Trajektori Populisme Islam di Kalangan Kelas Menengah Muslim Indonesia (original) (raw)

Islam Populer sebagai Pencarian Identitas Muslim Kelas Menengah Indonesia

This article aims to analyze the construction of identity in the case study of Middle-Class Muslim in Indonesia. The term “Popular Islam” is part of an academic term to mention of make Islam as an identity for the Middle-Class Muslim in Indonesia. This term can be interpreted into two premises are popular Islam as a commoditization of Islamic value and Islam as part of celebration Islamic day. Both of these terms later then forked between Islamization and indigenization thus creating their assorted shades of Middle-Class Muslim in Indonesia. Consumption then present a cultural sign to distinguish the Middle Class. It was later manifested in the mass cultural products on behalf of Islam. That image displayed on consuming the product and then create construction of an Islamic Middle Class, religious Middle Class, and the Arabized Middle Class. This paper will elaborate more deeply about in search of identity and its impact to Middle-Class Muslim in Indonesia

Kelas Menengah Muslim Baru dan Kontestasi Wacana Pluralisme di Media Sosial

Jurnal Pemikiran Sosiologi, 2017

Artikel ini mengelaborasi narasi tentang tumbuhnya kelas menengah Muslim baru pada masa Reformasi dan sikap mereka terhadap wacana pluralisme di media sosial. Kemunculan kelas menengah Muslim baru merupakan dampak dari stabilnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia sejak 2001-2010 dalam bidang fesyen, kosmetik, perbankan, biro travel, budaya populer, wisata religi. Pada saat bersamaan muncul pemahaman akan adanya program liberalisasi pemikiran Islam di Indonesia khusunya pasca peristiwa 9/11 di Amerika Serikat. Program tersebut dijalankan dalam bentuk pewacanaan mengenai pluralisme agama, sekulerisme, kesetaraan gender. Dalam konteks ini, media sosial menjadi sarana persebaran gagasan oleh kelas menengah Muslim tentang bahaya sekulerisme, pluralisme, dan liberalisme (ideologi Barat). Di sisi lain mereka juga melakukan komodifikasi Islam dengan memperdagangkan fesyen, makanan, penerbitan dengan dalih untuk menyelamatkan generasi Muslim dari pengaruh ideologi Barat itu.

Populisme Islam di Indonesia

Populisme Islam ini merupakan jenis populisme yang berbeda dan cocok untuk menganalisis fenomena di negara dengan mayoritas penduduk Muslim.

Meta Analisis Studi Kelas Menengah Muslim di Indonesia

Indonesian Journal of Religion and Society

The emergence of the Islamic populism movement marked by the "212 Movement" is one of the reasons why the Indonesian Muslim middle class is interesting to be discussed again. Studies on the Muslim middle class in Indonesia have basically been carried out since the 1970s until now. With the abundance of literature on the Muslim middle class in Indonesia, on this basis this article aims to map out existing studies of the Muslim middle class. This article is a meta-analysis study that uses a literature study approach. Literature such as journals and articles are collected through online tools such as google and publis or perish 7 by searching using two keywords namely “Indonesian Middle Class” and “Indonesian Muslim Middle Class”. This study finds that there are three patterns of study of the Muslim middle class in Indonesia: first, the study of the politics of the Muslim middle class; the second is a study of the ideology of the Muslim middle class in Indonesia; The third st...

Membaca Kelas Menengah Muslim Indonesia

Jati, Wasisto Raharjo, 2016. Politik Kelas Menengah Muslim Indonesia. Jakarta: LP3ES. Dalam sebuah tulisan di Majalah Prisma tahun 1990, Ariel Heryanto menuliskan kepustakaan tentang kelas menengah yang menurutnya dapat dibagi setidaknya ke dalam empat kelompok yakni empirik, kon-septual-teoritik, epistemologis, dan diskursif. Kajian dalam kepustakaan kelas menengah dalam kelompok yang pertama didasarkan pada penga-matan historis maupun kekinian terhadap kelas menengah. Sementara, kepustakaan yang masuk dalam kelompok konseptual-teoretik kajiannya fokus merumuskan pengertian dan makna kata kelas menengah sebagai pengembangan kerangka teoretik tentang konsep kelas menengah itu sendiri. Kepustakaan yang masuk kelompok epistemologis, pokok bahas-annya ada pada tataran filsafat karena yang dikaji adalah hakikat dari konsep kelas menengah. Sementara itu, kelompok kepustakaan yang diskursif adalah kajian yang melihat signifikansi sosial dari kajian kelas menengah ini. Dari keempat kelompok tersebut, kepustakaan tentang kelas menengah, khususnya kepustakaan Indonesia, hingga periode 1990-an didominasi oleh studi empirik (Heryanto 1990). Hingga kini, tulisan-tulisan mengenai kelas menengah nampaknya masih banyak didominasi oleh kajian empirik dibandingkan dengan kajian konseptual-teoritik, epistemologis, maupun diskursif. Beruntung-nya, kajian empirik mengenai kelas menengah tidak membosankan karena ada banyak perspektif yang tersedia. Dalam pembahasan me-ngenai kelas menengah Indonesia, misalnya, para penulis tidak melulu fokus pada aspek historis kemunculan kelas menengah saja, namun juga menggunakan perspektif ekonomi, sosial, politik, budaya, maupun gabungan dari perspektif-perspektif tersebut dalam menyusun studinya. * Penulis adalah Asisten Managing Editor Jurnal Politik.

Komodifikasi Simbol-Simbol Agama DI Kalangan Kelas Menengah Muslim DI Indonesia

SOSEBI: Jurnal Penelitian Mahasiswa Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Bisnis Islam, 2022

Karya ini dilisensikan di bawah Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License Abstrak: Dewasa ini, ada semacam kegairahan baru dalam gaya hidup Islami hampir di semua aspek kehidupan. Ekspresi keislaman yang memenuhi ruangruang publik yang kemudian sebagai wadah bagi kelahiran ceruk pasar baru yang disebut sebagai kelas menengah Muslim. Dampaknya, pasar Muslim tumbuh ke skala yang cukup signifikan dan menjadi salah satu kolam pasar dengan pertumbuhan yang begitu cepat di dunia dan menghasilkan peningkatan daya beli yang cukup tinggi. Tulisan ini bertujuan menganalisis apakah terjadi komodifikasi simbol-simbol agama seiring dengan menggeliatnya pasar kelas menengah Muslim di Nusantara. Artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Selain itu, penelitian juga ini menggunakan teknik penulisan induktif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fenomenologi. Teknik analisis data yang digunakan adalah kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa fenomena munculnya kelas menengah Muslim adalah angin segar bagi tumbuhnya budaya religiusitas di tengah-tengah masyarakat. Akan tetapi jika dikaji lebih dalam, disadari atau tidak fenomena tersebut telah menjadikan agama sebagai komoditi. Imbasnya, terjadi pergeseran makna keislaman yang bukan hanya diartikan sebagai ritual semata namun juga membentuk gaya hidup dalam kerangka formalitas simbolik agama. Sehingga kedepannya para pelaku bisnis diharapkan dapat menghadirkan produk yang tidak hanya menjual label halal atau label syariah, namun juga bagaimana produk tersebut memberikan makna spiritual secara substantif bagi konsumen.