
short story titled “Gadis Terindah”), Gus tf Sakai as the author tried to express this inner
conflict. In this matrilineal culture, there is a necessity for men to leave their hometown,
known as migrating. After being successful as migrating people, they have to return to
their hometown, take their wealth to accumulate the wealth of people there by marrying
a Minang girl. Inner conflict that developed by the author through a fictional character in
the short story is expressed by applying a pragmatic approach to the theory of semiotics.
Signs given by the author are examined by using text content analysis method. Thus,
it is found that in the tradition of matrilineal culture, migrating, inheritance systems and
matchmaking have been arranged. However, in fact, the system that has been organized
remains conflict for its people.

Research paper thumbnail of FESTIVAL MENONGKAH: REVITALISASI BUDAYA DAN BAHASA DUANU MENUJU INDUSTRI KREATIF Menongkah Festival: Revitalization of Duanu Culture and Language toward Creative Industry

The life of the Malay Duanu community, a remote indigenous community, is started to be exposed re... more The life of the Malay Duanu community, a remote indigenous community, is started to be exposed recently. Their existence is recognized by the world through the Menongkah Festival that has achieved the MURI record twice. Unfortanely, following the current globalization progress, the expose of this ethnic group starts to erodes their culture and language toward extinction. It is unfortunate as wel that this activity only highlight the ceremonial part. In fact, Duanu people can take advantage of this Menongkah Festival as a medium for the revitalization of Duanu language and culture. If the festival is managed well, then it is believed that this activity will be able to support the emergence of a creative economy that improves the welfare of its supporting community, as well as to revitalize their culture and language. The government should be able to create policies that capable to support the creation of locality-based creative mindset, systems, and practices of the creative industry and to keep prioritizing the existing cultural values. Therefore, through ethnographic methods, the aim of this paper is to offer the model of creative industries based on culture and language of Duanu. If Menongkah Festival is optimally utilized by developing creative undustries, it is believed that the endangered language and culture of Duanu cen be revitalized and people's live will be more prosperous. Abstrak Kehidupan masyarakat Melayu Duanu, sebuah komunitas adat terpencil saat ini mulai mengemuka. Eksistensi mereka diakui dunia melalui Festival Menongkah yang mendapatkan rekor MURI sebanyak dua kali. Namun tanpa disadari, seiring arus globalisasi yang menerpa, mengemukanya suku ini mengikis budaya dan bahasa Duanu secara perlahan ke arah kepunahan. Selain itu sangat disayangkan, kegiatan ini hanya menyorot kemeriahan sesaat. Padahal masyarakat Duanu bisa memanfaatkan Festival Menongkah ini sebagai media revitalisasi budaya dan bahasa Duanu. Apabila dikelola dengan baik, diyakini, kegiatan ini akan dapat menjadi penopang munculnya ekonomi kreatif yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat pendukungnya, sekaligus dapat merevitalisasi budaya dan bahasa mereka. Pemerintah seharusnya dapat membuat kebijakan yang mampu mendukung terciptanya pola pikir, sistem, dan praktik industri kreatif berbasis lokalitas dan tetap mengedepankan nilai-nilai kultural yang ada. Dengan demikian, melalui metode etnografis, tulisan ini bertujuan menawarkan model industri kreatif berbasis budaya dan bahasa Duanu. Jika Festival Menongkah dimanfaatkan secara maksimal dengan mengembangkan industri kreatif, diyakini bahasa dan budaya Duanu yang nyaris punah dapat terevitalisasi serta kehidupan masyarakat pun semakin makmur.

Research paper thumbnail of FESTIVAL MENONGKAH: REVITALISASI BUDAYA DAN BAHASA DUANU MENUJU INDUSTRI KREATIF Menongkah Festival: Revitalization of Duanu Culture and Language toward Creative Industry

The life of the Malay Duanu community, a remote indigenous community, is started to be exposed re... more The life of the Malay Duanu community, a remote indigenous community, is started to be exposed recently. Their existence is recognized by the world through the Menongkah Festival that has achieved the MURI record twice. Unfortanely, following the current globalization progress, the expose of this ethnic group starts to erodes their culture and language toward extinction. It is unfortunate as wel that this activity only highlight the ceremonial part. In fact, Duanu people can take advantage of this Menongkah Festival as a medium for the revitalization of Duanu language and culture. If the festival is managed well, then it is believed that this activity will be able to support the emergence of a creative economy that improves the welfare of its supporting community, as well as to revitalize their culture and language. The government should be able to create policies that capable to support the creation of locality-based creative mindset, systems, and practices of the creative industry and to keep prioritizing the existing cultural values. Therefore, through ethnographic methods, the aim of this paper is to offer the model of creative industries based on culture and language of Duanu. If Menongkah Festival is optimally utilized by developing creative undustries, it is believed that the endangered language and culture of Duanu cen be revitalized and people's live will be more prosperous.

Research paper thumbnail of Ajari Aku, Riauku

Judul buku ini, Ajari Aku, Riauku, diangkat dari judul puisi Agus Sri Danardana. Puisi itu diapre... more Judul buku ini, Ajari Aku, Riauku, diangkat dari judul puisi Agus Sri Danardana. Puisi itu diapresiasi oleh Dessy Wahyuni dalam bentuk esai, dengan judul yang sama, dan dimuat dalam “Alinea” Riau Pos pada 20 Februari 2016. Puisi dan esai “Ajari Aku, Riauku” itu adalah sebagai berikut.
AJARI AKU, RIAUKU

Ajari aku bermantra, Riauku
seperti ngiau Sutardji
pot pot pot
pot pot
kalau pot tak mau pot
biar pot semau pot
mencari pot
pot
Ajari aku menahan lara, Riauku
seperti geram Fakhrunnas, “Karena Kalian Gunung, Kami Pun Menjelma Jadi Angin”
agar aku mampu memeram duka
Ajari aku mengeja waktu, Riauku
seperti pesan Taufik Ikram Jamil “Kepada Jawa”
betapa cepat waktu pergi
sementara datang bukan bagian dari dirinya
agar aku tak jadi pelupa
Ajari aku berintrospeksi, Riauku
seperti “Solilokui Para Penunggu Hutan” Marhalim Zaini
agar aku dapat mengenal diri
Ajari aku berpuisi, Riauku
agar aku mengenal segala hakikat
seperti Rida menafsir “Jebat”
....
Kami semua telah mengasah keris
telah menusuk dendam
membunuh dengki
meruntuhkan tirani
Tapi siapa yang telah mengalahkan kami
menumbuhkan khianat
melumatkan sesahabat
memusarakan sesaudara
Kami hanya menyaksikan waktu yang berhenti bertanya
sejarah yang berhenti ditulis
kita hanya membangun sebuah arca
(Pekanbaru, 15 Januari 2016)
Itulah sajak “Ajari Aku, Riauku” yang dilantunkan Agus Sri Danardana pada 21 Januari 2016 lalu. Dalam acara lepas sambut Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau itu, Pak Danar (begitu kami memanggilnya) dengan mata berkaca-kaca mengumandangkan puisi ciptaannya itu di depan tamu undangan.
Seperti yang telah diketahui, Pak Danar (yang telah hampir tujuh tahun menjadi Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau itu) harus meninggalkan Bumi Lancang Kuning ini menuju ranah Minang, menjadi Kepala Balai Bahasa Sumatra Barat. Lalu, apa yang membuat pria berambut panjang itu mengarca, seolah enggan beranjak dari Bumi Lancang Kuning ini? Rupanya, dalam sajak “Ajari Aku, Riauku” itu ia menyembunyikan salah satu alasannya. Betulkah demikian? Mari kita coba membualkannya.
Bagi Danar, rupanya Riau memiliki arti tersendiri. Terlepas dari maknanya: ‘riuh’ atau ‘sungai’ (dari bahasa Portugis: rio), Riau diyakininya menyimpan segala sumber daya. Sebagai salah satu kawasan pengemban bahasa dan sastra Melayu, misalnya, Riau bahkan telah melahirkan banyak pujangga atau sastrawan. Sebut saja Raja Ali Haji, Suman Hs., Sutardji Calzoum Bachri, Rida K. Liamsi, Fakhrunnas M.A. Jabbar, Taufik Ikram Jamil, Marhalim Zaini, dan masih banyak lagi nama yang lain.
“Umumnya, merekalah (pujangga atau sastrawan itu) yang paling tunak merajut pernik-pernik kehidupan masyarakat dan lingkungannya dalam karya (sastra),” demikian kata Danar dalam sebuah obrolan di Balai Bahasa Provinsi Riau. Bisa jadi, karena keyakinanya itulah Danar memetaforkan Riau dalam diri lima sastrawannya: Sutardji Calzoum Bachri, Fakhrunnas M.A. Jabbar, Taufik Ikram Jamil, Marhalim Zaini, dan Rida K. Liamsi.
Konon, melalui karya sastra (dalam pembicaraan ini puisi) dapat diamati pantulan tata nilai dan gambaran kondisi sosial budaya masyarakat yang melahirkan karya tersebut. Karya sastra (puisi) yang baik, dengan demikian, selalu menyodorkan sejumlah ide atau konsep mengenai manusia dan lingkungannya. Begitu pula halnya puisi-puisi yang disebut dan digambarkan Agus Sri Danardana dalam “Ajari Aku, Riauku”. Melalui puisi-puisi itu, rupanya, Danar ingin belajar (dan diajari) tentang Riau. Baginya, Riau bukan sekadar himpunan yang menyatukan Raja Ali Haji, Suman Hs., Sutardji Calzoum Bachri, Rida K. Liamsi, Fakhrunnas M.A. Jabbar, Taufik Ikram Jamil, Marhalim Zaini, dll., melainkan juga menyatukan mantra, syair, pantun, naskah, Rusydiah, Riau Pos, Sagang, Bandar Serai, Selembayung, dsb., sampai tidak terhitung jumlah dan jenisnya.
Melalui puisi-puisi Sutardji, misalnya, Danar ingin diajari bermantra. Ia ingin memiliki keahlian dalam berkata-kata yang mengandung kekuatan gaib. Seperti ngiau Sutardji, Danar ingin mengembalikan kata kepada mantra, dan tidak menjadikannya alat yang mengantarkan pengertian, sebab kata adalah pengertian yang memiliki kebebasan. Begitu pun pada Fakhrunnas dan Taufik Ikram Jamil. Melalui “Karena Kalian Gunung, Kami Pun Menjelma Jadi Angin” (Fakhrunnas), Danar mengaku telah mendapat pelajaran tentang (cara) pengendalian diri. Kemurkaan Fakhrunnas atas keteraniayaan masyarakat Melayu (Riau) telah dikemasnya dalam karya (puisi) yang apik: simbolik, metaforik, dan imajinatif. Sementara itu, melalui “Kepada Jawa” (Taufik Ikram Jamil), Danar merasa telah mendapat pelajaran bagaimana mengeja waktu yang begitu cepat berlalu. Keberadaan Taufik yang jati Melayu itu, ternyata selalu terbuka pada puak lain. Ia justru membangun tali persahabatan di tengah pergulatan antaretnis yang kian menajam.
Bagaimana terhadap Marhalim dan Rida? Melalui “Solilokui Para Penunggu Hutan” (Marhalim Zaini) dan “Jebat” (Rida K. Liamsi), Danar pun mengaku telah mendapat banyak pelajaran. Tentang bagaimana berintrospeksi diri, misalnya, Danar peroleh dari puisi Marhalim yang terbagi atas tiga bagian itu: batu geliga (bezoar), rotan jenang (dragon’s blood), dan lebah sialang (apis dorsata). Pada bagian batu geliga, Marhalim seolah bersenandika tentang “kesangsian” orang atas eksistensi diri-(kemelayuan)-nya. Pada dua bagian lainnya, Marhalim terlihat berharap agar masalah etnisitas (Melayu kacukan) tidak digunjingkan lagi. Baginya, tindakan merawat dan mengembangkan kemelayuan itu jauh lebih penting daripada meributkan asli-tidaknya kemelayuan seseorang. Dengan demikian, solilokui yang dihadirkan Marhalim dalam sajaknya mengajari kita untuk berintrospeksi diri agar dapat mengenal diri sendiri. Sementara itu, “Jebat” telah mengajarinya tentang kearifan dalam membaca zaman.
Menurut Danar, Rida K. Liamsi (melalui “Jebat”) mencoba memberi makna baru (merevitalisasi) atas “tragedi” Jebat. Sebagai orang Melayu (yang paham betul tentang Jebat) ia tidak lagi terjebak pada perdebatan apakah Jebat itu pahlawan atau pecundang. Perdebatan tentang Jebat itu dianggapnya tiada guna, sia-sia, dan hanya akan menghasilkan pengultusan Jebat semata. Hal itu diungkapkan Rida dengan apik, seperti dikutip berikut ini.
Kami hanya menyaksikan waktu yang berhenti bertanya
sejarah yang berhenti ditulis
kita hanya membangun sebuah arca
Ya, kita hanya membangun sebuah arca: benda yang selalu dirawat, dijaga, dan bahkan disembah, tetapi tidak dapat menyelamatkan kehidupan manusia.
Ajaran-ajaran seperti itulah, kira-kira, yang dapat dipetik dari puisi-puisi sastrawan Riau sehingga membuat Agus Sri Danardana ingin terus menggalinya. “Riauku, janganlah pernah berhenti mengajariku,” kata Danar pada acara lepas sambut itu.
Selamat jalan, Bapak. Doa kami selalu menyertaimu.

Atas dasar hal itu, kami (Agus Sri Danardana dan Dessy Wahyuni) bersepakat untuk mengembangkan esai ini menjadi sebuah tulisan yang lebih memadai agar dapat diterbitkan sebagai buku.
Ajari Aku, Riauku pada hakikatnya memuat tulisan-tulisan Agus Sri Danardana atas apresiasinya terhadap karya lima sastrawan Riau: Sutardji Calzoum Bachry, Taufik Ikram Jamil, Fakhrunnas M.A. Jabbar, Marhalim Zaini, dan Rida K. Liamsi. Oleh Dessy Wahyuni, tulisan-tulisan itu dihimpun (termasuk tulisan Agus Sri Danardana tentang sastra lainnya), diolah, dilengkapi, dan kemas dalam tujuh bagian, dengan judul sebagai berikut.
1. Pesona Sastra
2. Mitologi Melayu
3. Mewacanakan Sajak Sutardji Calzoum Bachry
4. Mewacanakan Sajak Taufik Ikram Jamil
5. Mewacanakan Sajak Fakhrunnas M.A. Jabbar
6. Mewacanakan Sajak Marhalim Zaini
7. Mewacanakan Sajak Rida K. Liamsi
Bagian (1) Pesona Sastra dan bagian (2) Mitologi Melayu dihadirkan sebagai penguat bahwa sastra itu penting dan berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat. Sastra, sebagai pembuka cakrawala, menghadirkan berbagai nilai yang terkandung dalam kehidupan. Untuk membuka wawasan pembaca dalam membaca Riau, penulis menyuguhkan beberapa puisi yang dianalisis dan dibagi atas beberapa bagian: bagian (3) Mewacanakan Sajak Sutardji Calzoum Bachry, bagian (4) Mewacanakan Sajak Taufik Ikram Jamil, bagian (5) Mewacanakan Sajak Fakhrunnas M.A. Jabbar, bagian (6) Mewacanakan Sajak Marhalim Zaini, dan bagian (7) Mewacanakan Sajak Rida K. Liamsi. Bagian inilah yang merupakan hakikat dari Ajari Aku, Riauku. Para penyair tersebut, dengan keistimewaan yang mereka milik, dapat menggunakan kebebasan menjelajahi dunia kata dalam memaparkan Bumi Lancang Kuning ini. Berbagai penjabaran mengenai Riau yang dilukiskan para penyair dalam puisi mereka itu kini hadir di hadapan pembaca. Semoga buku ini tetap ada manfaatnya.

Research paper thumbnail of Bahasa Indonesia Kelas XI

Penyajian buku teks untuk disusun dengan tujuan agar peserta didik dapat melakukan proses pencari... more Penyajian buku teks untuk disusun dengan tujuan agar peserta didik dapat melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas para ilmuwan dalam melakukan eksperimen, dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru secara mandir

Research paper thumbnail of Menggali Realitas Kerusuhan Mei 1998 Dalam “Sapu Tangan Fang Yin”

An essay poetry is a form of poetry which exploring the long and stage of social reality, using s... more An essay poetry is a form of poetry which exploring the long and stage of social reality, using simple language, and doing research before, indicated by using a footnote in its presentation. The Essay Poetry of “Sapu Tangan Fang Yin” by Denny J.A. is one of the essay poetries that explores a riot in May 1998. The problem of this article is how the “Sapu Tangan Fang Yin” describes the reality of the May 1998 riot. By applying the historical approach, the depiction of the poem about the riot is obtained. Denny J.A. as the initiator of essay poetic offers five platforms about this kind of poetry;

Research paper thumbnail of Local Wisdom in the Flow of Capitalism in Short Story “Pemburu Rusa Sepanjang Pipa” (Kearifan Lokal Dalam Arus Kapitalisme Pada Cerita Pendek “Pemburu Rusa Sepanjang Pipa”)

Gramatika STKIP PGRI Sumatera Barat, 2020

Research paper thumbnail of Perempuan dengan Segala Luka dalam Kumpulan Cerpen Suatu Hari Bukan di Hari Minggu

ATAVISME, 2013

Empat belas cerpen Yetti A. Ka yang terangkum dalam Satu Hari Bukan di Hari Minggu menghadirkan r... more Empat belas cerpen Yetti A. Ka yang terangkum dalam Satu Hari Bukan di Hari Minggu menghadirkan realita perempuan yang terluka dan kecewa meskipun mereka hidup secara bebas. Oleh sebab itu, masalah penulisan ini adalah bagaimana bentuk penggambaran Yetti A. Ka mengenai para perempuan dan segala luka yang mereka miliki dalam kumpulan cerpen tersebut? Melalui pendekatan feminisme, dapat disimpulkan bahwa perempuan yang disajikan pengarang ini sesungguhnya merasa terikat oleh budaya patriarki. Akan tetapi, dengan segala kebebasan yang mereka miliki, mereka tetap memilih menjadi perempuan dalam lingkaran patriarki tersebut meskipun dengan membawa luka yang tidak pernah usai. : Yetti A. Ka’s fourteen short stories compiled in Suatu Hari Bukan di Hari Minggu collection represent the reality of women who were hurt and disappointed, although they had a free life. Therefore, the problem of this article is formulated as follows: how is the shape of Yetti A. Ka’s depiction on the women and all...

Research paper thumbnail of Ayo bermain

Permainan tradisional mulai ditinggalkan. Anak-anak kini lebih memilih permainan yang berbau tekn... more Permainan tradisional mulai ditinggalkan. Anak-anak kini lebih memilih permainan yang berbau teknologi, seperti permainan video (video game), baik secara daring maupun luring. Sayangnya, permainan canggih ini banyak memberikan dampak negatif bagi anak. Sebelum permainan tersebut berkembang pesat, terdapat banyak permainan tradisional yang digemari anak-anak pada zamannya. Setiap permainan tradisional itu menyisipkan nilai-nilai positif yang dapat membangun karakter anak. Pada umumnya permainan tradisional melatih anak bersosialisasi dengan lingkungannya. Permainan tradisional juga melatih ketangkasan motorik anak

Research paper thumbnail of Kerling: Antologi Kritik/Esai Bahasa dan Sastra

Kerling: Antologi Kritik/Esai Bahasa dan Sastra, buku ini benar-benar memuat kerling(an) ‘pandang... more Kerling: Antologi Kritik/Esai Bahasa dan Sastra, buku ini benar-benar memuat kerling(an) ‘pandangan mata’ para penulis atas berbagai peristiwa bahasa dan sastra di Indonesia. Nada suaranya pun beragam, ada yang sekadar menyampaikan kegelisahan, ada pula yang mengungkapkan berbagai harapan anak bangsa terhadap eksistensi bahasa dan sastra. Pun cara penyampaiannya, ada yang sangat santai, ada yang setengah serius/formal, dan ada pula yang sangat serius/formal. Kerling: Antologi Kritik/Esai Bahasa dan Sastra memuat 59 tulisan: 21 esai tentang bahasa dan 38 esai tentang sastra. Sekalipun beragam tema yang dimuatnya, setidaknya terdapat dua isu utama yang menonjol dalam Kerling: Antologi Kritik/Esai Bahasa dan Sastra ini, yakni harapan agar bahasa Indonesia mendunia dan harapan menjadikan (karya) sastra lokal sebagai sumber penulisan. Kedua harapan itu, jika terwujud, akan bermuara kepada isu nasional yang belakangan ini mengemuka: membangun jatidiri dan karakter bangsa

Research paper thumbnail of Ayo, bermain!

Buku ini membahas tentang permainan tradisional yang bertujuan untuk memperkenalkan permainan tra... more Buku ini membahas tentang permainan tradisional yang bertujuan untuk memperkenalkan permainan tradisional ini kepada anak-anak negeri, agar tak selalu bermain dengan yang berbau teknologi

Research paper thumbnail of Rindu pada Duanu

Suku Duanu merupakan komunitas adat terpencil yang tersebar di perairan Indragiri Hilir, Provinsi... more Suku Duanu merupakan komunitas adat terpencil yang tersebar di perairan Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Suku Duanu, sebagai orang laut, memiliki kehidupan yang unik. Dahulu mereka hidup dan beraktivitas di rumah perahu secara berkoloni dan berpindah-pindah di atas perairan.sejak tahun 1990-an, mereka sudah berhasil dirumahkan oleh pemerintah di daratan.buku ini berisi gambaran tentang kehidupan suku Duanu yang unik dan berbeda

Research paper thumbnail of Cultural Discourse in Reading Texts of Indonesian Language Proficiency Test

International Journal of Language Education, 2021

Foreign students studying in Indonesia are enhancing from year to year. As students who do not us... more Foreign students studying in Indonesia are enhancing from year to year. As students who do not use their first language in communicating, both in learning and in social relationships, their ability to speak Indonesian requires to be tested. It is essential in order to ensure the continuity of the learning that will be passed. Consequently, the government owing to the Language Development and Cultivation Agency has established an Indonesian Language Proficiency Test (UKBI [Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia]), which is a standardization test for proficiency in the language of Indonesian speakers, both native and foreign speakers. Despite being a tool to measure Indonesian language skills, UKBI also has the prospect to be utilized as a medium to encourage the diversity of Indonesian cultures. This effort is considered important to preserve and maintain the identity of the nation from the world’s point of view, particularly against the speed of globalization. By observing various cultur...

Research paper thumbnail of Pengaruh Loyalitas, Komitmen Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Biro Humas Dan Keprotokolan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara

JMB (Jurnal Manajemen dan Bisnis), 2020

This research aims to find out the influence jointly or partially between loyality, commitment an... more This research aims to find out the influence jointly or partially between loyality, commitment and organizational culture to the performance of the Workers at the Public Relations and Protocol Bureau Regional Secretariat Of North Sumatera. This research uses descriptive qualitative method using primary and secondary data. The population is the workers of the company. Sixty five workers become the sample of this research. Data analysis technique used is linear regression which shows that from the three independent variables applied to the regression model (loyality, commitment and organizational culture). Loyality is significant for 0,073 which can be concluded that loyality not affects performance (hypothesis 1 rejected). Commitment has significant value 0,000 which can be concluded that commitment affects performance (hypothesis 2 accepted). Organizational culture variable has significant value 0,002 which means that organizational culture affects performance (hypothesis 3 accepte...

Research paper thumbnail of Bencana Kabut Asap Sebagai Dampak Budaya Konsumsi Dalam Cerpen “Yang Datang Dari Negeri Asap”

Paradigma: Jurnal Kajian Budaya, 2021

Literature, as a work containing facts and fiction, can obscure the conventions of realities and ... more Literature, as a work containing facts and fiction, can obscure the conventions of realities and create new realities so that there are no visible boundaries between the real thing and the unreal thing. Fact and fiction coincide and simulate to form hyperreality. In the short story “Yang Datang dari Negeri Asap (Who Comes from the Smoky Country)” by Hary B. Kori’un, the existence of facts and fiction overlap each other. The author created the country of smoke as a fictitious world due to his contemplation on the consumption culture, which is a phenomenon in people’s lives and relates it to the haze disaster that keeps going to occur every year. The researcher sorts out facts and fiction that are interconnected in the short story to explore the creation of hyperreality using the perspective of Jean Baudrillard. As a result, the researcher found a consumption culture in the community, especially plantation entrepreneurs. The presence of a new world in a short story is a reproduction o...

Research paper thumbnail of Portrait of May 1998 Riot in “Luka Beku”

Literary of history is a literary work that contains elements of history. Those elements are remo... more Literary of history is a literary work that contains elements of history. Those elements are removed through characterizations, places, and events. “Luka Beku” by Hary B. Kori’un is a short story contained those elements. Through a historical approach, this analysis presents the historicity contained in this short story. This analysis also uses mimetic approach, because this short story is a work of imaginative truth which is artificial. As a result of analysis, there is a description about a historical event in “Luka Beku”, that is May 1998 riot in Jakarta.

Research paper thumbnail of Eksistensialisme Dalam Tunggu Aku DI Sungai Duku

The short stories collection “Tunggu Aku di Sungai Duku” by Hary B. Kori’un presents existentiali... more The short stories collection “Tunggu Aku di Sungai Duku” by Hary B. Kori’un presents existentialism, a form of waiting. His eleven stories are about the loyalty of waiting something expected. Despite all these waitings have caused injuries, they remained faithful to do them. With all the freedom, the characters in the short stories have represented an existentialism. Thr ough socio-hermeneutic approach to literature, this study aims to determine the forms of waiting that represents an existentialism in the short stories collection. By using the descriptive analysis, it can be c oncluded that all forms of waiting they are doing is a form of self-existence. Abstrak Kumpulan cerpen Tunggu Aku di Sungai Duku karya Hary B. Kori’un menyuguhkan eksistensialisme sebuah bentuk penantian. Ia meramu kisah-kisah kesetiaan menunggu sesuatu yang diharapkan pada sebelas cerita yang terangkum di sini. Meskipun berbagai penantian tersebut menyimpan luka, mereka tetap setia melakukannya. Dengan segal...

Research paper thumbnail of Pengembangan Media Pembelajaran E-Learning Dengan Model Pembelajaran Flipped Classroom Berbasis Edmodo Pada Mata Pelajaran Informatika

─ The purpose of this study were (1) Produced a design and implemented the development of e-learn... more ─ The purpose of this study were (1) Produced a design and implemented the development of e-learning learning media with Edmodo-based Flipped Classroom model in Informatics subject of class VII in SMP Negeri 2 Mengwi, (2) Determined the subject teacher and students’ responses towards the development of e-learning learning media with Edmodo-based Flipped Classroom model in Informatics subject of class VII in SMP Negeri 2 Mengwi. The study was a Research and Development (R&D) research with ADDIE development model. This study involved students from VII A class and teacher of Informatics subject in SMP Negeri 2 Mengwi. The method of data collection was questionnaire. The result of the study showed that (1) The design and the implemented e-learning media were success implemented based on validity test from content experts, design experts, and learning media experts with Aiken's V coefficient average score 0,89 and very valid, (2) The teacher and students’ responses showed the average...

Research paper thumbnail of Multimedia kritik sastra

Benarkah kritik sastra sedang mengalami krisis di Indonesia? Belakangan ini, perkembangan karya s... more Benarkah kritik sastra sedang mengalami krisis di Indonesia? Belakangan ini, perkembangan karya sastra di Indonesia sangat pesat, bahkan tidak terbendung. Karya- karya itu bermunculan dari berbagai penjuru, baik dari penulis yang tua (senior) maupun yang muda (pemula). Untuk dapat menghasilkan karya yang lebih bermutu ke depannya, sebuah karya yang telah lahir harus mendapatkan apresiasi atau kritik.

Research paper thumbnail of Resistance of the Petalangan Community in Mantaining of Local Wisdom in “Kemantan Muda Roh Belian”

Bahasa: Jurnal Keilmuan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2021

people perceive the world, both identity, self-image and life value. For certain communities, the... more people perceive the world, both identity, self-image and life value. For certain communities, the pressure of globalization through massive enlightenment by developed countries carrying globalization has actually marginalized local values that have been upheld so far. Local values that are seen wisely in various life problems are eroded by the pace of globalization, especially for the Petalangan community in Riau Province. The life of the Petalangan community is increasingly marginalized by the tumultuous process of development. People live wrapped in misery and poverty. As a writer, B.M. Syamsuddin tried to represent the social and cultural life of the Petalangan people in literary works. Through his short story entitled "Kemantan Muda Roh Belian", he criticized the sociocultural conditions and revealed the irregularities that occurred, especially in the lives of the people of Petalangan. Through the hermeneutic approach carried by Richard E. Palmer, the author interpret...

Research paper thumbnail of Maintaining the Self-Existence Through Short Story “Jalan Sumur Mati”

LiNGUA: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra, 2020

Riau is a wealthy region where physical development appears everywhere. However, many people are ... more Riau is a wealthy region where physical development appears everywhere. However, many people are marginalized and neglected by this development. Due to this fact, most Riau Malay people tend to have negative prejudice and not accept the presence of foreign immigrants, including Indonesian Chinese. However, Olyrinson can blend in with the local community through his work, which often raises topics about humanity and his real-life. Using a three-dimensional framework of Fairclough (1989; 1992a; 1992b; 1995a; and 1995b), this study critically explores the various efforts made by Olyrinson in the short story "Jalan Sumur Mati" to defend his existence by changing prejudices. In this case, the author analyzes relevant texts and explores dialectical relationships between literary works and other social practice elements, which will be presented through textual analysis, discourse practice, and social practice.

Research paper thumbnail of Arus Kesadaran Dalam Agama Ketujuh

Aksara, 2018

Agama Ketujuh: Sebuah Prosa merupakan sebuah prosa pendek karangan Romi Zarman. Dalam prosa pende... more Agama Ketujuh: Sebuah Prosa merupakan sebuah prosa pendek karangan Romi Zarman. Dalam prosa pendek ini, pengarang ingin mengungkap budaya matrilineal yang terdapat dalam masyarakat Minangkabau. Dalam menyajikan cerita, pengarang tidak menyampaikan informasi secara lugas, tetapi ia melakukannya dengan menghidupkan kembali para tokoh dalam roman legendaris, seperti Midun, Kacak, dan Tuanku Laras dalam Sengsara Membawa Nikmat (Tulis Sutan Sati); Ramah, Musa, dan Mamak dalam Dijemput Mamaknya (Hamka); Samsul Bahri, Siti Nurbaya, dan ayahnya dalam Sitti Nurbaya (Marah Rusli); Poniem, Leman, serta keluarga matrilinealnya dalam Merantau ke Deli (Hamka); dan Hanafi dalam Salah Asuhan (Abdul Muis). Agama Ketujuh ini memperlihatkan kegelisahan Romi Zarman terhadap budaya matrilineal yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Melalui kajian dengan teknik arus kesadaran, terlihat tokoh dan karakterisasinya yang disajikan pengarang. Dengan penelusuran karakterisasi tokoh yang menggu...

Research paper thumbnail of Menggunakan Teks sebagai Sarana Adaptasi Sosial

Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan, 2014

Komunikasi telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia senantias... more Komunikasi telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Dalam hal ini, berkomunikasi merupakan hal yang fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. ketika berkomunikasi terdapat pesan yang hendak disampaikan seseorang kepada orang lain, baik secara individu maupun berkelompok. Agar pesan yang akan disampaikan itu bisa mencapai tujuan, diperlukan teks dengan bahasa sebagai medianya. Oleh sebab itu, teks memiliki peran yang sangat penting sebagai sarana dalam beradaptasi dengan sosial. Untuk itu, Kurikulum 2013 yang diusung Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dengan skema pembelajaran berbasis teks membawa paradigma baru bagi pendidikan Indonesia. Pembelajaran teks membawa anak menyelesaikan masalah kehidupan nyata dengan berpikir kritis. Begitu pula halnya dalam beradaptasi dengan sosial. Dalam beradaptasi, seseorang harus mengomunikasikan pesan, pikiran, gagasan, dan idenya melalui tek...

Research paper thumbnail of Revitalisasi Sastra Bonai

Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan, 2017

Mitos globalisasi yang muncul selama ini merupakan proses globalisasi yang akan membuat dunia ser... more Mitos globalisasi yang muncul selama ini merupakan proses globalisasi yang akan membuat dunia seragam (homogen). Globalisasi dicurigai tidak hanya membentuk cara pandang masyarakat terhadap dunia berubah, tetapi juga menghapus secara perlahan identitas dan jati diri bangsa. Selain itu, globalisasi telah pula melahirkan kesadaran baru akan terpinggirkannya nilai-nilai lokal oleh pencitraan yang dilakukan secara masif oleh negara maju. Lalu, akankan kearifan lokal mampu menjadi penapis efek negatif globalisasi? Suku Bonai, salah satu komunitas adat terpencil di Riau,merupakan komunitas yang sudah mulai terkikis oleh arus globalisasi. Meskipun sebagian besar masyarakatnya masih mempertahankan pola pikir dan gaya hidup tradisional, kaum muda suku itu sudah mulai meninggalkan kebudayaan asli mereka. Atas dasar itu, perlu dipikirkan upaya penanggulangan agar komunitas tersebut tidak lenyap ditelan masa. Satu upaya yang dapat dilakukan adalah revitalisasi sastranya. Pekerjaan utama yang di...