Pendamping Desa Wisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (original) (raw)
Related papers
PKM Pendampingan Sadar Wisata dan Pengembangan Website Desa
MATAPPA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Tujuan studi ini adalah (1) meningkatkan pengelolaan pariwisata oleh Pokdarwis ; (2) meningkatkan perilaku sadar wisata masyarakat; (3) update website desa. Penelitian kualititatif ini menggunakan pendekatan partisipatif, kelompok, individual, ceramah, & diskusi. Tehnik Analisis yang digunakan adalah triangulasi. Berdasarkan musyarawarah desa yang dihadiri oleh pokdarwis, PKK, Gapoktan, peternak, tokoh masyarakat, Bumdes, Kepala Desa, Dinas Pemberdayaan, Dinas Pariwata, Dinas Koperasi serta Ketua STKIP PGRI Tulungagung, ditemukan bahwa komunikasi dan koordinasi antar kelompok belum transparan. Kegiatan ini menghasilkan peningkatan partisipasi masyarakat dilihat dari aktivitas membersihkan area wisata, terbentuknya kelompok kebersihan dan keamanan area wisata. Sebelumnya pengelolaan wisata hanya dilakukan oleh Pokdarwis, sekarang Bumdes juga ikut berpartisipasi dengan pengadaan dana untuk perbaikan fasilitas dan hotspot wisata. Secara berkala ibu-ibu PKK bergiliran dengan k...
Penguatan Kelembagaan Dan Tata Kelola Pengurus Desa Wisata Teritip
2021
The development of tourist villages is one of the strategic programs in national development, especially in the tourism sector. Good management of tourist villages will encourage the implementation of sustainable tourism and improve the community's economy. Although the management of the Teritip Tourism Village already has the legality from the tourism office of the Balikpapan City Youth, Sports and Tourism Office (Disporapar), they still have limitations related to governance and institutional management of the tourist village. Therefore, this village development program aims to strengthen the Teritip Tourism Village's governance and institutional management. The village development method in the Teritip sub-district includes counselling, technical skills (technical assistance / TA), and post-technical skills assistance (post-TA) in managing tourism villages. The results of this village development program produce outputs in the form of the availability of an organizational...
Jurnal Pengabdian Masyarakat Bangsa, 2024
Artikel ini menjelaskan tentang proses penyusunan Rencana Induk Pariwisata Desa (RIPPDes) khususnya pada objek wisata Situ Cileunca dilakukan sebagai upaya menumbuhkembangkan potensi destinasi wisata agar berkontribusi terhadap kehidupan ekonomi Desa Wanasari. Metode dalam penyusunan naskah ini adalah menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kualitatif yang dilakukan dengan menganalisis fenomena secara mendalam terkait pengembangan pariwisata pada Objek Wisata Situ Cileunca. Teknik pelaksanaan kegiatannya memalui serangkaian wawancara, studi dokumen dan Focus Group Discusion (FGD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penyusunan Rencana Induk Pariwisata Desa (RIPPDes) saat ini telah berjalan, namun belum optimal dalam pelaksanaannya. Proses penyusunan RIPPDes difokuskan pada aspek meningkatkan citra positif kawasan. Walaupun demikian penyusunan RIPPDes ini belum mampu secara signifikan berkontribusi terhadap kehidupan ekonomi sosial kawasan. Walaupun demikian, pada aspek sosial telah tampak menciptakan ruang sosial namun belum mampu meningkatkan dinamika sosial kawasan. Sebagai kesimpulan, penyusunan RIPPDes yang dilakukan sudah mampu meningkatkan aksi masyarakat dalam memperbaiki kondisi atau kualitas kawasan menjadi lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya untuk meningkatkan citra positif kawasan dalam upaya menumbuhkembangkan potensi destinasi wisata. Kata kunci-pariwisata, desa, perencanaan, desa wisata
2018
Desa Pamotan merupakan wilayah yang berada di bawah administrasi Kecamatan Kalipucang, Kabupaten P a ngandaran, Provinsi Jawa Barat. D estinasi potensial wisata yang dapat diangkat di desa ini sangat unik dan beragam salah satunya wisata alam, budaya , dan situs bersejarah peninggalan zaman kolonial Belanda . Namun seluruh unsur potensial wisata di Desa Pamotan ini terabaikan dan dipandang sebelah mata baik oleh pemerintah setempat, dinas pariwisata dan budaya, dan PT. KAI sebagai wadah dalam pengembangan aset potensial peninggalan Belanda. Oleh karena itu, perlu suatu upaya yang benar-benar nyata untuk mengangkat aset potensial wisata desa ini. Aset wisata potensial Desa Pamotan paling menarik yaitu Terowongan Wilhelmina yang sering disebut dengan Terowongan Sumber. Terowongan ini termasuk terpanjang se-Indonesia dengan total 1,1 km yang menghubungkan Banjar dan Cijulang namun ditutup pada 1984. Selain itu, J embatan Panjang Cikacepit dengan panjang 290 meter layak pula untuk dibu...
Potensi Desa Wisata Penglipuran Menurut Mahasiswa Kepariwisataan Politeknik Pariwisata Bali
JURNAL KEPARIWISATAAN
Artikel ini membahas mengenai persepsi mahasiswa kepariwisataan Politeknik Pariwisata Bali terhadap potensi wisata yang dimiliki oleh Desa Wisata Penglipuran, di Kabupaten Bangli. Penelitian yang hasilnya ditulis dalam bentuk artikel ini merupakan sebuah penelitian kuantitatif yang dilakukan pada tahun 2019. Data yang dikumpulkan merupakan data kuantitatif dan kualitatif, baik dari sumber primer maupun sekunder. Data primer diperoleh melalui metode survei, dengan mempergunakan instrumen berupa kuesioner Skala Likert yang memiliki lima (5) pilihan respon, yaitu STS, TS, N, S dan SS. Data sekunder dikumpulkan melalui studi pustaka. Responden ditentukan secara purposif dan pemilihannya di lapangan dilakukan dengan pendekatan insidental. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik Analisis Faktor Ekploratori, sehingga menghasilkan faktor-faktor baru yang menunjukkan potensi Desa Wisata Penglipuran. Penentuan jumlah responden dilakukan berdasarkan pendapat para pakar mengenai jumlah sam...
Kapasitas Kelembagaan Dalam Pengembangan Desa Wisata (Studi Kasus: Desa Wisata Ketenger, Banyumas)
Jurnal Pengembangan Kota, 2016
Pemerintah Indonesia telah berupaya mengembangan pariwisata berbasis pada potensi dan kemampuan masyarakat dalam mengelola kegiatan pariwisata. Hal ini agar dapat memberikan manfaat kegiatan pariwisata yang sebesar-besarnya bagi masyarakat. Strategi ini diwujudkan melalui pengembangan desa wisata, salah satunya adalah Desa Wisata Ketenger yang berada di Kabupaten Banyumas. Desa Ketenger merupakan salah satu dari desa wisata andalan di Kabupaten Banyumas. Hal ini dipengaruhi oleh kekayaan potensi alam dan budaya, dan juga didukung oleh kemampuan atau kapasitas kelembagaan desa wisata dalam mengelola potensi-potensi tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas kelembagaan dalam pengembangan Desa Wisata Ketenger. Kapasitas yang akan diteliti meliputi kapasitas organisasi dan kapasitas individu dalam pengembangan Desa Wisata Ketenger. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Data diperoleh melalui wawancara dan observasi lapangan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada tingkat organisasi, organisasi telah menunjukkan kapasitas yang baik dalam aspek kemitraan eksternal, aspek pengembangan potensi wisata, serta aspek promosi desa wisata. Sedangkan pada aspek kepemimpinan dan koordinasi, POKDARWIS "Ketenger Adventure" menunjukkan kapasitas yang kurang baik. Sedangkan pada tingkat individu, individu memiliki kapasitas yang baik dalam merintis pengembangan potensi wisata. Individu memiliki kapasitas yang cukup baik dalam pengelolaan atraksi wisata, pengelolaan cinderamata, serta pelayanan terhadap wisatawan. Namun individu memiliki kapasitas yang kurang baik dalam pemahaman dan pengaplikasian konsep desa wisata. Penelitian ini juga menemukan bahwa masyarakat Desa Ketenger telah mendapatkan programprogram peningkatan kapasitas yang didakan baik dari Dinas Pariwisata maupun organisasi lainnya. Namun berdasarkan temuan studi tentang kapasitas insitutional masyarakat ini, penelitian ini merekomendasikan perlunya program-program lanjutan untuk peningkatan kapasitas masyarakat.
Jurnal Abdimas Pariwisata, 2021
Mentoring of Garongan Tourism Village: Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta Collaboration Program with the Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Garongan Tourism Village is one of the developing tourism villages in the Yogyakarta Special Region. This tourism village has enormous tourism potential, including natural tourism assets, cultural tourism, culinary tours, including an interesting historical background. In addition to the many potential tourist attractions that exist, weaknesses are still found in managing the Garongan Tourism Village. This mentoring activity results from a collaboration between the Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta and Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. From the results of assistance measured by indicators of success, this activity is considered quite successful in increasing human resources and governance of the Garongan Tourism Village.
Perdes No 05 2014 Pengembangan Desa Wisata
TENTANG PENGEMBANGAN DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA KURANJI DALANG, Menimbang : a. bahwa keanekaragaman, kekhasan dan keunikan tradisi budaya beserta cagar alam dan cagar budaya yang dimiliki merupakan bagian dari kekayaan, potensi dan sumber daya yang perlu dilestarikan dan dikelola demi meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat; b. bahwa bentuk peningkatan kemandirian dan kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, meliputi rencana pembangunan pariwisata demi mendukung pemberdayaan ekonomi kreatif dan produktif masyarakat serta upaya pengembangan desa wisata; c. bahwa dalam rangka pengembangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu membuat pedoman dalam penataan, pengelolaan dan pemanfaatannya secara efektif dan efisien serta pengendalian dan pengawasannya secara terpadu dan berkesinambungan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Desa tentang Pengembangan Desa Wisata; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah