AGAMA DAN RESOLUSI KONFLIK (Analisis Terhadap Konflik Kegamaan di Indonesia) (original) (raw)

POTRET KONFLIK BERNUANSA AGAMA DI INDONESIA (Signifikansi Model Resolusi Berbasis Teologi Transformatif

As far as the record of religious conflicts in Indonesia are concerned, it shows three major patterns: conflicts among adherents of different religions, conflicts between one religion with a group accused as heretical, and internal conflicts of the same people of faith with those who have different understanding of the religion. The first pattern is obvious in many cases of banning houses of worship constructions. Cases of violence against Ahmadiyah followers are examples for the second pattern, and the Sunni-Syi'i clashes represents a third pattern. In any point of views, however, such conditions would be so detrimental to the human race in general, and society and the state of Indonesia in particular. This paper examines intensively about the issues and attempt to uncover the nature of the root-causes underlying them. From this analysis, we discuss the significance of the resolutions model that is more paradigmatic and holistic based on transformative theology. Transformative theology necessitates Muslims to avoid a partial understanding of religion. Similarly, this theology requires his people to escape from the burdens of religious history which often distort the religion of the essentials value and roles. Through this theology development, people's religiosity will be seen as a creative process and full responsibility for developing a life that is always leaning to perennial moral values of justice, equality, peace and prosperity. Abstrak Sejauh rekaman konflik keagamaan di Indonesia dilacak, akan terlihat tiga pola besar: konflik antarumat agama yang berbeda, konflik antara satu umat agama dengan kelompok yang dicap sebagai sesat, dan konflik intern-umat satu agama yang memiliki pemahaman berbeda. Pola pertama terlihat sangat jelas dalam

KONFLIK AGAMA DAN PENYELESAIAANNYA

Abstrak: Tulisan ini bertujuan untuk menyelidiki faktor-faktor penyebab konflik antara Islam mainstream dengan Ahmadiyah, resolusi konfliknya, peran SKB Tiga Menteri tahun 2008 dan Pergub tahun 2011 sebagai media resolusi konflik, dan respons terhadap SKB dan Pergub. Dalam tulisan ini ditemukan bahwa faktor-faktor penyebab konflik bermula dari aspek teologis, kemudian berkembang menjadi aspek politik, ekonomi, sosial, ketidaktegasan pemerintah, Ahmadiyah eklusif dalam beribadah, dan pengaruh pemberitaan media massa. Resolusi konflik berupa non litigasi dilakukan melalui mediasi yang melibatkan aparat pemerintah, tokoh masyarakat, kepolisian, dan litigasi melalui proses peradilan. Ahmadiyah menganggap SKB dan Pergub tidak bisa berperan sebagai media resolusi konflik agama sehingga mereka menolak serta berusaha membatalkannya secara hukum. Sebaliknya, Islam mainstream menerima namun tetap menginginkan keluarnya Keppres atau Undang-Undang untuk mem-bubarkan Ahmadiyah. Abstract: Religious Conflict and Its Resolution: A Sutdy of Ahmadiyah in Tasikmalaya, Weste Java. This writing is aimed at analyzing factors that underly conflicts between mainstream Islam and Ahmadiya, its resolution, the role of SKB Tiga Menteri of 2008 and Pergub 2011 as a media of conflict resolution, as well as the responese to the two statutes. The findings of this study reveal that the religious conflicts stem from theological aspects that extend to political, socioeconomic , govern-ment's inambiguity in implementing the regulation, Ahmadiya's exclusiveness in their religious duties and the influence of media. Conflict resolution in non-litigation is carried out through mediation that involving the goverment's apparatus and the police, and litigation via judicial process. Ahmadiya argues that SKB and Pergub are incapable of playing any role in resolving religious conflict and thus reject and try to revoke them judicially. Mainstream Islam, however, argues to the opposite and insists in issuance of President Act or statute to disperse Ahmadiya organization.

Resolusi Konflik dalam Masyarakat Religius Indonesia

2018

Indonesia, as the plural nation in religion, has already performed a positive and peaceful life of the religious people who are different in faith and understanding. In general, the life of religious people in Indonesia is lasting well and peacefully. It does not mean that there never be religious conflicts of the different religious people in Indonesia. The conflicts had ever occurred and will probably emerge in the future. The conflicts were often seen as threat, or negativity, of religious life among different-religious people in Indonesia. The writing does not deny that indeed the conflicts are not wanted and have to be overcome. But since the conflicts cannot be avoided from the life of different-religious people of Indonesia, the writing philosophically intend to see and understand the conflicts in a different way. The religious conflicts can be positively seen and understood, that is, as part of communication among different-religious people interacting in public sphere. Conf...

Pemolisian Konflik Keagamaan di Indonesia

2014

Buku ini berawal dari riset mengenai pemolisian konflik-konflik agama di Indonesia pasca-Orde Baru. Konflik-konflik agama di sini dikhususkan dalam dua bentuknya yang paling menonjol beberapa tahun terakhir, yakni konflik sektarian (intra-agama), yang diakibatkan oleh sikap anti-Ahmadiyah dan anti-Syiah, dan konflik terkait tempat ibadat (antar-agama). Ada perkembangan yang patut disyukuri tapi juga disayangkan dalam pengelolaan kehidupan keagamaan di Indonesia pasca-Orde Baru. Di satu sisi, kekerasan kolektif antar-agama, seperti yang terjadi di Ambon, Maluku Utara, dan Poso (Sulawesi Tengah) sudah berhenti sejak sekitar sepuluh tahun lalu. Namun, di sisi lain, beberapa laporan menunjukkan peningkatan insiden konflik antar-agama, khususnya terkait rumah ibadat, dan konflik sektarian intra-agama (Islam), khususnya terkait Jamaah Ahmadiah Indonesia (JAI) dan komunitas Syiah. Meski cukup sering dibicarakan, masalah di atas jarang sekali ditinjau dari sisi pemolisian. Buku ini mencoba ...

ALTERNATIF SOLUSI KONFLIK AGAMA DI INDONESIA

Abstrak Setiap agama mengandung ajaran " keselamatan dan penghargaan yang tinggi terhadap sesama manusia ". Ajaran agama tersebut memiliki peran yang signifan dalam membentuk prilaku penganutnya, tetapi dalam realitasnya tingkat pemahaman keagamaan yang berbeda terkadang menjadi pemicu konflik agama, walaupun agama bukanlah satu-satunya pemicu konflik di Indonesia. Untuk itu, penting untuk mengembalikan makna agama sebagai " jalan keselamatan " , mempertimbangkan penghapusan term agama samawi (langit) vs. wadh'i (bumi), term agama resmi negara vs. agama non-resmi negara, penguatan dialog dan kerja sama antar pemeluk agama, dan menggagas pendidikan berbasis perdamaian, sebagai alternatif solusi konflik agama di Indonesia. Tidak dinafikan pula pentingnya memaksimalkan peran seluruh komponen bangsa dalam mengantisipasi dan menyelesaikan konflik agama di Indonesia.

Pemolisian Konflik Keagamaan di Indonesia (Edisi Ringkas)

2014

Buku ini berawal dari riset mengenai pemolisian konflik-konflik agama di Indonesia pasca-Orde Baru. Konflik-konflik agama di sini dikhususkan dalam dua bentuknya yang paling menonjol beberapa tahun terakhir, yakni konflik sektarian (intra-agama), yang diakibatkan oleh sikap anti-Ahmadiyah dan anti-Syiah, dan konflik terkait tempat ibadat (antar-agama). Ada perkembangan yang patut disyukuri tapi juga disayangkan dalam pengelolaan kehidupan keagamaan di Indonesia pasca-Orde Baru. Di satu sisi, kekerasan kolektif antar-agama, seperti yang terjadi di Ambon, Maluku Utara, dan Poso (Sulawesi Tengah) sudah berhenti sejak sekitar sepuluh tahun lalu. Namun, di sisi lain, beberapa laporan menunjukkan peningkatan insiden konflik antar-agama, khususnya terkait rumah ibadat, dan konflik sektarian intra-agama (Islam), khususnya terkait Jamaah Ahmadiah Indonesia (JAI) dan komunitas Syiah. Meski cukup sering dibicarakan, masalah di atas jarang sekali ditinjau dari sisi pemolisian. Buku ini mencoba ...

Agama dan Resolusi Konflik Agama dan Resolusi Konflik

LEKKAS Bandung, 2021

Dengan buku ini diharapkan pembaca akan mendapatkan wawasan tentang berbagai perkembangan dari hubungan agama dengan resolusi konflik. Demikian sehingga para pembaca dapat menganalisis, mengkategorisasikan, dan menerapkan wacana resolusi konflik tersebut. Pembaca pun diajak untuk mengikuti perkembangan dan memikirkan kembali ide-ide masa depan agama dan multikulturalisme. Dengan demikian, penguasaan dan kritisisme para pembaca terhadap ide-ide dan perkembangan agama dan masyarakat plural merupakan standard kompetensi pembelajaran Agama dan Resolusi Konflik ini.

PANCASILA SEBAGAI RESOLUSI KONFLIK SOSIAL AGAMA DI INDONESIA

Konflik merupakan sebuah permasalahan yang tidak terlepas dalam setiap kehidupan bermasyarakat. Konflik dapat menyebabkan sebuah perpecahan dalam masayarakat. Ada begitu banyak persoalan-persoalan yang dapat menyebabkan konflik seperti persoalan ekonomi, agama, budaya dan politik.

KONFLIK SOSIAL BERNUANSA AGAMA Oleh: Annisa Wildani NIM. 1154040006 Pengembangan Masyarakat Islam Semester 4 Kelas A Fakultas Dakwah dan Komunikasi

ABSTRAK Dari zaman dulu sampai sekarang konflik memang tak asing lagi ditelinga kita dan menjadi topik pembicaraan masyarakat. Secara alamiah, memang masyarakat memiliki dua wajah, yaitu konflik dan konsensus. Banyak para ahli yang mengemukakan teori tentang konflik, khususnya dalam sejarah sosiologi kontemporer, namun yang kita pehatikan bukan hanya tentang teori-teori para ahli, tetapi harus dengan landasan Al-Quran sebagai pedoman untuk segala penyelesaian masalah. Berbagai macam jenis konflik yang kita temukan di masyarakat, umumnya konflik sosial, yang berupa konflik organisasi, ras, budaya bahkan konflik agama. Konflik agama baik berupa konflik antar agama yang berbeda, konflik antara satu umat agama dengan kelompok yang dicap sebagai sesat, dan konflik antara satu umat beragama yang sama, namun memiliki pemahaman berbeda. PEMBAHASAN Seperti yang kita ketahui bahwa konflik tidak terlepas dari adanya dalang atau provokatornya yang tidak pernah tuntas. Konflik kerap kali memberikan kontribusi atas perubahan yang terjadi di masyarakat, selain itu juga memberikan sumbangan atas terjadinya disentegrasi (Agus Ahmad Safei: 2017). Dalam referensi lain, konflik atau pertikaian adalah bentuk persaingan yang berkembang secara negatif, artinya di satu pihak bermaksud untuk mencelakakan atau paling tidak berusaha untuk menyingkirkan pihak lainnya (Abdulsyani: 2012). Para ahli sosiologi berusaha menjawab suatu pertanyaan besar, yaitu bagaimana masyarakat manusia di dunia ini dapat bertahan dan terus berkembang dari generasi dan tidak