Perdagangan Bebas Regional Dan Daya Saing Ekspor: Kasus Indonesia (original) (raw)
Related papers
Strategi Peningkatan Ekspor Indonesia dalam Perdagangan Bebas
AKSES: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2006
The article explored Indonesian export development to anticipate the challenge of free trade. The Challenge were : export structure still base on traditional market and just on certain commodity, Indonesian non oil export also had many challenge from Others Asian Exporter state. The improvement on quantity and quality must be achieved with many strategy e g : export divert policy specially on non oil export both good or service, improve the global competence product and promote of export function on catalyze economic growth
Daya Saing Ekspor Produk Kelapa Indonesia DI Pasar Internasional
This study aims to analyze the competitiveness of Indonesian coconut products in the world market. This study used secondary data for the export of Indonesian, Philippine, Indianand World coconut products during theperiod 2000-2016. Data were analyzed by usingTrade Specialization Index (ISP), the Revealed Comparative Advantage (RCA) and Constant Market Share analysis (CMSA). The results of this study indicate that the export of Indonesian coconut products tends to increase every year. Indonesia has a strong competitiveness as an exporting country of coconut products and very mature categories in the trading of coconut products. Indonesia and Philippines has a comparative advantage as shown by the positive value of RCA. Indonesia's competitiveness is heavily influenced by the effect of standard growth as indicated by the average of positive standard growth values. The competitiveness of coconut products is also heavily influenced by the effects of standard growth.
Ekonomi Internasional - Ekspor Impor Indonesia
Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Ekspor dibagi menjadi ekspor langsung dan tidak langsung. Indonesia memiliki sekitar 50 komoditi ekspor nonmigas. Diantaranya kain, sepatu, pupuk, karet, dsb. Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Indonesia menurut BPS mengimpor barang dari sekitar 50 negara dengan masing-masing 50 komoditi nonmigas, diantaranya gandum, pesawat mekanik, kapas, obat kimia dsb.
SEPA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 2012
Agreements in the countries of Southeast Asia for ASEAN Economic Community indicate cooperation for the future co-exists within the community towards a better welfare, especially in fulfillment of food sufficiency. Stable food supply is a priority in the national food security. This paper aims to analyze the relationship between the stock of corn and soybeans in relation to macro conditions ASEAN region. Principal Component Analysis is used for the analysis of this study. The analysis showed that both the stock of these commodities, especially to Indonesia, not supported by growth in its production. Growth and stock of Indonesia's maize are relatively neutral on the tariff position and level of agricultural productivity rates, while the pattern of growth and stock of Indonesia's soybean are in a position of free trade and non-farm productivity. The implication of this research is the need for cooperation between the countries in their readiness to face the free trade.
Action Research Literate
Bisnis Internasional adalah semua transaksi bisnis yang dilakukan antar negara yang pelaksanaannya dilakukan oleh warga negara, perusahaan ekspor – impor, maupun sebuah departemen pemerintah. Kegiatan bisnis Internasional mempunyai spesifikasi karena melewati batas – batas wilayah negara mempunyai aturan hukum, budaya, kebiasaan, bahasa, mata uang yang saling berbeda. Dengan perbedaan – perbedaan ini maka sebaiknya dalam kegiatan bisnis Internasional perlu hati – hati dalam pelaksanaannya.
PERSAINGAN EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah melihat kinerja ekonomi kopi Indonesia dan menganalisis tingkat persaingan ekpor Indonesia di pasar internasional. Penelitian menggunakan data sekunder dari berbagai sumber data. Analisis data menggunakan pendekatan statistik deskriptif untuk melihat kinerja ekonomi dan statistik trend line dengan membandingkan dengan negara ekportir utama, sedangkan tingkat persaingan ekspor kopi Indonesia dianalisis dengan market share model Indonesia menempati urutan negara terbesar ketiga dalam mengekspor kopi setelah Brazil dan Vietnam. Share ekspor kopi Indonesia akan meningkat sejalan dengan peningkatan luas areal dan produktivitas, namun tergantung pada kekuatan share ekpor kopi Brazil, Columbia, dan India. Kata kunci : Kopi, market share , ekspor PENDAHULUAN Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dalam mendatangkan devisa negara. Luas areal kopi di Indonesia menempati urutan kedua terbesar setelah Brazil. Luas areal kopi di Indonesia pada tahun 2011 diperkirakan sebesar 1 254 921 hektar, dimana umumnya diusahkan oleh perkebunan rakyat 95.94%, perkebunan negara 1.77%, dan perkebunan swasta 2.29%. Dtinjau dari produksi, Indonesia menempati urutan ketiga setelah Brazil dan Vietanam. Keadaan ini terjadi karena produktivitas kopi Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan Vietnam. Rendahnya produktivitas kopi Indonesia karena sebagian besar diusahatan oleh perkebunan rakyat dengan keterbatasan modal dan akses terhadap teknologi.
Determinan Ekspor Di Indonesia
Jurnal Ecodemica: Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Bisnis
ABSTRACTThis study aims to explore macroeconomic factors that affect non-oil and gas exports in Indonesia. The research data are non-oil and gas export data, Gross Domestic Product, inflation, US dollar exchange rate, foreign direct investment in the 2010-2019 period published by Bank Indonesia statistics. The research method uses the Vector Error Correction Model (VECM) analysis with the Augmented Dickey Fuller (ADF) stationary test, Johansen's cointegration test, Granger causality test, Error Correction Model. The results showed there was a cointegration relationship between all dependent and independent variables, a direct relationship with the US dollar exchange rate and inflation on Gross Domestic Product, Gross Domestic Product on exports. In the short term Gross Domestic Product, inflation, exchange rates, and foreign direct investment have no significant effect on non-oil and gas exports. In the long run, Gross Domestic Product has a significant effect on non-oil and gas...
Daya Saing Pala, Lawang, Dan Kapulaga Indonesia DI Pasar Internasional
Jurnal Agristan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing pala, lawang, dan kapulaga Indonesia di pasar internasional dilihat dari posisi atau kecenderungan Indonesia sebagai importir atau eksportir, keunggulan komparatif Indonesia, dan spesialisasi ekspor Indonesia untuk komoditas pala, lawang, dan kapulaga (rempah HS 0908). Metode yang digunakan adalah studi kasus. Data yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu (time series) periode tahun 2004-2018. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2021 sampai dengan Agustus 2021. Analisis menggunakan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) untuk menganalisis posisi atau kecenderungan negara Indonesia sebagai eksportir atau importir pada komoditas pala, lawang, dan kapulaga, Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk menganalisis keunggulan komparatif pala, lawang, dan kapulaga Indonesia, dan Comparative Export Performence (CEP) untuk menganalisis spesialisasi ekspor rempah HS 0908 Indonesia ke pasar internasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rempah HS 0908 Indonesia memiliki daya saing di pasar internasional. Hal tersebut dilihat dari kecenderungan Indonesia sebagai eksportir rempah HS 0908 dengan rata-rata nilai ISP 0,983. Indonesia memiliki keunggulan komparatif dengan rata-rata nilai RCA 21,597. Ekspor pala, lawang, dan kapulaga Indonesia pun sudah terspesialisasi dengan rata-rata nilai CEP 3,028. Indonesia menjadi negara dengan daya saing tertinggi kedua setelah Guatemala yang memiliki rata-rata nilai ISP 0,997, rata-rata nilai RCA 885,830, dan ratarata nilai CEP 6,731. Posisi ketiga diduduki oleh India yang memiliki rata-rata nilai ISP 0,229, rata-rata nilai RCA 8,404, dan rata-rata nilai CEP 2,099. Sedangkan posisi keempat diduduki oleh Netherland yang memiliki rata-rata nilai ISP