PENGARUH PUPUK MIKRO MAJEMUK TERHADAP PEMBIBITAN TANAMAN KARET (Hevea Brasiliensis L) PADA TANAH INSEPTISOL JATINANGOR (original) (raw)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK TERHADAP PRODUKSI GETAH KARET (Hevea brasiliensis) DI DESA TAJAU PECAH KECAMATAN BATU AMPAR KABUPATEN TANAH LAUT

Jurnal Sylva Scienteae

This study aims to analyze the application of chemical fertilizers (NPK) to the production of rubber latex, to analyze the application of organic fertilizer SUPERNASA to the production of rubber latex and to analyze the comparison of the application of fertilizer SUPERNASA to the production of rubber latex. The application of NPK fertilizer to PB20 rubber resulted in an average total of rubber latex of 31.36 grams while IRR39 rubber produced an average total of rubber latex of 29.98 grams, giving organic supernase fertilizer to PB20 rubber resulted in a total rubber sap of 29.34 grams while the IRR39 rubber produces rubber sap of 28.44 grams. The treatment without fertilizer application on PB20 rubber produced 23.78 grams of rubber latex, while the IRR39 rubber was 21.44 grams. The treatment with the addition of fertilizer resulted in a higher amount of rubber latex, and the PB20 type of rubber produced greater rubber latex than the IRR39 rubber type with or without treatment.Peneli...

KAJIAN PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PUPUK KANDANG DAN MIKORIZA TERHADAP BIODIVERITAS MIKROBA TANAH DI LAHAN MARJINAL

Lahan marjinal khususnya di Indonesia, terus meningkat setiap tahunnya. Sementara itu usaha untuk mereklamasi lahan-lahan marjinal tersebut masih terbatas dan belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut perlu diusahakan suatu teknologi alternatif yang dapat dilakukan diantaranya pemanfatan mikroorganisme yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman kedelai dan aplikasi pemberian bahan organik. Aspek-aspek tersebut saling berkaitan, sehingga perlu dilakukan penelitian secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan macam pupuk kandang (sapi, kambing, puyuh) dan mikoriza terhadap biodiversitas mikroba tanah, serta pengaruhnya terhadap hasil kedelai di lahan marjinal. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) teridiri atas dua faktor perlakuan yaitu perlakuan mikoriza dengan dua taraf dan perlakuan jenis pupuk kandang dengan lima taraf, sehingga didapatkan 10 kombinasi perlakuan yang masing-masing diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata namun ada perbedaan yang cukup signifikan antara perlakuan tanpa mikoriza dengan yang diberi mikoriza. Populasi dan biodiversitas mikroba lebih tinggi pada perlakuan dengan mikoriza dibandingkan tanpa mikoriza. Jumlah bakteri pada semua sampel ada 22 jenis, sedangkan jamur yang teridentifikasi berasal dari 4 genus yaitu Aspergillus sp, Penicillium sp, Rhizopus sp, dan Mucor sp. Perlakuan yang diberikan belum mampu menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap hasil panen kedelai, namun pada perlakuan mikoriza memberikan hasil panen yang lebih tinggi daripada tanpa mikoriza.

STUDI KELIMPAHAN HEWAN MAKROBENTHOS PADA DAERAH INTERTIDAL DI PANTAI BANDENGAN JEPARA SKRIPSI Oleh : JACOB LEYMINA ATMAJA K2A 007 031

1.1. Latar Belakang Daerah intertidal merupakan daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut dengan luas area yang sempit antara daerah pasang tertinggi dan surut terendah. Daerah ini hanya terdapat pada daerah pulau atau daratan yang luas dengan pantai landai. Semakin landai pantainya maka semakin luas daerah intertidalnya (Nybakken, 1992). Daerah intertidal biasanya juga disebut dengan daeraht litoral. Menurut Romimohtarto (2005), daerah litoral atau daerah pasut adalah bentangan pantai yang terletak antara pasang tertinggi dan surut terendah. Pengaruh pasut, menurut bagian yang terkena perendaman dan pengeringan, daerah litoral dibagi menjadi tiga daerah utama yang menghubungkan daratan dan lautan, yaitu litoral, atas litoral (supralittoral), dan bawah litoral (sublittoral). Daerah atas litoral berada diatas daerah litoral dan dapat mengalami siraman air pada saat air pasang sedangkan daerah bawah litoral berada di bawah daerah litoral dan selalu terendam pada saat air surut. Pantai Bandengan termasuk dalam pantai yang sangat dipengaruhi oleh perubahan pasang surutnya air laut, serta pengendapan sedimen asal daratan, erosi daratan dan angin. Daerah ini langsung mendapat pengaruh air laut dan selalu dapat dicapai oleh pasang naik dan pasang surut. Pasang surut tersebut terjadi karena adanya gravitasi oleh bulan. Pantai Bandengan mempunyai tipe pasang surut diurnal dimana dalam sehari semalam terjadi satu kali pasang dan satu kali surut, hal ini menyebabkan lamanya daerah pantai berada pada keadaan kering dan terendam air. Secara umum wilayah perairan Bandengan merupakan daerah yang landai dengan dasar perairan berupa pasir kasar yang merupakan hasil pelapukan dan pecahan batu, karang dan cangkang organisme laut.Beberapa aktivitas yang terdapat disekitar perairan Pantai Bandengan diantaranya adalah kegiatan pariwisata, budidaya rumput laut dan daerah penangkapan ikan. Pada ekosistem pantai, kelimpahan hewan makrobenthos mempunyai pengaruh dalam rantai makanan. Lingkungan hidup benthik meliputi dasar laut mulai dari daratan yang masih terkena percikan ombak sampai dasar laut terdalam. Dasar laut inilah yang menyediakan berbagai macam kondisi yang menguntungkan bagi kehidupan hewan makrobenthos. Hewan makrobenthos menjadikan dasar perairan sebagai habitat, sehingga keadaan substrat, baik komposisi maupun ukuran partikelnya sangat berpengaruh terhadap kelimpahan dan keanekaragaman organisme makrobenthos (Supriharyono, 2000). Daerah perairan pantai dapat diketahui bagaimana hewan makrobenthos beradaptasi dengan lingkungannya. Adanya pasang surut pada air laut merupakan faktor yang paling penting yang mempengaruhi kehidupan di zona intertidal. Tanpa adanya pasang surut atau hal-hal lain yang menyebabkan naik dan turunnya permukaan air secara periodik, zona ini tidak akan seperti itu dan faktor-faktor lain akan kehilangan pengaruhnya yang disebabkan oleh kisaran yang luas pada banyak faktor fisik akibat hubungan langsung yang bergantian antara keadaan terkena udara terbuka dan keadaan yang terendam air. Jika tidak ada pasang surut, fluktuasi yang besar ini tidak akan terjadi (Nybakken, 1992).

PENGARUH MACAM PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS HIBRIDA (Zea mays saccharata) DI DATARAN TINGGI KOTA BATU

2017

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan serapan unsur hara N, P, K pada tanaman jagung dengan pemberian pupuk bokasi seresah jagung dan pupuk anorganik. Hipotesa penelitian diduga terdapat interaksi antara pemberian pupuk bokasi seresah jagung dan pemberian pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan serapan unsur hara pada tanaman jagung manis hibrida. Tempat dan waktu pelaksanaan penelitian dilakukan di Desa Binangun Kecamatan Bumiaji Kota Batu, dengan ketinggian tempat 900 dpl, mulai November 2016 hingga selesai. Perlakuan pada penelitian menggunakan faktorial, dengan 2 faktor yaitu: Faktor 1 : Perlakuan pupuk anorganik tunggal yaitu PI: tanpa Pupuk, P2: pupuk N,P,K dosis ½ dari dosis penuh (N: 62,5 kg/ha P: 50 kg/ha K: 37,5 kg/ha) P3: pupuk N,P,K dosis 3/4 kali dari dosis penuh (N: 93,75 kg/ha P: 75 kg/ha K: 56,25kg/ha) , P4: pupuk N,P,K dosis Penuh (N: 125 kg/ha P: 100 kg/ha K: 75 kg/ha) dan Faktor 2: Perlakuan Pupuk Bokashi Seresah Jagung yaitu B1 : Tanpa pupuk,...

PERSEPSI MASYARAKAT LOKAL TERHADAP USAHA TANI KARET (Hevea brasiliensis) DI DESA LAJA KECAMATAN TANAH PINOH BARAT KABUPATEN MELAWI

JURNAL HUTAN LESTARI, 2019

Rubber farming has been in demand by the people of Laja Village since 1990's as a livelihood by utilizing shifting fields within the forest. Some people's income from the results of rubber farming is very large, especially during the dry season, where people tap into rubber sap every day. Rubber prices experienced a decline that was felt by rubber farmers and in the rainy season the people could not tap rubber sap, the people were forced to find alternative jobs, such as gold mining and other jobs. This situation certainly raises different perceptions of society. This study aims to determine the public perception of rubber farming and analyze the relationship between knowledge, income and cosmopolitan factors. This study uses descriptive and associative surveys with interview techniques and the questionnaire contains a number of questions posed to respondents, collecting data using random purposive sampling. Data analysis using descriptive analysis of the chi square test and...

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PETANI KARET (Hevea Brasiliensis) DI DESA BARU KECAMATAN MESTONG KABUPATEN MUARO JAMBI

Jurnal Media Agribisnis, 2018

This research was conducted in June 2017 at Baru Village of Mestong Subdistrict of Muaro Jambi Regency.The purpose of this research is to know the description of the revenue of rubber farmer, and the influence of independent variables (Rubber Production, Price, Plant Age, Education Level, Types of Seeds, and Tapping Technique) to the revenue of rubber farmers. The research used survey method,completed by Random sampling design with 64 farmers as a sample or 15% of the population (427 farmers). The analysis used descriptive method and multiple regression. The result showed that the average of rubber farmerrevenue in this research was Rp.87.453,95 / Ha / Period and simultaneously independent variables give significant influence to the farmer revenue. While partially, rubber production, seed type, and tapping technique hadsignificant effect to the farmer's revenue, while rubber price, age of plant, and education level did not have significantly influence to revenue of rubber farmer.

ANALISIS PEMASARAN KARET (Hevea brasiliensis ) DI DESA PULAU SARAK KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR

IJAE ( Jurnal Ilmu Ekonomi Pertanian Indonesia ), 2021

then to factory. Marketing channel I obtained total marketing cost Rp1.568 / kg, total marketing margin of Rp1.549 / kg, and marketing profit of Rp791 / kg and farmer share of 83.10 percent. Marketing channel II obtained total marketing cost Rp1,807.45 / kg, total marketing margin of Rp1.585 / kg, and marketing profit of Rp634 per kg and farmer share of 82.71 percent. Marketing channel III obtained total cost Rp1.386 / kg, total marketing margin of Rp600 / kg and marketing profit of Rp150, 25 / kg and farmer share of 93.57 percent. The marketing efficiency of marketing channel I is 17.10 percent, marketing channel II marketing efficiency of 19.71 percent, and marketing channel III marketing efficiency of 14.86 percent.

KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) DI DESA GIRI NANTO KABUPATEN SELUMA

JURNAL AGROTEKNOSAINS, 2019

Land resources are natural resources that are very important for human survival because natural resources are needed in every life. Land evaluation is an estimate of suitability for a particular land use in order to optimize the existing land in an area. This study aims to assess the suitability class of rubber plantations in environmental conservation efforts in Giri Nanto Village, Seluma Regency. The study was conducted in 2015 with a free survey method, analyzed descriptively qualitatively and quantitatively through an analysis approach to environmental impact and mapped through analysis using Arc.Gis software 10.0, land map units, and rubber land suitability criteria with a map scale of 1: 85,000. The results showed that the total area of potential land in the Giri Village area would later be 1,185 ha. The distribution of potential land suitability classes for rubber plants was mostly S2 land classes (quite suitable) covering 622.82 ha (8.9%), S3 class (marginal suit) covering ...

PERAN TAMAN HUTAN HUJAN TROPIS INDONESIA TERHADAP IKLIM MIKRO (Studi Kasus di Taman Hutan Hujan Tropis Indonesia Kawasan Kantor Gubernur di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan)

EnviroScienteae

In line with the increasing population and the community's need for city facilities and infrastructure, urban development continues to increase. The paradigm of urban development should have changed and needs to be designed early towards the city with a better, more balanced way of life and still paying attention to environmental quality. The level of environmental comfort decreases as a result of the imbalance between built-up space and green open space (RTH) with the three main functions of urban vegetation being structural function, environmental function and visual function. RTH has a role in shaping the comfort of the urban climate through ecological functions, namely as a regulator of air temperature and humidity, so that it can be used as input in improving the quality of the microclimate by improving the quality of urban RTH so as to minimize the decline in environmental quality. The purpose of the study was to analyze the influence of vegetation structure and the role i...