Kaba Lareh Simawang Sebagai Konsep Dasar Penciptaan Tari Laki-Laki (original) (raw)

Tari Lengong sebagai Ekspresi Keseimbangan Gender Laki laki di Seni Tradisional Bali

Tari Lengong, salah satu bentuk seni tradisional Bali, muncul sebagai ekspresi keseimbangan gender laki-laki dalam budaya Bali. Penulisan ini mengungkap peran penting Tari Lengong dalam menjaga harmoni gender dalam seni tradisional Bali. Melalui analisis mendalam, tulisan ini membahas aspek-aspek kunci yang mengilustrasikan bagaimana tarian ini mencerminkan keseimbangan antara maskulinitas dan femininitas, serta bagaimana hal ini tercermin dalam gerakan, kostum, dan makna budaya di balik Tari Lengong. Selain itu, penulisan ini menyoroti dampak positif dari pemberdayaan seniman laki-laki dalam menjaga dan mempromosikan tradisi ini, sambil mempertimbangkan perubahan sosial dan budaya yang berkembang di Bali. Kesimpulannya, Tari Lengong bukan hanya merupakan warisan budaya Bali yang berharga, tetapi juga merupakan contoh yang inspiratif tentang keseimbangan gender dalam seni tradisional, yang relevan dalam konteks kontemporer. Kata kunci: Penari laki-laki, keseimbangan gender, tari tradisional Bali ABSTRACT Lengong Dance, one of Bali's traditional art forms, emerges as an expression of gender balance within Balinese culture. This writing delves into the pivotal role of Lengong Dance in maintaining gender harmony in traditional Balinese art. Through in-depth analysis, this writting discusses key aspects illustrating how this dance reflects the balance between masculinity and femininity, as well as how this is manifested in its movements, costumes, and the cultural meanings associated with Lengong Dance. Furthermore, the highlights the positive impact of empowering male artists in preserving and promoting this tradition, while considering the evolving social and cultural changes in Bali. In conclusion, Lengong Dance is not only a valuable cultural heritage of Bali but also serves as an inspiring example of gender balance in traditional art, relevant in contemporary contexts.

Topeng Bali Dan Madura Sebagai Sumber Inspirasi Penciptaan Tari (Sebuah Tradisi, Transformasi Bentuk Dan Fungsi)

Jurnal Penelitian Humaniora

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan (1) deskripsi naratif tentang karakter Topeng Bidadari dari Bali dan Madura; (2) karya tari kreasi baru yang sumber penciptaannya terinspirasi deskripsi naratif dari karakter topeng Bidadari dan topeng Drupadi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D). Objek penelitian ini adalah bentuk-bentuk gerakan tari. Subjek penelitian adalah ahli tari Bali dan ahli tari Madura. Data penelitian dikumpulkan dengan observasi. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pose ragam gerak tari dan penggabungan gerak menjadi sebuah rangkaian gerak tari kreasi baru telah dapat diwujudkan. Pose-pose gerak tari yang telah mengalami distorsi dan abstraksi dari sumber inspirasi, rangkaian gerak tari dalam karya tari hasil pengembangan, disain kostum tari, dan disain iringannya telah sesuai dengan karakter topeng yang menjadi sumber inspirasi penciptaan. Tope...

Bentuk Penyajian Dan Nilai Filosofi Tari Muwang Sangkal Sumenep Untuk Anak Kelas VI Di sekolah Dasar

Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 2021

The philosophy and values ​​of the Muwang Sumenep Dance were studied in this study for the sixth-grade students of SDN Pandian V Sumenep. In this study, Grade VI students of SDN Pandian V Sumenep will learn about the Dance Philosophy of Muwang Sangkal Sumenep. It uses a descriptive method that focuses on describing what is described. Observational structured interviews and documentation approaches were taken to collect data for this study. According to the findings, dance classes are held twice a week at SDN Pandian V Sumenep. For students of SDN Pandian V Sumenep, dance classes are held to hone and develop their talents. In addition, they can see how the philosophy is presented and how important it is overall. To perform the Muwang Sangkal dance, children only need to learn the sequence of movements. Meanwhile, children can learn in detail and clearly about the philosophical values ​​of Muwang Sangkal dance, such as the requirements for a Muwang Sangkal dancer to be pure and not me...

Fenomena Sawah sebagai Dasar Penciptaan Karya Tari Pamatang

2021

Pamatang diartikan juga bagaimana kehati-hatian dalam berjalan di sawah baik yang searah ataupun yang berlawanan arah. Konsep Karya Tari pada ide dasarnya, dikemukanakan dalam pamatang adalah bagaimana kita menjadikan batasan pengarapan yang akan dicapai dan kehati-hatian dalam menjalankan kehidupan. Pemikiran dalam berkarya yang berangkat dalam artian pamatang merupakan suatu hal yang harus dijalankan dengan baik, kehati-hatian dalam menjalankan pola hidup di tengah masyarakat, jika kita tidak berhati-hati dalam berjalan dipematang maka kita akan tergelincir dan masuk kedalam sawah. Perkembangan dalam menentukan ide garap karya tari pamatang berdasarkan dari filosofis pamatang itu sendiri, sebuah batasan wilayah yang akan ditanam dan kehati-hatian dalam berjalan dipematang. Pemikiran ide kreatif dalam melahirkan bentuk karya seni tentu akan berbeda-beda pada setiap orang yang akan menafsirkannya. Pengkarya disini menampilkan dengan dua orang penari untuk menampilkan karya tari pama...

Upaya Pelestarian Tarian Zapin Dalam Rangka Memperkuat Nilai Karakter Sebagai Pemersatu Bangsa Pada Masyarakat Melayu Pesisir Melawi DI Desa Pagar Lebata Kecamatan Serawai Kabupaten Sintang

2020

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya pelestarian tarian Zapindalam rangka memperkuat nilai karakter sebagai pemersatu bangsa pada masyarakat Melayu pesisir Melawi. Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif dengan bentuk penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Alat pengumpulan data menggunakan lembar observasi, panduan wawancara dan panduan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan: 1) upaya pelestarian tarian Zapin di Desa Pagar Lebata melalui pembinaan generasi muda sebagai generasi penerus, sosialisasi kepada masyarakat untuk menarik minat dan pengangkatan pelatih Zapin. 2) perwujudan tarian Zapin dalam rangka memperkuat nilai karakter sebagai pemersatu bangsa pada masyarakat Melayu pesisir Melawi melalui culture experience dengan memberikan pendidikan non formal kepada masyarakat dan membentuk kelompok kesenian. 3) faktor pendukung dan penghambat upaya pelestarian tarian Zapin dalam rangka me...

Analisis Kreativitas Tari Kreasi Balap Kadhu’ (Karung) Di Sanggar Tari Tarara Bangkalan

Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini

Tari ini menyampaikan tentang permainan tradisional Madura dengan tujuan mengangkat permainan tradisional Madura agar tidak punah dan meningkatkan kreativitas anak sejak dini. Metode dalam penelitian ini yaitu kualitatif dengan analisis deskriptif. Subjek yang digunakan yaitu anak usia dini di Sanggar Tarara Bangkalan sebanyak 19 anak. Menari dapat membantu anak dalam belajar berimajinasi, berekspresi, dan berkreasi melalui media gerak dengan mengkoordinasikan gerak seluruh anggota badan, baik melalui rangsangan bunyi musik atau tanpa musik konvensional. Tingkat kreativitas anak dalam eksplorasi dengan indikator gerakan sesuai dengan imajinasi terdapat 10 anak mulai berkembang (52,6%), 7 anak berkembang sesuai harapan (36,8%), dan 2 anak berkembang sangat baik (10,5%). Kreativitas improvisasi dalam indikator gerakan sesuai dengan tema terdapat 19 anak berkembang sangat baik (100%). Indikator membentuk formasi terdapat 8 anak berkembang sesuai harapan (42,1%) dan 11 anak berkembang s...

Mengembangkan Kreativitas Kekaryaan Tari Bagi Siswa Sma

Abdi Seni, 2013

Layanan masyarakat (Pengabdian Kepada Masyarakat) dilaksanakan di SMA Batik I Surakarta dengan tema "Dance untuk ekspresi, aktualisasi dan rekreasi". Pelatihan ini lebih difokuskan pada pelatihan dan persiapan bekerja untuk memperkuat kreativitas tari bagi siswa SMA. Pelatihan tari ini akan mendorong siswa untuk mengembangkan kreativitas, meningkatkan kemampuan mereka dalam teknik menari, dan akan menguasai materi tari. Selain pengalaman afektif, latihan kognitif dan psikomotorik dilakukan dalam proses, itu juga berguna dalam membangun karakter siswa. Secara khusus, kegiatan pelatihan tari dengan tiga metode: metode pertama adalah diskusi kelompok, kedua metode bentuk kreatif, dan ketiga metode drill. Diskusi kelompok dilakukan untuk memberikan penguatan wawasan/pengetahuan tentang nilai-nilai seni dan kemanusiaan ke dalam pengalaman hidup peserta didik. Metode eksperimental yang seharusnya untuk mengembangkan, untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam proses kreatif, dan untuk mengebor metode dalam memberikan penguatan di pelatihan menari kemampuan fisik. Program pelatihan ini dilakukan selama enam bulan, juga melibatkan guru pendamping langsung menyertainya dari sekolah. Ini adalah peran yang sangat penting dalam latihan kelancaran dan juga untuk keberlanjutan program. Bahan dan hasil pelatihan dalam bentuk karya tari berjudul Tembang Nusantara. Sepotong tari bekerja berdasarkan pola irama lagu atau lagu-lagu daerah Indonesia. Tema ini dipilih karena pada dasarnya, lagu memiliki makna yang sangat baik untuk pendidikan remaja. Warna orkestra yang bekerja pada bentuk musik sangat tampan, semangat, lincah, agresif sehingga sangat cocok untuk usia sekolah tinggi. Hasil dari pelatihan dapat diatur termasuk materi baru di tari garapan, membangun kepercayaan diri bagi siswa terutama melalui peran atau karakter. Selain itu, program ini juga dapat membuatnya dinamis dan mengembangkan semangat seni, serta apresiasi yang berkembang untuk semua siswa di SMA Batik I Surakarta.

‘Passompe’: Konsep dan Bentuk Rekacipta Tari Terinspirasi Nilai Pappaseng Tellu Cappa Budaya Masyarakat Bugis

Panggung, 2024

The creation of dance from the cultural values of pangadereng manifested in pappaseng tellu cappa can be an integrative problem solver. The interpretation of symbolic nonverbal language becomes the cohesion of the choreographer to produce an ecranization of visual ideas in the entity of the dance 'Passompe'. This dance creation uses qualitative research and elaborating with creativity approach proposed by Zeng in the General model of the creative process which consists of four phases of analysis, ideation, evaluation, and implementation. The archetype in the dance creation also uses the approach of exploration, improvisation, and composition. The dance repertoire that manifests pappaseng tellu cappa is a form of reading ancestral messages through nonverbal language entities. The substantial construction in the tellu cappa values can be a universal learning medium as a parameter for success in social life.

Representasi Estetika Jawa Dalam Struktur Ragam Hias Tari Topeng Malangan

ATRAT: Jurnal Seni Rupa, 2013

Malang mask dance is an art form that develops in Kedungmonggo hamlet, Karangpandang village, Pakisaji District, Malang Regency. This research reveals decorative aesthetic structure of Malang mask dance. Qualitative data were analyzed with visual semiotics approach. This research shows that decorative aspects of Malang mask dance consist of flora and fauna structures taken from symbols in Hindu mythology. This phenomenon can be understood because the stories that have inspired mask dance come from the panji (prince) legends with Hindu background. The use of mythology symbols emphasizes the ethics of Javanese culture as the groundwork in visual process. The concept of ethics values beauty as a combination of soft and rough concepts.