Pengaruh Bonus Demografi Terhadap Perkembangan Sosial Wilayah Peri-Urban (Studi Kasus: Desa Dukuhwaluuh dan Desa Ledug, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas) (original) (raw)
Related papers
2021
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) is a viral pneumonia disease that first spread in Wuhan, China, in December 2019. People with comorbid diseases are one of the groups that are very vulnerable to exposure to the virus during the Covid-19 pandemic. Some accompanying diseases include hypertension, diabetes mellitus and heart disease. The impact on the economic sector in Indonesia as a result of this pandemic include layoffs, decreased imports, and rising prices (inflation). In the midst of the Covid-19 pandemic, students of Geography Education of Muhammadiyah University of Purwokerto contributed to help ease the economic burden of the people of Dukuhwaluh Village by providing social assistance. The method used in this activity is a questionnaire to find out the comorbid suffered as well as the decline of the respomden economy. Previously, students were assisted by a special team of Dukuhwaluh Village in selecting community data that has comorbid. As many as 30 people who have congen...
Dinamika Sosial Sebuah Desa DI Pinggiran Kota (Studi Kasus Maguwoharjo, Diy)
2009
Based on a research conducted in Maguwoharjo village, this article discusses the impact of regional reclassification from rural to rural-urban area. Without a good plan, urban expansion could create a problem of unplanned regional development, as well as environmental degradation. On the non-physical side, changes in rural to rural-urban has led to the emergence in main industry shifts from agricultural to services sectors. It also creates potential conflict as a result of in-migration to the region. Such problems would not be in existence if the development of urban region was wellplanned designed with the use of collaborative management that includes the government, private sectors and the society. Keywords: Urban expansion, urban fringe, social change
Peri-Urbanisasi Dan Dinamika Perkembangan Kawasan Perkotaan Sekunder (Studi Kasus: Bosukawonosraten)
Desa-Kota : Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Pemukiman, 2022
Pada abad ke-21, gelombang urbanisasi melaju dengan cepat memicu transformasi kawasan menjadi lebih modern dan city-oriented. Lebih dari 50% penduduk dunia adalah penduduk perkotaan. Fenomena ini membuat terjadinya proses perluasan kawasan perkotaan ke daerah pinggiran kota-kota administratif, yang dikenal sebagai proses peri-urbanisasi. Proses ini melahirkan kawasan-kawasan baru dengan fungsi dan peran yang berbeda-beda, diantaranya kawasan perkotaan sekunder. Sebagai kawasan penyangga, kawasan perkotaan sekunder memiliki peluang pengembangan tinggi, yang dibuktikan dengan pesatnya laju urbanisasi di kawasan tersebut dibandingkan di kota intinya. Kawasan perkotaan sekunder Bosukawonosraten (Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, Klaten) memiliki laju urbanisasi sebesar 5,2%, terpaut jauh dari kota intinya yang hanya sebesar 0,2%. Kawasan ini memiliki tiga klaster utama dengan karakteristik yang beragam. Masing-masing klaster berinteraksi secara intensif, baik eksternal maupun internal kawasan. Hal ini berdampak pada kapasitas masing-masing klaster dalam menerima pengaruh peri-urbanisasi dari pusat kota maupun kawasan di sekitarnya. Akan tetapi, pemerintah belum mampu mengoptimalkan peluang ini sebagai dasar pengembangan kawasan perkotaan sekunder ke depannya. Minimnya inventaris data mengenai karakter kawasan perkotaan sekunder hingga tidak dipetakannya arah urbanisasi menjadi sejumlah tantangan yang harus dihadapi pemerintah agar pembangunan di kawasan perkotaan sekunder Bosukawonosraten dapat terintegrasi dengan baik. Melalui penelitian ini, karakteristik kawasan perkotaan sekunder akan digali menggunakan pendekatan multisektoral, diantaranya karakter demografi, karakter ekonomi, dan karakter spasial. Selain itu, tren periurbanisasi yang terjadi di dalamnya akan dijelaskan menggunakan data lintas tahun dari 2010 hingga 2019, sehingga akan diperoleh gambaran secara mendalam mengenai karakteristik dan proses perkembangan kawasan perkotaan sekunder Bosukawonosraten.
Bonus Demografi dan Ledakan Migrasi Sosial
Indonesia dilimpahi bonus demografi dalam kurun waktu 2020-2030. Tentunya bonus demografi ini adalah modal dasar bagi pembangunan. Perhitungan pemerintah yang tercatat dalam data proyeksi penduduk Indonesia dijadikan patokan dalam menyusun dan memformulasikan pembangunan ekonomi dan mengukur interval usia produktif. Badan Pusat Statistik (BPS) mematok interval proyeksi penduduk Indonesia (2010-2035) pada hasil sensus penduduk tahun 2010. Proyeksi ini dibuat dengan metode komponen berdasarkan asumsi tentang kecenderungan kelahiran, kematian, serta perpindahan penduduk antar provinsi yang paling mungkin terjadi selama periode 25 tahun akan datang. Mengacu pada data BAPPENAS diproyeksikan pertambahan penduduk Indonesia sebesar 237.7 juta di tahun 2010 menuju 271 juta penduduk pada tahun 2020 dan secara fantastis jumlah penduduk Indonesia ditahun 2035 sebesar 305 juta. Mayoritas penduduk Indonesia yang dicatat BAPPENAS diatas adalah mereka yang tergolong usia produktif dan interval usia produktif sebagian besar diisi oleh usia muda. Dalam studi demografi ada pengertian tentang dependency burden (beban ketergantungan) di mana kualitas penduduk (baik tingkat pendidikan, skill, profesionalitas dan kreativitasan) mampu menekan beban ketergantungan sampai tingkat terendah yang berguna untuk mendongkrak pembangunan ekonomi. Namun bukan berarti kelompok usia produktif ini dapat memberikan andil yang positif justru sebaliknya dapat menjadi beban negara seperti permasalahan pengangguran dan minimnya kesempatan kerja akibat proporsi yang tidak seimbang antara jumlah angkatan kerja dengan tingkat partisipasi angkatan kerja.
2016
Bonus demografi terjadi ketika jumlah penduduk usia produktif di suatu wilayah jauh lebih besar dibandingkan dengan penduduk usia nonproduktif. Jumlah penduduk di Provinsi Jawa Timur meningkat setiap tahun, serta didominasi oleh penduduk usia produktif. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari publikasi BPS tahun 2010 dan 2014, serta hasil proyeksi kependudukan di tahun 2020. Berdasarkan data tersebut diperoleh informasi bahwa rasio ketergantungan terus mengalami penurunan. Akibatnya beban penduduk usia produktif menjadi berkurang. Hasil analisis faktor memperoleh tiga faktor utama, yaitu faktor pembangunan manusia, kualitas dan kuantitas penduduk serta perekonomian sektor manufaktur. Hasil pengelompokan menggunakan Ward’s Method berdasarkan faktor utama pada tahun 2010, 2014 serta tahun 2020 (variabel kependudukan) didapatkan 3 kelompok. Hal ini menjadikan variabel kependudukan cukup penting, terutama dalam perubahan transisi demografi. Kelompok 1 merupakan daerah pertanian, k...
Bonus Demografi DI Indonesia : Suatu Anugerah Atau Petaka
2018
Bonus dianalogikan sebagai keuntungan. Bonus Demografi adalah keuntungan ekonomi yang diperoleh karena banyaknya penduduk usia kerja yang merupakan sumber meningkatnya produktivitas. Bonus demografi hanya terjadi 1 kali dalam sejarah perjalanan penduduk yaitu pada saat rasio ketergantungan dibawah 50/100. Bonus demografi dapat membawa keuntungan (anugerah) tetapi juga dapat membawa bencana ( petaka).
2022
Indonesia saat ini sedang dalam fase menuju Bonus Demografis, yaitu adalah kondisi dimana rasio penduduk usia produktif lebih besar dibanding rasio penduduk usia non-produktif. Secara teori ekonomi, hal ini dapat mengurangi rasio ketergantungan dan berpotensi untuk meningkatkan pendapatan per kapita di suatu Negara. Data-data empiris menunjukkan bahwa, banyak negara maju seperti Korea Selatan, Republik Rakyat Tiongkok, dan Kanada sudah berhasil untuk memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan indikator ekonomi makro seperti pendapatan per kapita, pengentasan kemiskinan dan pengangguran, serta peningkatan kualitas pendidikan. Salah satu kunci dari bonus demografi yakni adalah memberikan fasilitas dan pendampingan secara penuh bagi calon penduduk usia produktif, dalam hal ini anak-anak yang kelak akan segera masuk menjadi usia produktif. Anak-anak harus dibekali dengan karakter, bukan hanya kecerdasan atau kompetensi kognitif saja. Lingkungan sekitar juga harus memastikan anak-anak bisa tumbuh dan berkembang. Penelitian pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mengetahui kondisi lapangan dalam hal implementasi salah satu program hasil kolaborasi antara DP3AP2KB Kota Tangerang dengan RW 09 Kelurahan Periuk yakni adalah Kampung Ramah Anak. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dan menggunakan data-data visual seperti foto untuk mengilustrasikan hasil implementasi program Kampung Ramah Anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi program Kampung Ramah Anak berjalan secara efektif dan optimal, hal ini diindikasi dengan adanya peningkatan partisipasi dan acara yang diadakan bersifat berkelanjutan.
Terjadinya peluasan kawasan kota Yogyakarta pada wilayah aglomerasi, terlihat sangat jelas di daerah Seturan. Dipilihnya daerah Seturan sebagai objek penelitian dikarenakan daerah ini melingkup beberapa universitas dengan segala dinamika kehidupan mahasiswa didalamnya. Di sisi lain, Seturan adalah salah satu jalur singkat dari Jalan Ringroad Utara menuju kota. Kawasan ini awalnya dimanfaatkan sebagai lokasi efektif berpromosi, akhirnya menjadi tempat efektif secara ekonomi dalam berbisnis. Memperhatikan pertumbuhan kawasan yang begitu cepat di daerah Seturan, terutama dari segi bisnis terhadap sosialnya, menunjukkan adanya dampak yang belum teratasi secara sosiologis. Terjadinya pengelompokan sosial juga menjadi gep keras yang sangat tampak di daerah ini. Tidak hanya pengelompokan masyarakat secara umum, namun juga mahasiswa.
Analisis Bonus Demografi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi DI Provinsi Kalimantan Selatan
Al-KALAM JURNAL KOMUNIKASI, BISNIS DAN MANAJEMEN, 2021
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan juga menganalisa pengaruh rasioketergantungan dan juga jumlah tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini menggunakan metode analisa data kuantitatif. Hasil analisis yang dilakukan membuktikan Rasio Ketergantungan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Selatan pada Tahun 2010 s/d 2019. Kemudian Jumlah Tenaga Kerja berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Selatan padaTahun 2010 s/d 2019