Pseudo-Reduplikasi sebagai Fitur Produktif pada Bahasa-Bahasa Lokal di Indonesia (Kasus Pembentukan Kata pada Bahasa Jawa, Madura, dan Bawean) (original) (raw)

Makna Reduplikasi dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA) (Kajian Morfologi)

Prosiding Seminar Nasional Linguistik dan Sastra (SEMANTIKS), 2019

This study aims to describe the meaning of reduplication in class X senior high school (SMA) textbooks. The data in this study are a form of reduplication contained in class X textbooks. Data sources were obtained from texts in class X senior high school textbooks published by the Ministry of Education and Culture in the revised 2017. The data collection techniques are documentation techniques, reading techniques, and note taking techniques. The results showed the meaning of reduplication based on the basic form (a) basic form of noun, the meaning of the word reduplication stated many, varied, (b) the basic form of the adjective meaning of the word reduplication stated the meaning of 'very', stated the meaning of 'many', stated earnestly or really, and states the superlative or the most level (c) the basic form of the verb meaning the word reduplication states the meaning of 'mutual', states the action over and over, and states the intensity or state.

Reduplikasi Dalam Bahasa Arab Dan Bahasa Indonesia: Studi Kontrastif

LINGUISTIK : Jurnal Bahasa dan Sastra

Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan membandingkan reduplikasi yang terjadi dalam bahasa Arab dan Indonesia. Artikel ini mencoba menunjukkan hal apa yang menjadi persamaan dari reduplikasi dalam kedua bahasa meskipun reduplikasi jarang terjadi dalam bahasa Arab. Reduplikasi utuh terjadi dalam kedua bahasa, tetapi reduplikasi sebagian dan imitatif hanya terdapat dalam bahasa Indonesia. Dengan analisis deskriptif yang telah dilakukan, ditemukan 11 fungsi reduplikasi dalam bahasa Arab, yaitu urutan berseri, formasi kata, distribusi, penekanan, intensitas, permohonan, tahapan, sumpah, peringatan, subordinasi, dan bagian dari bagian. Sementara itu, dalam bahasa Indonesia ditemukan sedikitnya 16 fungsi, yaitu pluralitas, membentuk adverbia, klausa konsesif, klausa korelatif, bentuk kasual, kontinuitas, intensitas, belum terjadi, urutan berseri, merendah diri, penekanan, varietas, diminutif, kuantifer, timbal balik, indefinit, dan lain-lain. Dengan analisis kontrastif, ditemukan...

Reduplikasi Dan Kata Majemuk Dalam Bahasa Manggarai Dialek Kolang DI Kabupaten Manggarai Barat

Jurnal Lazuardi

Bahasa Manggarai dialek Kolang (BMDK) merupakan salah satu dialek yang termasuk dalam kelompok dialek ( KD) Manggarai S > H (Verheijen, 1930). Kelompok dialek S > H masih belum dikenal luas oleh masyarakat Manggarai pada umumnya dan oleh para peneliti khususnya. Berbeda dengan KD Manggarai Tengah yang dikenal dan dipahami oleh sebagian besar masyarakat Manggarai karena fungsi dan peranannya sebagai bahasa Manggarai standar. Oleh karena itu KD Manggarai S > H perlu diteliti dan diperkenalkan melalui artikel ilmiah agar dikenal lebih luas. Masalah penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah bentuk dan makna reduplikasi dalam BMDK?; (2) Bagaimanakah bentuk dan makna kata majemuk dalam BMDK?. Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk memerikan bentuk dan makna reduplikasi dalam BMDK; (2) untuk memerikan bentuk dan makna kata majemuk dalam BMDK. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, karena data yang dibutuhkan adalah data bahasa yan...

Analisis Kontrastif Perubahan Fonem Pada Proses Reduplikasi Dalam Bahasa Jepang Dan Bahasa Indonesia: Kajian Morfofonemik

Edusentris

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengontraskan atau menganalisis persamaan dan perbedaan perubahan fonem yang terjadi pada proses reduplikasi bahasa Jepang-Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persamaan dan perbedaan perubahan fonem vokal dan konsonan dari proses reduplikasi kedua bahasa tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan analisis kontrastif secara deskriptif. Objek penelitian ini adalah fonem vokal dan fonem konsonan yang mengalami perubahan pada proses reduplikasi bahasa Jepang-Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan vokal pada proses reduplikasi tidak memiliki persamaan, akan tetapi perubahan konsonan memiliki persamaan, yaitu perubahan konsonan /k/, /s/, dan /h/ pada bahasa Jepang dan bahasa Indonesia yang berubah menjadi konsonan plosif. Selain itu perubahan fonem konsonan terjadi di awal kata yang mengalami pengulangan. Sedangkan perbedaannya adalah pada proses reduplikasi fonem vokal pada bahasa Jepang tidak mengalami perubahan fonem, sedangkan dalam bahasa Indonesia mengalami perubahan. Konsonan /r/ pada bahasa Jepang tidak mengalami perubahan fonem, sedangkan konsonan /r/ pada bahasa Indonesia mengalami perubahan fonem. Secara umum tidak semua nomina, verba, adjektiva, dan adverbia bahasa Jepang dapat diulang, sedangkan dalam bahasa Indonesia dapat diulangan dan menyatakan jamak.

Bentuk Dasar pada Redupliksi Berafiks dalam Bahasa Indonesia

Deiksis, 2022

Bentuk dasar dari kata ulang penting sekali artinya bagi penentuan golongan pengulangan. Akan tetapi, tidak semua kata ulang dapat dengan mudah ditentukan bentuk dasarnya. Terutama bentuk dasar dari pengulangan sebagian dan pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bentuk dasar pada reduplikasi berafiks dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan petunjuk penentuan bentuk dasar bagi kata ulang yang dikemukakan oleh Ramlan (1985). Penelitian ini berjenis kualitatif deskriptif. Data penelitian berupa kalimat yang mengandung reduplikasi berafiks.

Repetisi Sebagai Penguat Ide Dalam Produksi Bahasa R. A. Kartini

Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa, 2018

R.A. Kartini is known to be born in April and her birthday has become nationalholiday. There is certainly a good reason to appoint her as one of national hero andwas titled as woman emancipation fighter. Despite many books about her work, thelanguage aspects of her writings are rarely discussed. This writing is meant to fillin such absence and aims at revealing a linguistic aspect, namely repetition, in hernovel “Habis Gelap Terbitlah Terang”, which she used to amplify her ideas. Thereare two problems to solve, namely (1) the types of repetition used in her work; and(2) the effect of using such repetition, using descriptive method. The result shows thatKartini used many types of repetition, namely anaphora, mesodiplosis, epistrophe,simploque, epizeuksis, tautology, epanalepsis, and anadiplosis. It was revealed thatthose types of repetition played a big role in amplifying her ideas in the novel. AbstrakBulan April identik dengan bulan R. A. Kartini karena pada bulan inilah beliaudila...

Reduplikasi Nomina dan Verba dalam Bahasa Using

Deiksis

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk reduplikasi nomina dan verba bahasa Using. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa kata ulang nomina dan verba dalam bahasa Using yang diperoleh dari penutur asli bahasa Using. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara. Kemudian data temuan dianalisis melalui tiga tahapan, yaitu tahap reduksi data, tahap penyajian data, dan tahap penyusunan kesimpulan. Validasi data dilakukan dengan menggunakan validasi metode dan validasi sumber. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan empat bentuk reduplikasi nomina, meliputi reduplikasi penuh, reduplikasi sebagian, reduplikasi berimbuhan, dan reduplikasi berubah fonem. Selain itu, ditemukan tiga bentuk reduplikasi verba, meliputi reduplikasi penuh, reduplikasi berimbuhan, dan reduplikasi berubah fonem. Reduplikasi pada kelas kata nomina dan verba bahasa Using ini terbagi ke dalam reduplikasi derivasional dan reduplikasi infleksional. Setiap bentuk reduplikasi memiliki fungsi gramatikal dan fungsi semantik yang bermacam-macam berdasarkan proses pembentukannya.

STRATEGI FONOLOGIS TERHADAP REALISASI BUNYI BAHASA TRIL /r/ DAN LATERAL /l/ PADA KATA-KATA BAHASA INDONESIA OLEH PENUTUR BERBAHASA KOREA (Studi Kasus pada Pemelajar BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing))

PARAFRASE : Jurnal Kajian Kebahasaan & Kesastraan

Peraturan-peraturan fonologis dari bahasa pertama (L1) seringkali menjadi penghalang dalam keberhasilan pemerolehan bahasa kedua (L2). Fenomena inilah yang digambarkan oleh hasil penelitian terhadap keberterimaan realisasi bunyi bahasa alir tril /r/ dan lateral /l/ oleh penutur berbahasa ibu Bahasa Korea dalam proses pemerolehan bahasa kedua, yaitu Bahasa Indonesia, dalam program Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Penelitian ini mengambil objek bunyi bahasa alir yang ditemukan dalam kata-kata Bahasa Indonesia. Bunyi -bunyi bahasa tersebut menduduki posisi koda dan onset. Bahasa Korea yang merupakan bahasa morfo-fonemik memiliki banyak peraturan fonologis yang membedakan bentuk fonemik dan bentuk fonetik dari bunyi-bunyi bahasa. Keberadaan peraturan-peraturan fonologis dalam bahasa asal menyebabkan penutur Korea menerapkan strategi fonologis pada saat mereka menemukan bunyi yang menduduki posisi yang tidak berterima di dalam bahasa mereka. Data diambil dengan menggunakan sa...

Ketaksaan Padanan Kata Dan Ungkapan Bahasa Asing Dalam Bahasa Indonesia: Sebuah Kajian Politik Bahasa Untuk Penyempurnaan Pedoman Umum Pembentukan Istilah Dan Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV

MABASAN

Ketaksaan pemadanan kata dan ungkapan asing dalam kebijakan politik bahasa ditunjukkan dalam PUPI dan KBBI edisi IV, seperti: 1) peraturan perubahan ejaan yang tidak mengatur ejaan ct→k dan hanya mengklaim ejaan k dari cc→k,ck→k, ch→k, dan c→k seperti pada kata abstrack, extrack, contrack, dan bentuk yang diatur dalam pembentukan ejaan hanya kata contrack, acclamation, check, dan cholera. Begitu juga dengan ejaan au→o tidak diatur, yang ditetapkan hanyalah ejaan au→au seperti pada kata automatic seharusnya automatis sesuai peraturan ejaan, tetapi dalam kbbi ditulis otomatis, 2) kerancuan pemaknaan imbuhan per- yang juga dapat bermakna sistem, seperti pada kosakata sistem perekonomian → perekonomian, sistem perpolitikan → perpolitikan, 3) tidak dapat memilah antara makna proses dan hasil dalam bahasa sumber, seperti erosion (proses dan hasil) →erosi/pengikisan (proses), seharusnya menjadi pengikisan (proses) dan kikisan (hasil) dan4) pemaknaan lema yang kerap dibolak-balikkan, sepert...

Penyerapan Kosakata Madura Sebagai Strategi Mempertahankan Bahasa Indonesia

Our custom to use foreign languages terms in our daily communication brings bad impact to our society. Not only it decreases our pride as Indonesian, but also endangers bahasa Indonesia. The more we use foreign languages terms, and absorb them to be one of kosakata bahasa Indonesia, the less unique and essential bahasa Indonesia will be. If most of kosakata bahasa Indonesia are borrowing words, then the existance of bahasa Indonesia is in danger. One day, bahasa Indonesia will be "conquered" by the foreign languages. To protect bahasa Indonesia from being vanished, Indonesian people must take actions. Promoting the program: "I love bahasa Indonesia" is far from sufficient. The ideas to use local terms, such as Madurese terms, to replace foreign languages terms need to be considered. Not only it can conserve and develop bahasa Indonesia, but also can promote the local cultures and languages themselves.