Pluralisme Dan Inklusivitas Dalam Masyarakat Multikultural Perspektif Pemikiran Tariq Ramadan (original) (raw)
Related papers
Prinsip dan Asas Masyarakat Multikultural Perspektif Tariq Ramadan
Sophist : Jurnal Sosial Politik Kajian Islam dan Tafsir
Pluralism and inclusivity are important aspects that need to be understood in the context of today’s multicultural society. However, in pluralistic societies, conflicts often arise due to differences and disagreements among different groups. This study aims to analyze the concepts of pluralism and inclusivity in the thoughts of Tariq Ramadan, with a focus on the concepts of European Muslim and Dar al-Shahadah. This research is a literature study with a philosophical approach that aims to examine the ideas and concepts of the figure. The results of this study indicate that in his thinking, Tariq Ramadan emphasizes the importance of a critical, inclusive, and pluralistic approach to Islam as well as advocating for reform in Islamic thought. His concepts of European Muslim and Dar al-Shahadah offer a positive view of the role of Muslim identity in an increasingly complex and changing global context in creating a more just and harmonious society and teaching the importance of recognizin...
Multikultural dalam Perspektif Alquran
AL QUDS : Jurnal Studi Alquran dan Hadis, 2017
Findings of the research suggest that the views or reviews of the Qur'an about multicultura do not against the Islamic teachings at any rate, especially the Qur'an as the source of Islamic law. The diversity that exist has in fact become intellectual property to be studied, as the Qur'an explains it. Through multicultural education, it is expected that every individual and/or every group be acceptance and appreciate toward differences among them, live said by said in harmony in order to establish a peaceful and properous nation
PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME DALAM AJARAN ISLAM
Indonesia adalah negara yang memiliki beragam suku, agama, etnis, ras, dan budaya yang tersebar luas dan merata di seluruh kepulauan Indonesia. Multikulturalisme merupakan salah hatu hal yang sangat diperlukan untuk membangun sebuah negara yang majemuk tanpa adanya konflik antar suku, etnis, ataupun ras di dalamnya. Islam telah mengajarkan bahwasanya sebagai manusia kita perlu mempunyai sikap saling menghormati dan saling menghargai antar sesama. Ajaran agama islam sendiri selalu menekankan akan kehidupan yang bertoleran antar semua umat dan tidak memandang satu umat saja. Hal ini dilakukan karena masih banyaknya konflik yang terjadi antar suku ataupun ras yang ada di Indonesia. Maka dari itu, Indonesia dihadapkan akan masalah atau konflik yang terjadi bukan dari luar, namun dari dalam yaitu konflik antar masyarakatnya. Oleh karena itu, diperlukan ajaran atau Pendidikan yang membahas tentang multikulturalisme. Ajaran berbagai agama khususnya islam, telah mengajarkan manusia untuk bersikap pluralisme dan multikulturalisme melalui alqur'an dan hadist.
Tariq Ramadan Dan Faham Budaya Islam Yang Toleran Dan Inklusif
PERADA, 2021
Tulisan ini bertujuan mengetengahkan pemikiran Tariq Said Ramadan (lahir 1962), reformis Islam abad ke dua puluh satu, dan menyorot pengaruh intelektual dan idea pembaharuan Islamnya dari sumber-sumber penulisannya yang ekstensif. Kajian membuktikan bahawa Ramadan merupakan antara penganjur Islam moden yang terpenting di abad ke-21. Idealisme pembaharuan ini diketengahkan dalam buku-bukunya seperti What I Believe, Radical Reform, To Be A European Muslim dan Western Muslims and the Future of Islamyang membawa filsafat pemikiran modennya dan tinjauannya tentang Islam dan masyarakat Muslim di Eropah. Pengembangan pengaruh intelektualnya di kalangan Muslim Eropah banyak terkesan oleh karya dan wacana modennya yang berpengaruh tentang semangat inklusivisme dan pluralisme, idea reform, masyarakat sivil, prinsip ijtihad dan pembelaan kaum minoriti. Paul Donnelly dalamThe Washington Post mengungkapkannya sebagai “A Muslim Martin Luther” atau “Martin Luther-nya Islam”. Kaedah penelitian bers...
Al-Quran Menjawab Tantangan Pluralisme terhadap Kerukunan Ummat Beragama
ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam, 2013
Pluralism is a challenge which must be dealt by lofty and wise action. Actually, peace culture had an accurate base dealing with pluralism, then become solution to keep sturdy coalescence and nation. The challenge of pluralism should be an opportunity to exhibit Islamic existence through al Quran and Hadits as a manual and guide in Inonesian sociail life. The plurailsm in Indonesia could be solved by having Al Quran and Hadits as a references to think globally and inclusively, not exclusively. People with government should cooperate each other to face a challenge of pluralism, until no more conflict on behalf a religion. Pluralisme adalah kemajemukan yang harus dihadapi dengan sikap arif dan bijaksana. Budaya perdamaian sebenarnya telah memiliki landasan yang kuat untuk menghadapi pluralisme, sehingga menjadi solusi untuk tetap menjaga kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa. Tantangan pluralisme seharusnya menjadi peluang untuk menunjukkan eksistensi Islam, dengan menjadikan al Quran dan Hadits sebagai pedoman dan tuntunan dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Solusi untuk menghadapi pluralisme di Indonesia adalah dengan menjadikan Al Quran dan Hadits sebagai rujukan untuk berpikir global dan inklusif bukan eklusif. Sudah seharusnya masyarakat bersama seluruh elemen pemerintah menjalin kerjasama yang serius untuk menghadapi tantangan pluralisme, agar tidak terjadi lagi konflik yang mengatasnamakan agama.
Urgensi Pendidikan Demokrasi Dan Multikultural Bagi Masyarakat Plural
JUPE : Jurnal Pendidikan Mandala, 2019
Pendidikan demokrasi dan multikultural adalah upaya penanaman dan penumbuhan pemahaman serta kesadaran berfikir obyektif dari masyarakat dalam melihat realitas kehidupan sosial yang plural. Pluralitas sangat nampak dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang dengannya menjadikan upaya penananam dan penumbuhan pemahaman demokrasi dan multikultural menjadi penting. Pentingnya pendidikan ini akan menghindari masyarakat dari resiko pertikaian bahkan berakibat disintegratif. Resiko sosial yang sering dialami masyarakat yang plural yaitu kerapnya terjadi konflik destruktif yang mengatasnamakan kepentingan kelompok-kelompok sosial. Hal-hal lain juga yang dapat dirasakan dengan adanya pemikiran pendidikan demokrasi dan multikultural yaitu masyarakat mengetahui bahaya konflik horizontal yang kadangkala itu dapat diakibatkan oleh redahnya pemahaman dan kesadara masyarakat terhadap realitas sosial.
Refleksi Pemikiran Multikulturalisme bagi Dakwah
Proceedings Paper, 2019
This paper aims to discuss multiculturalism thinking from Europe and Asia, such as Bikhu Parekh, Daniel Conjanu, and Charles Taylor. Multiculturalism thinking is explored for the sake of Da'wa, or it can be called as multiculturalism preaching. This study uses literature review, and analysis of multiculturalism phenomena in the city of Surabaya. These thinkers used a number of approaches in terms of recognition politics, new identity politics, political equality with dignity, politics of difference, accommodative multiculturalism, and pragmatism. In the analysis of the Da'wa approach is divided into two, namely the structural approach and cultural approach. The structural approach refers to politics that encompasses politics of recognition, politics of new identity, politics of equality with dignity, and politics of difference. As for the cultural approach, it encompasses accommodative multiculturalism and pragmatism. Through this multicultural preaching approach it becomes an offer in overcoming the problems of preaching in multicultural societies.
Menanamkan Sikap Toleransi pada Masyarakat Multikultural dalam Persfektif Tafsir Al-Azhar
Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 2021
Multikulturalisme menjadi ruang lingkup dan objek utama dalam toleransi. Dewasa ini, Indonesia sebagai negara yang multikultural dihadapkan pada disharmoni sosial yang tinggi. Kasus intoleransi di Indonesia berada pada tingkat yang mengkhawatirkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap toleransi dapat di tanamkan pada lingkungan masyarakat multikultural berdasarkan perpektif tafsir al-azhar karya Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research), penelitian kepustakaan (library research) merupakan suatu penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material yang ada di perpustakaan seperti buku, majalah, artikel, kisah-kisah sejarah, berita, dan sebagainya. Sumber data dari penelitian ini menggunakan data sekunder. Dimana penelitian ini berdasarkan al-qur’an sebagai huddan linnas yang memiliki ratusan ayat terkait sikap toleransi sehingga Abdulmalik A...
BAU NYALE: TRADISI BERNILAI MULTIKULTURALISME DAN PLURALISME
Budaya spiritual etnis Sasak dalam perjalanannya telah mengalami perkembangan yang cepat. Diawali dengan masuknya agama Islam dari Jawa dan Makasar, serta agama Hindu dari Bali. Kehadiran kedua agama tersebut kemudian diolah masyarakat Sasak dalam konsep sinkretisme, dan wadah puncaknya berupa ajaran Islam Wetu Telu. Pengejahwantahan dari sinkretisme menghasilkan tradisi-tradisi sebagai penguat identitas etnis Sasak. Satu di antara tradisi yang ada, yaitu Bau Nyale. Sebagai pokok sandaran analasis penulisan membatasi tiga pokok rumusan, yaitu 1) apa fungsi tradisi Bau Nyale bagi masyarakat pendukungnya; 2) nilai-nilai budaya apa saja yang dimuat dalam tradisi Bau Nyale; 3) Kenapa diberi pengakuan, penghargaan dan kesetaraan tradisi Bau Nyale dengan tradisi yang lain yang hidup di Lombok oleh komunitas lain. Pisau analisis untuk mengidentifikasi yaitu teori semiotika dan neo-fungsionalisme. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan teknik deskriptif interpretatif. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi fungsi-fungsi dan nilai budaya yang dimuat pada tradisi Bau Nyale. Dari hasil mengidentifikasi, maka karya budaya intangible Bau Nyale layak sebagai tradisi yang memiliki nilai multikulturalisme dan pluralisme. Kata kunci: Bau Nyale, sinkretisme, multikulturalisme dan pluralisme. Sasak ethnic spiritual culture in its journey has experienced rapid development. It starts with the entry of Islam from Java and Makasar, as well as Hinduism from Bali. The presence of the two religions is then processed by the Sasak community in the concept of syncretism, and the top place is the teachings of Islam Wetu Telu. The implication of syncretism resulted traditions as a reinforcement of Sasak ethnic identity. One of the existing traditions, is the Bau Nyale. There are three main issues in this research, which are 1) what is the function of Nyale Bau tradition for the support community; 2) what cultural values are contained in the Bau Nyale tradition; 3) why is Bau Nyale tradition given the recognition, appreciation and equivalence with other traditions that live in Lombok by other communities. Theories used to identify are the semiotics theory and neo-functionalism. This research is a qualitative research with descriptive interpretative technique. The purpose of this study is to identify the functions and cultural values contained in the Bau Nyale tradition. From the results of identifying, the Bau Nyale cultural work deserves a tradition that has value multiculturalism and pluralism.