NILAI SEBUAH NAMA BAGI PEREMPUAN: Upaya Berteologi dalam Konteks Ketidakadilan Gender (original) (raw)
Related papers
Arkeologi Penindasan Terhadap Perempuan
Permasalahan menarik yang penulis angkat ialah bagaimana kebudayaan dapat menindas perempuan hingga si korban pun tidak sadar kalau dia tertindas? Tulisan ini tidak memuat studi sejarah yang kronologis-komprehensif. Tidak juga dengan pendekatan etnografi. Penulis menggunakan perspektif filsafat Michel Foucault tentang arkeologi sejarah untuk menelusuri akar penindasan dalam kebudayaan yang dimulai dari sebentuk injeksi pengetahuan. Besar harapan penulis agar tulisan ini menginspirasi mereka yang berusaha menegakkan keadilan bagi manusia, khususnya makhluk bernama perempuan.
POLARISASI GENDER DALAM PEMBERIAN NAMA PADA ETNIS LAMAHOLOT
Polarisasi Gender dalam Pemberian Nama pada Etnis Lamaholot, 2020
ABSTRAK Tulisan ini berjudul "Polarisasi gender dalam pemberian nama pada etnis Lamaholot". Berpalingnya masyarakat terhadap budaya modern juga berpengaruh pada keberadaan tradisi Lamaholot di kabupaten Flores Timur. Padahal tradisi ini mempunyai nilai yang tinggi baik rohani maupun spiritual serta menyimpan kisah menarik yang terjalin dengan begitu indah. Orang-orang lebih menaruh perhatiannya pada karya-karya modern yang dihasilkan melalui media elektronik, misalnya film, siaran radio, siaran televisi, atau pun internet. Bahkan, dalam hal pemberian nama pun hampir tidak merujuk pada tradisi dan adat istiadat. Hal tersebutlah yang mendasari penulis mengangkat tradisi polarisasi gender sebagai objek kajian. Penulisan ini bertujuan mengidentifikasi unsur-unsur yang terkandung dalam tradisi pemberian nama kepada seseorang dalam budaya Lamaholot. Teori yang digunakan adalah teori Sosiolinguistik.
Perempuan Dan Laut: Berteologi Dari Laut Untuk Keadilan Bagi Perempuan Yang Tertindas
2021
Perempuan dan laut yang merupakan judul tulisan ini adalah sebuah upaya berteologi secara kontekstual dengan cara mendialogkannya peran Boiratan, seorang perempuan dalam masyarakat Seram Tengah (Maluku) dengan peran laut baik dalam mitos Boiratan menimbang tanah maupun dalam teks-teks Perjanjian Lama. Boiratan adalah seorang perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan sosial. Namun di saat keluarga dan sesamanya tidak bisa menolongnya untuk keluar dari lingkaran kekerasan itu, justru laut menjadi penolong dan teman berbaginya yang setia. Dengan mempergunakan perspektif teologi laut yang di dalamnya peran laut diapresiasi, penulis memperlihatkan bahwa laut atau alam bukan hanya objek tertentu, tetapi juga subjek atau mitra kerja Allah yang dipakai untuk menolong sesama ciptaan yang lain atau untuk mentransformasi dunia.
Selayang Pandang Tentang Teologi Feminis Dan Metode Berteologinya
Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen, dan Musik Gereja, 2018
The rise of women's movement and feminist theology show to us about the critical consciousness of women‟s experiences in the patriarchal society. They have fought against the patriarchal society supported by culture and religion. Many women have struggled for their self-respect, justice, and freedom. They have wanted to have an equal right and obligation with man either in church or in society. The aim of this paper is to describe the background of the rise offeminist theology and the richness of Feminist theological method.
Gender : Menelaah Keadilan Dan Kesetaraan Dalam Perspektif Antropologi
Journal Peqguruang: Conference Series
This paper discusses gender discourse, building justice and equality from an anthropological perspective. In critical studies, anthropology views that there are socio-cultural influences in building equality and justice in a multicultural society like in Indonesia. Gender itself is the behavior or division of roles between men and women that has been constructed or formed in the social environment. The anthropological approach views that gender differences are social constructions that are formed through social and cultural processes. In gender studies, researchers examine various social and cultural phenomena related to gender such as the distribution of gender roles, access to resources, and determining gender identity. This study also explores how gender differences impact the rights, opportunities and powers possessed by individuals and groups in society. The aim of gender discourse is to place men and women in a social framework in which they are both important components of th...
Bias Gender: Masalah Utama Dalam Interpretasi Arkeologi
Jurnal Humaniora, 2012
PENGANTAR Arkeologi gender, sebagai bagian dari disiplin arkeologi, terdiri atas beberapa tema (Johnson, 1999:118). Salah satu dari tema arkeologi gender yang mendapat perhatian adalah bias gender. Bias gender mendapat perhatian utama dalam kajian arkeologi gender karena dianggap telah merasuk dalam penelitian-penelitian arkeologi dan secara tidak sadar telah mempengaruhi interpretasi arkeologi. Banyak interpretasi arkeologi yang lebih menonjolkan peran pria daripada wanita, padahal wanita juga memiliki peran yang penting dalam kehidupan di masa lalu serta terdapat hubungan timbal balik antara pria dan wanita di masa lalu. Oleh karena itu, perlu dilakukan strategi untuk mengatasi bias gender dalam arkeologi ini. Hal ini penting dilakukan agar interpretasi tentang kehidupan masa lalu dapat dikemukakan secara objektif, apa adanya. Dalam hal ini, bias gender dalam arkeologi
REKONSTRUKSI MASKULINITAS: MENGUAK PERAN LAKI-LAKI DALAM PERJUANGAN KESETARAAN GENDER
2023
Ketimpangan gender merupakan fenomena yang masih melekat hingga saat ini. Mengatasi berbagai program demi kepentingan yang telah dilaksanakan persamaan. Tapi tetap saja pada wanita, sedangkan pria yang juga punya andil besar penciptaan kesenjangan ini jarang terlibat. Seberapa penting peran dari laki-laki dalam kesetaraan gender dan bagaimana mewujudkannya? Pertanyaan ini akan dibahas dalam makalah ini. Kata kunci: gender, peran, patriarki, maskulinitas Abstrac Gender inequality is a phenomenon that is still sticking to the present. To overcome the various programs have been implemented for the sake of equality. But it is still fixed in women, while men who also had a big hand in the creation of these gaps are rarely involved. How important is the role of men in gender equality and how to realize them? This question will be discussed in this paper.
PERTUNJUKAN TARI: SEBUAH KAJIAN PERSPEKTIF GENDER
Abstrak Dewasa ini masih sedikit wadah kegiatan untuk koreografer perempuan sehingga jarang kita saksikan pertunjukan karya tari koreografer perempuan, namun demikian beberapa pertunjukan tari di Yogyakarta dan Surakarta pernah menyajikan karya koreografer perempuan dengan mengangkat tema gender. Koreografer Setyastuti, Inong, dan Maruti menggelar karyanya dengan tema berbagai sudut kehidupan perempuan Indonesia, dan menggambarkan peran perempuan pada masa kolonial. Karya tari beberapa koreografer tersebut menarik untuk dicermati dari sudut pandang permasalahan gender. Istilah gender mengacu pada makna sosial, budaya, dan biologis. Perspektif gender mengarah pada suatu pandangan atau pemahaman tentang peran perempuan dibedakan secara kodrati, dan peran gender yang ditetapkan secara sosial budaya. Perbedaan gender akan menjadi masalah jika perbedaan itu mengakibatkan ketimpangan perlakuan dalam masyarakat serta ketidakadilan dalam hak dan kesempatan baik bagi laki-laki maupun perempuan. Kata kunci: pertunjukan tari, gender, koreografer perempuan A. Pendahuluan Wacana tentang perempuan di dalam seni pertunjukan Indonesia terkondisi oleh batasan pemahaman sosok tubuh perempuan itu sendiri. Dalam proses koreografi maupun kehadirannya selalu terkait dengan norma patriarki, baik di dalam sistem kebudayaan Indonesia, kepemerintahan, agama, dan sosial budaya. Hal ini dilandasi oleh berbagai ragam individu, kelompok, atau spesialisasi budaya lokal dan dalam pengaruh global. Oleh sebab itu masih sering kita jumpai tulisan yang membahas perempuan dalam pandangan yang masih androsentris (bias lelaki), kemudian dalam karya tari ciptaan koreografer perempuan memunculkan tema tentang kehidupan perempuan. Dewasa ini salah satu kendala karena keterbatasan wadah kegiatan bagi koreografer perempuan
REORIENTASI GERAKAN FEMINISME ISLAM; Sebuah Upaya Membangun Kesetaraan Perempuan
In the history of women's life, the woman has never cracked from the wild cry of helplessness. Woman always become victim of men's egoism, marginalized, hurt, unfettered, fooled and never appreciated the presence and role. This situation troubles many intellectual Muslims who have perspective that Islam teaches equality, equality for all human beings in the world. The difference in skin color, race, tribe and nation, as well as gender does not cause them to get the status of the different rights and obligations. The potential and the right to life of every human being and the obligation to serve the Lord Almighty is the same. Indeed, all human beings, as caliph in the world, have the same obligation, namely to prosperity of life in the world. No one is allowed to act arbitrarily, destroying, or hurt among others. They are required to live side by side, united, and harmonious, help each other and respect each other. However, that "demand" never becomes a reality. The differences among human identities become a barrier and the cause of divisions. For them, those who are outside environment, different identities are "others" who rightly do not need them "know". The difference of identity has become a reason to allow "hurt" each other. Several intellectual Muslims who recognize the wrong (discrimination against women), and then they attempt to formulate a movement for women's liberation. All the efforts have been done on the basis of awareness that arbitrary action by any person can never be justified. They also realize, that the backwardness of women are "stumbling block" that will lead to the resignation of a civilization. However, this struggle found a lot of challenges; including the consideration of "insubordination" to conquer the power of men, despite it had done by using many strategies. Starting from the writing of scientific book and countless fiction themed women has been published in order to give awareness of equality between men and women. This paper seeks to reexamine the process of the empowerment struggle to give a brand new concept, so that the struggle of women empowerment is not as insubordination and curiosity process in an attempt to conquer the male. Through approach of literature review and observations on the relationship between men and women, the writer finally concluded that the movement of Islamic feminism is not a movement to seize the power of men, but an attempt to liberate women from oppression so that they get the rights of their social role, giving freedom for women to pursue a career as wide as possible like a man, without forgetting a main duty as a mother: to conceive, give birth and breastfeed their children.