Dimensi Identitas Pi’il Pesenggiri Ulun Lampung dalam Pengembangan Konseling Indigenous: Suatu Tinjauan Sistematis (original) (raw)
Related papers
JBKI (Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia)
Tingkat social crime pada suku lampung terkategorikan cukup tinggi, hal ini sangat miris dikarenakan suku lampung sebenarnya memiliki nilai agung yang sangat dijunjung tinggi yaitu nilai kearifan lokal. Permasalahan sosial yang ada harus dilakukan upaya penentasan masalah salah satunya melalui konseling lintas budaya. Untuk mencapai efektivitas pelayanan konseling, maka perlu dianalisis tentang makna piil pesenggiri sebagai pembentuk karakter suku lampung, sehingga upaya pelayanan konseling dapat menjadi lebih tepat dan sesuai dengan nilai luhur budaya lampung. Mengetahui nilai kearifan lokal piil pesenggiri mewarnai karakter suku lampung, dan menginternalisasikan nilai kearifan lokal piil pesenggiri dalam pelaksanaan konseling lintas budaya. Metode penelitian yang digunakan adalah deskripsi kualitatif, informan penelitian adalah tokoh adat lampung di kelurahan Hadimulyo Timur dan Tejo Sari Kota metro. Pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi. Data dianalisis secara kualitatif dengan tahapan mereduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini Nilai kearifan lokal Piil Pesenggiri dalam mewarnai karakter suku Lampung, yaitu: (1) Nilai kearifan lokal Piil Pesenggiri menjadikan masyarakat suku Lampung sebagai masyarakat yang memiliki motivasi yang tinggi untuk maju dan tidak mau tertinggal dengan masyarakat lain, (2) Nilai kearifan lokal Piil Pesenggiri menjadikan masyarakat suku Lampung sebagai masyarakat yang terbuka, dan suka bergotong royong, (3) Nilai kearifan lokal suku Lampung Piil Pesenggiri membentuk karakter masyarakat suku Lampung sebagai masyarakat yang menghormati orang lain, dan bertoleransi. Kata Kunci: Piil Pesenggiri; Konseling Lintas Budaya I. PENDAHULUAN Nilai kearifan lokal merupakan landasan dasar dalam membentuk individu yang kuat dan berkarakter. Individu terbentuk melalui proses dengan lingkungannya. Peran nilai kearifan lokal menjadi fondasi bagi individu dalam menjalankan setiap proses interaksi dengan lingkungan. Gejala mulai lunturnya internalisasi nilai kearifan lokal pada bangsa Indonesia berdampak pada munculnya berbagai masalah sosial pada kehidupan masyarakat. Berikut gambaran permasalahan sosial yang ada pada masyarakat Lampung [1]:
Internalisasi Nilai-Nilai Indigenous Lampung Dalam Praktik Konseling Multikultural
Counsenesia Indonesian Journal Of Guidance and Counseling
Isu multikultur menjadi sebuah isu yang sangat digandrungi dan penting dalam perkembangan dunia Bimbingan Konseling, terutama dalam praktik konseling multikultural. Keberagaman budaya yang ada di Indonesia menjadi suatu hal yang sangat tepat ketika konselor mampu mengembangkan dan memasukkan nilai-nilai budaya dalam praktik konseling multikultural. Salah satu nilai budaya yang bisa digunakan adalah memadukan konsep nilai budaya Lampung (piil) yang mencakup 4 hal yaitu pasenggiri, nemui nyimah, nengah nyapur dan sakai sambayan. Konselor sebagai pelaksana konseling harus benar-benar mempunyai kesadaran (awareness) akan keberagaman budaya yang ada. Maka selayaknya konselor harus mempunyai kompetensi yang baik dalam cakupan multikultural, yaitu kesadaran (awareness), pengetahuan (knowing) dan keterampilan (skill).
Mempertahankan Piil Pesenggiri Sebagai Identitas Budaya Suku Lampung
Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya
The Lampung tribe is a minority tribe established by Lampung Province. The Lampung Province became a destination for population migration, so Lampung was discussed by Javanese, Sundanese, Balinese and so on. As a minority tribe, the Lampung tribe needs to strengthen its cultural identity among the people so that the cultural values of the Lampung tribe are not lost. Piil Pesenggiri is a philosophy of life that has become the cultural identity of the Lampung tribe. The purpose of this study is to explain the principles of Piil Pesenggiri so that its values can be rebuilt. This article was written in the literature study method with a collection of various sources of books, journals and research on the Piil Pesenggiri. The results show four principles of Piil Pesenggiri that need to be revived, namely juluk adek, nemui nyimah, nemui nyapur and sakai sambyan. Cooperation between all parties, namely traditional leaders, community members, academics and the government, is needed to reviv...
Piil Pesenggiri: Modal Budaya Dan Strategi Identitas Ulun Lampung
Makara Human Behavior Studies in Asia
Etnifikasi atau proses peminggiran penduduk lokal sebagai akibat migrasi di Lampung menyebabkan ulun Lampung menjadi minoritas di tengah-tengah heterogenitas budaya pendatang. Dalam menghadapi marjinalisasi ini, mereka membangkitkan tradisi (invensi tradisi) dalam rangka memperkuat kesadaran kolektif melalui pemaknaan piil pesenggiri (harga diri) yang direproduksi dan diartikulasikan sebagai representasi identitas. Penelitian ini bertujuan menjelaskan pemaknaan piil pesenggiri sebagai kedayatahanan identitas ulun Lampung yang mereposisi identitasnya, terkait dengan bagaimana piil pesenggiri diolah sebagai modal budaya dan strategi budaya di dunia sosial mereka. Sebagai penelitian kualitatif, data diperoleh melalui wawancara mendalam dengan sejumlah informan untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang piil pesenggiri berdasarkan pengalaman dalam dunia sosial yang dijalaninya. Temuan penelitian ini, bahwa rekonstruksi identitas ulun Lampung tidak terlepas dari perkembangan dinamika politik dan budaya dalam ruang dan waktu. Produksi dan reproduksi piil pesenggiri sebagai invensi tradisi, yang diolah menjadi modal budaya dan strategi identitas merupakan resistensi terhadap pendatang sebagai reteritorialisasi dan identifikasi diri. Mengubah stigma negatif piil pesenggiri yang selama ini dijadikan "perisai budaya" dalam berbagai tindakannya adalah konstruksi ulun Lampung dengan citra baru melalui pendidikan, simbol budaya maupun jalur politik, merupakan proses untuk diakui identitasnya dalam struktur sosial. Reproduksi piil pesenggiri menunjukkan piil sebagai identitas bukan produk yang statis tetapi kontekstual dan tidak dapat dipisahkan dari habitus ulun Lampung.
Edukasi Lingua Sastra, 2019
This article presents about the study of remember and bring it back the local genius based on harmony education among Lampung ethnic society. The purpose of the study was to describe the noble values in local genius Lampung ethnic society regarding the activities of harmonious and peaceful life in the midst of multicultural society. The focus of the study was the philosophy of Lampung people, it was Piil Pesenggiri that had some values: Nemui Nyimah, Nengah Nyappur, Sakai Sambaian, and Juluk Adek/Adok. Those values were hold tight, become spirit, source identity self, dignity, the grandeur of life, etic code/moral (what is Good) in life of Lampung etnic society. This study were collected throught any research paper about Piil Pesenggiri. The results showed that Piil Pesenggiri could play a role in developing the awareness of the importance of group life and encourage cooperation to achieve commons goals.
Indigenous Konseling ( Studi Pemikiran Kearifan Lokal Ki Ageng Suryomentaram Dalam Kawruh Jiwa )
Jurnal Bimbingan Konseling, 2015
Tujuan utama dalam penulisan ini adalah untuk merumuskan konsep indigenous konseling yang didasarkan pada kearifan lokal budaya Jawa. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Mendiskripsikan dan menganalisis pemikiran Ki Ageng Suryomentaram tentang Kawruh Jiwa, b) Mengetahui dan menganalisis relevansi nilai nilai konseling dalam pemikiran Ki Ageng Suryomentaram dengan Konseling. Suryomentaram menggambarkan manusia tanpa ciri sebagai sosok yang mampu menempatkan setiap persoalan dalam tempatnya melalui laku mawas diri. Mawas diri adalah sikap tidak merasa benar sendiri. Menjadi manusia tanpa ciri itu juga berarti mengembangkan catatan-catatan yang berdasarkan laku rasa, bukan berdasarkan laku pikir semata. Dengan memahami pemikiran Suryomentaram yang mengajarkan bahwa keinginan manusia itu “mulur-mungkret”, maka seorang konselor bisa menjadi pendamping bagi klien untuk membantu klien agar dapat mengatasi masalah yang dihadapi. Karena tidak ada kesenangan yang...
Hubungan Konseling Berlandaskan “Peumulia Jamee” (Kearifan Lokal Aceh)
Jurnal mahasiswa BK An-Nur, 2022
Peumulia Jamee" merupakan salah satu elemen penting dalam landasan hubungan konseling di Aceh. Artikel ini berisi tentang kajian "Peumulia Jamee" dalam konteks Bimbingan dan Konseling pada ruang lingkup pendidikan. Adapun artikel ini bertujuan mendeskripsikan "Peumulia Jamee" secara komperhensif tentang tinjauan filsafiah dan trend penelitian sebelumnya. Metode penelitian dalam artikel ini adalah penelitian kualitatif dengan desain penelitian studi literature. Terdapat keterpaduan hubungan konseling dalam "Peumulia Jamee" yang dapat dijadikan landasan dalam konseling Local Wisdom. Hasil kajian ini diharapkan berkontribusi secara teoritik dan praktik dalam mengembangkan perluasan khasanah kajian keilmuan bimbingan dan konseling pada Guru Bimbingan dan Konseling di Aceh.
Kajian Unsur Budaya Lampung dan Implikasinya Pada Pelaksanaan Konseling Lintas Budaya
Jurnal Fokus Konseling, 2018
The research aims to describe Lampung local wisdom and formulated of implication multicultural counseling for Lampung counselee. The research method used is qualitative. Informants are traditional Lampung figures. The research location on Lampung Tengah, Lampung Timur, and Bandar Lampung. Data collection using interviews and observation. The data were analyzed qualitatively by reducing the data, display data, and drawing conclusions. The result shows that the character of Lampung Society is based on the value of local wisdom is the Lampung society alway to be same or equal life from others, openness, good interaction to other, help each other, and respect people with other. Implications for cross-cultural counseling are: 1) in cross-cultural counseling, the courageous counselor should be open to using the "private sample" technique; 2) The counselor should provide the stimulus by giving examples of successful figures, and 3) counselor has collaborated with the traditional leader when counselee have case about cultural value problems.
Piil Pesenggiri Sebagai Modal Sosial: Meningkatkan Kerukunan Umat Beragama DI Provinsi Lampung
Journal of Religious Policy
Tulisan ini bertujuan menganalisis dan memberikan berbagai opsi kebijakan bagi peningkatan kondisi kerukunan umat beragama di Provinsi Lampung. Secara khusus, tulisan ini berupaya menyoroti dua indikator utama, yakni kesetaraan dan kerjasama, yang menjadi landasan penting terwujudnya kerukunan dan toleransi sebuah wilayah. Penelitian ini menggunakan pendekatan systematic literature review terhadap hasil survey Kerukunan Umat Beragama (KUB) yang dikeluarkan oleh Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama sejak tahun 2017 hingga 2022. Hasil studi ini menunjukkan terjadi peningkatan indeks KUB secara nasional pada kurun tiga tahun terakhir. Namun demikian, pada skala lokal, terjadi tren penurunan indeks KUB di beberapa wilayah, seperti Provinsi Lampung dalam kurun tiga tahun belakangan. Indikator kesetaraan adalah indikator yang mengalami penurunan cukup tajam dari tahun lalu, sementara indikator kerjasama mengalami peningkatan meski tidak terlalu tajam. Rekomendasi kebijakan pada kaji...
Konstruksi Identitas Guru Bimbingan Konseling sebagai Komunikator Pendidikan
Jurnal Kajian Komunikasi
Penelitian ini bermula dari dihilangkannya jam kelas bagi guru bimbingan dan konseling (BK) serta masih kurangnya jumlah guru BK di SMA Negeri di Kota Bandung. Peneliti ingin mengkaji lebih jauh mengenai motivasi, makna profesi, dan pengalaman komunikasi yang dialami oleh guru BK. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pendekatan ini mencoba untuk mencari pemaknaan mengenai bagaimana manusia mengkonstruksi makna dan konsep-konsep penting dalam kerangka intersubjektivitas. Pada penelitian ini data diperoleh dari tujuh guru BK sebagai key informant. Hasil penelitian ini menunjukkan tiga kategori yang melatarbelakangi alasan untuk menjadi guru, yaitu keinginan pribadi, arahan orang tua dan lingkungan pergaulan atau pertemanan. Hasil penelitian ini juga memunculkan dua kategori makna identitas guru BK, yaitu makna positif dan makna negatif. Makna positif dinyatakan pada guru sebagai orang tua, dicintai anak-anak, membantu siswa mengenali dirinya, harus tahu segala hal, dan guru yang sempurna. Makna negatif dinyatakan pada guru sebagai ganjal pintu dan guru yang masih dianggap sebagai polisi sekolah. Pengalaman komunikasi guru BK berlangsung pada konteks komunikasi antarpribadi, kelompok dan organisasional. Guru BK sebagai komunikator pendidikan harus memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Gambaran kondisi guru BK dalam memaknai profesi diharapkan dapat dijadikan rujukan pengambil kebijakan agar lebih memahami secara mendalam mengenai pentingnya keberadaan guru BK di sekolah.