TRADISI MAHAR : ASPEK DISKRIMINASI PADA KAUM PEREMPUAN INDIA (original) (raw)

HADIS-HADIS “DISKRIMINASI PEREMPUAN” DALAM KITAB SHAHỈH BUKHẢRI (Studi Terhadap Kualitas Sanad dan Fiqh al-Hadis)

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman , 2010

Tulisan ini membahas mengenai hadis-hadis ’diskriminasi perempuan’ dalam kitab Shahih Bukhari yang menurut sebahagian kalangan dianggap membeci dan memberikan ketidakadilan terhadap perempuan, serta bertentangan dengan kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam al Qur’an. Dari hasil pembahasan disimpulkan bahwa ternyata hadis tersebut tidak bertentangan dengan nash al Qur’an bahkan menjadi bayan terhadap al Qur’an. Pemahaman terhadap hadis-hadis tersebut tidak akan diskriminatif bila dipahami secara utuh dan komperhensif

DISKRIMINASI PEREMPUAN BERCADAR DALAM PERSPEKTIF HEGEMONI

2019

This study aims to determine, describe, and explain people's perspectives on veiled women. The existence of community construction that veiled women are labeled as radicals, seen from the many historical phenomena about terrorism always related to women who use the veil. This study aims to look at discrimination against veiled women with a review of historical phenomenology in the study of hegemony. Through this research it can be seen that veiled women are labeled as radicals and terrorists. The understanding of hegemony emphasizes that hegemony will take place if the way of life, way of thinking and views of the people below and governing are influenced by the elite and the mass media. There should be no discrimination against women of any age, religion, ethnicity and status. All must be treated equally, fairly, and do not distinguish between culture, ethnicity, religion and social status. Discrimination in the use of veils in Indonesia which led to a ban on the use of veils on campus which later arose a criticism of the veil ban through the perspective of hegemony theory Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menggambarkan, dan menjelaskan perspektif masyarakat terhadap wanita bercadar. Adanya kontruksi masyarakat bahwa perempuan bercadar dilabeling sebagai kaum radikal, dilihat dari banyaknya fenomena histori tentang terorisme selalu berkaitan dengan perempuan yang menggunakan cadar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat diskriminasi terhadap perempuan bercadar dengan tinjauan pendekatan kualitatif fenomenologi histori dalam kajian hegemoni. Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa perempuan bercadar dilebeling sebagai radikal dan teroris. Paham hegemoni menekankan bahwa hegemoni akan berlangsung apabila cara hidup, cara berfikir dan pandangan masyarakat bawah maupun memerintah dipengaruhi oleh kaum elit dan media massa. Semestinya tidak ada diskriminasi terhadap perempuan yang berusia apapun, beragama apapun, bersuku apapun dan berstatus apapun. Semuanya harus diperlakukan secara setara, adil, dan tidak membedakan budaya, suku, agama dan status social. Diskriminasi penggunaan cadar di Indonesia yang menimbulkan larangan penggunaan cadar di kampus yang kemudian timbul sebuah kritik terhadap larangan bercadar tersebut melalui perspektif teori hegemoni Kata Kunci: Diskriminasi, Perempuan Bercadar, Hegemoni Kekuasaan. PENDAHULUAN Diskriminasi terhadap pengguna cadar di Indonesia sudah menjadi bahan pembicaraan dan bahan pertimbangan pemerintah dan negara, dengan adanya argument Menteri Agama fakhrurrazi yang disiarkan oleh salah satu media televisi kompas pada tanggal 31 oktober 2019 tentang soal pelarangan penggunaan cadar di instansi pemerintah,-penggunaan cadar bukan budaya orang Indonesia dan dapat menimbulkan kecurigaan karena sering dikaitkan dengan paham tertentu sebaiknya penggunaan pakaian disesuaikan dengan budaya di

MODEL EMANSIPASI QUR'ANI TERHADAP KAUM PEREMPUAN

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman , 2012

The Model of Woman's Emanticipation in the Qur'an: The notion of women's emancipation is first emerging from the Koran. The Scripture has a lot of ideas and views on the emancipation of women. Views of the Koran on the improvement of women is not only limited to the ideas of course, but the Koran produces many of the provisions that must be followed in order to improve upon women. What is desired by the Koran to the condition of women is not an absolute equality between men and women. However, the Koran continued to see each of them has different tasks and functions. Both must carry out the functions and duties of each, for harmony and happiness together. Then the gender difference in the Koran is not negative discriminatory as alleged many scholars. Gender distinction in the Koran is distinction of partners or joint. Pendahuluan Emansipasi perempuan adalah suatu gerakan pemikiran sekali gus aksi yang bertujuan memberikan pembebasan kepada kaum wanita dan melepaskan mereka dari pengekangan dan pembatasan untuk maju. Di dunia Timur dewasa ini, orang mengenali bahwa emansipasi peremuan itu dibangun oleh Barat terutama kelompok feminisme yang tidak banyak membaca perjalanan sejarah Islam dan penurunan Alqur'an. Sehingga model emansipasi Barat, yang sekuler, nyaris semuanya diadopsi. Sebagai akibatnya, banyak kaum wanita dan kaum feminisme menuntut persamaan dan kesetaraan mutlak dengan laki-Kadar M. Yusuf, Model Emansipasi Qur'ani terhadap Kaum Perempuan 115 laki. Ketetapan agamis yang telah menjadi kesepakatan para ulama atau ijma` digugat atau dikritik, seperti iddah dan talak mulai selalu dipertanyakan. Kenapa hanya perempuan saja yang harus menjalani iddah? Dan kenapa hanya laki-laki saja yang memegang kendali talak atau perceraian? Emansipasi alah Barat ini melahirkan gagasan dan gerakan-gerakan perempuan menuntut haknya, seperti persamaan dalam menduduki suatu jabatan, persamaan hak dan kewajiban, dan kegiatan keseharian. Bahkan juga persamaan dalam kegiatan olah raga, sehingga jika dulu olah raga tinju dan bola kaki hanya merupakan khas laki-laki, maka sekarang-sebagai dampak emansipasi-kegiatan tersebut juga merupakan permainan kaum perempuan. Demikian pula dalam soal pekerjaan; jika dulu pekerjaan berat didominasi oleh kaum pria maka sekarang kaum prempuan pun telah memasuki sektor ini. Sehingga selolah-olah tidak ada lagi batasan dan skat-skat pekerjaan, budaya, pergaulan, tanggung jawab, profesional, dan lain sebagainya; semua sektor bisa dimasuki oleh kedua jenis insan ini. Gagasan feminime model Barat ini tidak hanya memasuki ruang-ruang budaya dan pergaulan tetapi juga memasuki hal-hal yang bersifat dogmatis dan pemahaman keagamaan. Ia, misalnya, berdampak kepada perubahan atau modernisasi pemahaman yang sudah tertanam dengan mapan dalam tatanan masyarakat Islam semenjak lama. Hal-hal yang telah disepakati selama ini sekarang digugat oleh kaum feminisme ini. Aminah Wadud, seorang tokoh feminisme muslimah Amerika, menegaskan; wanita itu benar-benar sejajar dengan laki-laki, jika laki-laki wajib salat Jum'at maka wanita juga wajib melaksanakannya dan jika laki-laki tidak wajib berjilbab baik dalam salat maupun di luar salat maka wanita juga demikian. Bahkan pengaturan saf ketika salat, laki-laki disamakan dengan wanita. Untuk merialisasikan pemahamannya ini, Aminah melakukan salat Jum`at di mana dia bertindak selaku khatib dan imam sedangkan makmumnya terdiri dari laki-laki dan prempuan.

Sirkumsisi Perempuan Sebuah Tradisi Kuno Yang Eksis Dan Terlarang (Studi Kasus Mesir)

ASKETIK, 2020

This study discuss about women circumcision. This study took a sample of women circumcision that occurred in Egypt because women circumcision tradition is done massively in their community. This study also discuss about women circumcision from socio-cultural perspective such as the beliefs in good things from the tradition. This study also discuss about the controversies of women circumcision tradition that World Health Organization (WHO) considers very dangerous for women. The purpose of this study is to explain that women circumcision tradition is an ancient tradition that existed thousands years ago even before Islam. Women circumcision potentially very dangerous and beliefs about good things of it that are believed by community actually are not always realized in social facts.

KERTAS PEMBENTANGAN DISKRIMINASI WANITA DI SARAWAK

2016

An analysis paper based on a workshop study and research conducted in 2016 to determine whether there exist any form of discrimination against women in Sarawak under the Syariah law, civil and adat law.

MEMPERTANYAKAN KESETARAAN GENDER: BERCERMIN PADA RUANG HUNIAN TRADISIONAL INDONESIA (STUDI KASUS: RUMAH GADANG MINANGKABAU

Diskriminasi antara perempuan dan laki-laki pada berbagai tempat di belahan bumi ini masih selalu terjadi. Demikian pula di Indonesia, kaum wanita seringkali dianggap kaum kelas dua, yang posisinya di bawah keberadaan kaum laki-laki. Padahal sesungguhnya, alam pikiran tradisional Indonesia tidak pernah mendiskreditkan ataupun mengecilkan peran serta wanita dalam kehidupan. Bahkan pada beberapa suku tertentu, wanita mengambil bagian yang penting dalam perikehidupan masyarakatnya, dipuja, dan dihormati. Tulisan ini difokuskan pada pembahasan tentang arsitektur tradisional, yaitu Rumah Gadang Minangkabau, sebagai contoh kasus untuk menunjukkan alam pikiran leluhur kita terhadap gender. Dalam pembahasan arsitektur rumah tradisional di berbagai tempat di Indonesia, hampir seluruh elemen arsitektur maupun interiornya memiliki makna yang mencerminkan nilai-nilai sosial budaya masyarakatnya. Termasuk diantaranya, cerminan relasi gender dalam masyarakat adat tersebut, tergambar dengan jelas pada sistem hunian yang diwariskan secara turun-temurun itu. Tulisan ini membahas tentang bagaimana peran sosial perempuan dalam memaknai kehidupan penghuni rumah tradisional, yang dianalisis dari elemen ruang Rumah Gadang. Apakah ruang yang ada terbentuk karena filosofi kesetaraan laki-laki dan wanita, ataukah karena unsur usaha domestifikasi wanita semata? Dari leluhur kita, dalam hal ini dalam ruang hunian tradisional yang kita warisi, ternyata banyak sekali nilai-nilai kepemimpinan gender yang dapat kita ambil sebagai perenungan sosial di masa kini. Abstract Gender discrimination has always occured in many places in this world. In our country, women is often considered as second class citizen below men. But indeed, Indonesian traditional philosophy and values never misjudge women's role in the society. Moreover, some ethnics has believed that women

DINAMIKA RELASI SUAMI ISTRI PADA MASYARAKAT PESISIR MADURA (STUDI TERHADAP MANUSIA PASIR DI SUMENEP)

Traditionally, the pattern of a patriarchal family as the wife puts in charge of domestic work. Not much different in the Madurese, Javanese people, the stereotype of women can be seen in the expression katut Swarga nunut hell. Because the fate of women is very dependent on her husband regarded the position of women is lower. The role of women is limited to domestic duties, which is about "well, the kitchen and the mattress". This role is considered as the ideal thing for a woman. Paradigm that is still deeply rooted in most societies of Java and rejecting the stereotype persists along with women's emancipation movement. Domestic role of the social role of women is associated with the event `Internal households, such as cooking, raising children, and serving their husbands, while the public role is a social role activities related to social, economic, political and outside the household. If the role can be performed by a woman so he played a double role. Such dual role that women can be seen in the activities of coastal communities of Madura. Due to the double role of poverty and backwardness of coastal communities. Keywords: Husband-Wife Relations, Coastal Communities, and the Double Role of Wife