KEDUDUKAN HAKIM WANITA DALAM PERSPEKTIF FUQAHĂ’ (Studi Komparatif Imām Abū Hanīfah dan Ibn Jarīr At-Thabarī) (original) (raw)

HADIS-HADIS “DISKRIMINASI PEREMPUAN” DALAM KITAB SHAHỈH BUKHẢRI (Studi Terhadap Kualitas Sanad dan Fiqh al-Hadis)

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman , 2010

Tulisan ini membahas mengenai hadis-hadis ’diskriminasi perempuan’ dalam kitab Shahih Bukhari yang menurut sebahagian kalangan dianggap membeci dan memberikan ketidakadilan terhadap perempuan, serta bertentangan dengan kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam al Qur’an. Dari hasil pembahasan disimpulkan bahwa ternyata hadis tersebut tidak bertentangan dengan nash al Qur’an bahkan menjadi bayan terhadap al Qur’an. Pemahaman terhadap hadis-hadis tersebut tidak akan diskriminatif bila dipahami secara utuh dan komperhensif

KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN

Speaking of leadership, particularly concerning Islamic leadership is an issue that is very interesting to study. Because from a good leadership system, there will be a good order of society as well. In Indonesia the majority of the population is Muslim, but admitted or not, from the beginning until now the implementation of democracy that is also part of the teachings of Islam, has still been quite alarming. This can be seen from the inequality of the social position of women. Since 14 centuries ago, the Qur'an has abolished a wide range of discrimination between men and women, the Qur'an gives rights to women as well as the rights granted to men. In this case is the issue of Islamic leadership in which Islam has given rights to women as that given to men. In addition, Islam has also impose obligations to women as that imposed to men, except the rights or obligations devoted by Islam to men. Keywords: Women leadership, perspective of the Qur'an. Pendahuluan Dalam panggung sejarah, pembicaraan terhadap wacana gender, feminisme dan kesetaraan laki-laki dan perempuan merupakan bagian dari emansipasi, demokratisasi dan humanisasi kebudayaan. Dari waktu ke waktu, gugatan dan pembongkaran terhadap struktur ketidakadilan, diskriminasi, penindasan dan kekerasan terhadap perempuan nampaknya semakin meluas dan menggugat. Berbicara tentang kepemimpinan perempuan sampai saat ini dikalangan masyarakat masih menimbulkan perbedaan pendapat. Hal ini dimungkinkan karena latar belakang budaya, kedangkalan agama, peradaban dan kondisi sosial kehidupan manusia sehingga menyebabkan terjadinya benturan dan perbedaan persepsi dikalangan masyarakat. Sebagai agama yang ajarannya sempurna, Islam mendudukkan laki-laki dan perempuan dalam posisi yang setara baik sebagai hamba (` Abid) maupun posisinya sebagai penguasa bumi (kholifatullah fil ardh). Kepemimpinan perempuan menurut Islam diperbolehkan selama kepemimpinan itu baik dan bisa dipertanggungjawabkan. Namun Islam memberikan batasan terhadap perempuan disebabkan karena beberapa kendala kodrati yang dimilikinya seperti menstruasi, mengandung, melahirkan dan menyusui. Dimana hal itu menyebabkan kondisi perempuan saat itu lemah, sementara seorang pemimpin membutuhkan kekuatan fisik maupun akal. Artinya: dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat

KONTROVERSI PENAFSIRAN TENTANG PEREMPUAN PEREMPUAN DALAM AL-QUR`AN: ANALISIS TERHADAP PENAFSIRAN M. QURAISH SHIHAB DALAM TAFSIR AL-MISHBAH

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penafsiran M. Quraish Shihab terhadap kontroversi yang berkembang di kalangan ulama klasik dan kontemporer tentang isu sensitif dalam diskursus feminisme, yaitu proses kejadian perempuan. Di kalangan ulama klasik, telah terbentuk mainstream penafsiran bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk, suatu penafsiran literal dan menekankan proses kejadian fisik yang kemudian berimplikasi posisi subordinat mereka dibandingkan pria. Sedangkan di kalangan ulama kontemporer, penafsiran bersifat metafor dan menekankan psikologi perempuan ketimbang kejadian fisik sesungguhnya. Telaah ini di samping menjelaskan argumen-argumen penafsiran, juga bertujuan memposisikan penafsirannya dalam perdebatan penafsiran klasik dan kontemporer tersebut. Kata kunci: penafsiran, tafsir klasik, tafsir kontemporer, nafs wahidah

KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM Al-QURAN DAN HADIS

Musawa: Journal for Gender Studies

Islam is a religion that highly respects and values ​​women. Islam erases the Jahiliyah tradition which is so discriminatory towards women, in Islam men and women are considered to be equal, free-tackled, and even complementary and needy creatures of God. Islam as rahmatan lil Alamin positions women in a noble place. There is no dichotomy and discrimination between men and women. Al-Qur’an teaches the position of believers both men and women are equal before God, therefore they must obtain equal status in the eyes of God, and both have been declared the same as getting God’s grace. The departure of women to study even without mahram can be justified as long as their honor and safety are guaranteed and does not invite disobedience. Women have the right to work as long as they need it or the job needs it and as long as religious and moral norms are maintained. Therefore there is no obstacle for women to work as long as the work is carried out in an atmosphere of respect, courtesy, an...

TEOLOGI PEREMPUAN DALAM TAFSIR AL-QURAN: Perspektif Pemikiran Hamka

Posts about to reveal the relationship between theology and women, theology itself is a divinity, but with a growing time, theology does not mean only on the scope science of God, but also the science which deals with the relationship of God and man, which then theology used as an explanation containing its own meaning, which is then analyzed based on the interpretation of Hamka. The goal is to uncover interpretation Hamka in the verses of the Koran about women. So this article will be a discussion join the new understanding of theology and