Komodifikasi Simbol-Simbol Agama DI Kalangan Kelas Menengah Muslim DI Indonesia (original) (raw)
Related papers
Komodifikasi Agama: Pergeseran Praktik Bisnis dan Kemunculan Kelas Menengah Muslim
Jurnal Komunikasi Global, 2019
In recent years the Islamic consumption trend has spread throughout the country. At first glance, this phenomenon seems encouraging, because physically the condition seems to describe an increase in religiosity in the midst of the society in an effort to fulfill their spiritual needs. But in other perspectives, actually, this phenomenon has created influence and emerged other interests. The euphoria of religious identity actualization, used by business people to make it as a commodity which is then used as a selling tool. Business and marketing practices are currently shifting and experiencing transformation, from level of rational intelligence (marketing 1.0) to emotional marketing (marketing 2.0) and ultimately to the level of spiritual intelligence (marketing 3.0). Using a literature study method, this article seeks to reveal how such business practices of religious commodification have a real impact on the shift in consumer understanding of their religious identity. The rise of ...
Religiusitas Kelas Menengah Muslim Surakarta ; Interaksi Dengan Globalisasi Dan Modernitas
Harmoni
The economic growth affects the rise of middle class, includes Muslim class. The increase of the middle-class Moslem affects religiosity in Surakarta City. This study aimed (1) to describe the religiosity of middle class Muslims in Surakarta City as the result of their interaction with globalism and modernism and (2) to identify the factors influencing the religiosity of that class. The study was conducted in Surakarta City using a qualitative approach. Data were collected through Focus Group Discussion (FGD) with 11 informants with various relevant backgrounds. Then those data were analyzed qualitatively and compared to relevant previous studies. The study resulted: (1) Middle-class Muslims in Surakarta City showed their religiosity by following Majelis Taklim that combining spiritual and social activities and it was different to conventional ones. Religiosity was presented in sharia lifestyle. This was confirmed through the middle class’s appearances and preferences on Islamic-lab...
Trajektori Populisme Islam di Kalangan Kelas Menengah Muslim Indonesia
Website: www.prismajurnal.com; www.prismaresource.com Bank: MANDIRI, KCP RSKD, Jakarta. Nomor Rekening: 117-000-800-046-5 a/n Prisma Prisma diterbitkan oleh Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) dan dimaksudkan sebagai media informasi dan forum pembahasan masalah pembangunan ekonomi, perkembangan sosial dan perubahan kultural di Indonesia dan sekitarnya. Berisi tulisan ilmiah populer, ringkasan hasil penelitian, survei, hipotesis atau gagasan orisinal yang kritis dan segar. Redaksi mengundang para ahli, sarjana, praktisi dan pemuda Indonesia yang berbakat untuk berdiskusi dan menulis secara bebas dan kreatif sambil berkomunikasi dengan masyarakat luas. Tulisan dalam Prisma tidak selalu segaris atau mencerminkan pendapat LP3ES. Redaksi dapat menyingkat dan memperbaiki tulisan yang dimuat tanpa mengubah maksud dan isinya. Dilarang mengutip, menerjemahkan, dan memperbanyak, kecuali dengan izin tertulis dari Redaksi. © Hak cipta dilindungi Undang-undang.
Membaca Kelas Menengah Muslim Indonesia
Jati, Wasisto Raharjo, 2016. Politik Kelas Menengah Muslim Indonesia. Jakarta: LP3ES. Dalam sebuah tulisan di Majalah Prisma tahun 1990, Ariel Heryanto menuliskan kepustakaan tentang kelas menengah yang menurutnya dapat dibagi setidaknya ke dalam empat kelompok yakni empirik, kon-septual-teoritik, epistemologis, dan diskursif. Kajian dalam kepustakaan kelas menengah dalam kelompok yang pertama didasarkan pada penga-matan historis maupun kekinian terhadap kelas menengah. Sementara, kepustakaan yang masuk dalam kelompok konseptual-teoretik kajiannya fokus merumuskan pengertian dan makna kata kelas menengah sebagai pengembangan kerangka teoretik tentang konsep kelas menengah itu sendiri. Kepustakaan yang masuk kelompok epistemologis, pokok bahas-annya ada pada tataran filsafat karena yang dikaji adalah hakikat dari konsep kelas menengah. Sementara itu, kelompok kepustakaan yang diskursif adalah kajian yang melihat signifikansi sosial dari kajian kelas menengah ini. Dari keempat kelompok tersebut, kepustakaan tentang kelas menengah, khususnya kepustakaan Indonesia, hingga periode 1990-an didominasi oleh studi empirik (Heryanto 1990). Hingga kini, tulisan-tulisan mengenai kelas menengah nampaknya masih banyak didominasi oleh kajian empirik dibandingkan dengan kajian konseptual-teoritik, epistemologis, maupun diskursif. Beruntung-nya, kajian empirik mengenai kelas menengah tidak membosankan karena ada banyak perspektif yang tersedia. Dalam pembahasan me-ngenai kelas menengah Indonesia, misalnya, para penulis tidak melulu fokus pada aspek historis kemunculan kelas menengah saja, namun juga menggunakan perspektif ekonomi, sosial, politik, budaya, maupun gabungan dari perspektif-perspektif tersebut dalam menyusun studinya. * Penulis adalah Asisten Managing Editor Jurnal Politik.
Islam Populer sebagai Pencarian Identitas Muslim Kelas Menengah Indonesia
This article aims to analyze the construction of identity in the case study of Middle-Class Muslim in Indonesia. The term “Popular Islam” is part of an academic term to mention of make Islam as an identity for the Middle-Class Muslim in Indonesia. This term can be interpreted into two premises are popular Islam as a commoditization of Islamic value and Islam as part of celebration Islamic day. Both of these terms later then forked between Islamization and indigenization thus creating their assorted shades of Middle-Class Muslim in Indonesia. Consumption then present a cultural sign to distinguish the Middle Class. It was later manifested in the mass cultural products on behalf of Islam. That image displayed on consuming the product and then create construction of an Islamic Middle Class, religious Middle Class, and the Arabized Middle Class. This paper will elaborate more deeply about in search of identity and its impact to Middle-Class Muslim in Indonesia
Meta Analisis Studi Kelas Menengah Muslim di Indonesia
Indonesian Journal of Religion and Society
The emergence of the Islamic populism movement marked by the "212 Movement" is one of the reasons why the Indonesian Muslim middle class is interesting to be discussed again. Studies on the Muslim middle class in Indonesia have basically been carried out since the 1970s until now. With the abundance of literature on the Muslim middle class in Indonesia, on this basis this article aims to map out existing studies of the Muslim middle class. This article is a meta-analysis study that uses a literature study approach. Literature such as journals and articles are collected through online tools such as google and publis or perish 7 by searching using two keywords namely “Indonesian Middle Class” and “Indonesian Muslim Middle Class”. This study finds that there are three patterns of study of the Muslim middle class in Indonesia: first, the study of the politics of the Muslim middle class; the second is a study of the ideology of the Muslim middle class in Indonesia; The third st...
Kelas Menengah dalam Bingkai Middle Indonesia
Kajian mengenai politik kelas menengah Indonesia selama ini didomi-nasi oleh dua pendekatan utama, yakni Weberian dan Marxian. Per-spektif Weberian diawali oleh J.S. Furnivall, Clifford Geertz, termasuk juga Robert W. Hefner. Sedangkan, perspektif Marxian dapat ditemu-kan dalam karya-karya Richard Robison, Farchan Bulkin, dan Vedi Hadiz. Namun, di luar itu sebenarnya masih ada akademisi lainnya seperti halnya Ariel Heryanto yang lebih melihat kelas menengah dari pendekatan cultural studies. Secara umum, karya-karya tersebut menampilkan pengalaman pembentukan kelas menengah di Indonesia yang berangkat dari masa dekolonialisasi yang ditandai dengan munculnya kelompok masyarakat baru dalam struktur masyarakat Indonesia. Sebelumnya, kelompok ma-syarakat Indonesia hanya dikenal dalam dua kelompok yakni raja-kawu-la (penguasa-rakyat) yang itu menyimbolkan struktur kekuasaan yang berlandaskan patrimonialisme. Hadirnya kelompok masyarakat baru tersebut kemudian mengisi ruang kosong antara raja dan kawula ter-sebut yang kemudian berperan sebagai penghubung antara keduanya. Karakter " antara " (in between) yang terdapat dalam karakter kelas menengah Indonesia itulah yang menjadi pintu masuk bagi para il-muwan dalam melakukan analisis. Namun demikian, karakter " antara " tersebut juga bisa berarti ambigu mengingat ketidakjelasan posisi politik * Penulis adalah peneliti di Pusat Penelitian Politik LIPI.
Komodifikasi Agama sebagai Identitas Kesalehan Sosial
Jurnal Riset Agama
The commodification of religion has entered fields that were previously unthinkable. The magnitude of the potential behind the rise of the Islamic spirit is a factor in the spread of religious commodification, although commodification of religion does not oppose existing religious teachings and even tends to support it, but this phenomenon has the potential to erode the values of religiosity and sacredness in religion. Karl Marx has warned that the commodification of religion is like opium, the opium can provide temporary peace but consciously or unconsciously it results in bigger damage. The fields of commodification of religion have various styles and methods, but these various styles and methods bring up to a pattern which is then used as a reference for capitalists to branding their products. In order to explain the phenomenon of this pattern of religious commodification, the researcher uses a normative qualitative method approach based on library research by using secondary dat...