Studi Ekologi Hubungan Iklim Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bogor Tahun 2013-2022 (original) (raw)
Related papers
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2021
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan vector-borne disease dengan tingkat prevalensi tertinggi di dunia. Jumlah kasus DBD telah meningkat di sejumlah negara dalam 10 tahun terakhir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor iklim dengan kejadian DBD di Kota Administrasi Jakarta Pusat dalam periode 20 tahun, dari Januari 1999-Desember 2018. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis (P2PTVZ) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Penelitian ini menggunakan disain studi ekologi dan dianalisis bivariat dengan uji korelasi Spearman. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel curah hujan (Pv=0,0001; r=0,448) dengan lag 2 bulan, suhu udara (Pv=0,0001; r=-0,27) dengan lag 1 bulan, dan kelembaban relatif (Pv=0,0001; r=0,329) dengan lag 2 bulan, secara signifikan berhubungan positif dengan kasus DBD. Kasus DBD secara signifik...
Hubungan Iklim dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD)
Jurnal Kesehatan, 2021
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a serious health problem, especially in tropical countries including east Indonesia. DHF cases in Bau-Bau City in the last three years have shown a significant increasing trend. In 2017 the IR DHF in Bau-Bau was 62,6 per 100.000 population, in 2018 the IR rate was 67,4 per 100,000 population, and the CFR rate was 1%, and in 2019 the IR DHF was 94,9 per 100,000 population with the CFR increasing to 1,3%. The purpose of this study was to determine the relationship between rainfall and humidity with the incidence of DHF. This study is an ecological study using secondary data on DHF and climate which were collected retrospectively. Data on dengue fever for 566 cases were taken from the Health Office of Bau-Bau City and data on climate were taken from the Meteorology, Climatology and Geophysics Agency (BMKG) Meteorological Station Class II Betoambari Bau-Bau City. The analysis was carried out univariate and bivariate with the Spearman correlation test at...
2011
Penyakit DBD merupakan penyakit berbasis vektor yang menjadi penyebab kematian utama di banyak negara tropis. Meningkatnya kejadian penyakit DBD dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor iklim. Kurangnya perhatian mengenai faktor iklim dalam program pencegahan penyakit DBD mengakibatkan upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD kurang maksimal. Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Cilacap ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor-faktor iklim dengan kejadian penyakit DBD. Faktor iklim tersebut meliputi curah hujan, hari hujan, suhu, kelembaban, dan kecepatan angin. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan design studi rangkaina berkala. Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder berupa data kejadian penyakit DBD dan faktor-faktor iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan suhu dengan kejadian penyakit DBD (p=0,009), ada hubungan kelembaban dengan kejadian penyakit DBD (p=0,003), ada hubungan kecepatan angin dengan kejadian penyakit DBD (p=0,001), tidak ada hubungan yang signifikan antara curah hujan dengan kejadian penyakit DBD (p=0,079), dan tidak ada hubungan hari hujan dengan kejadian penyakit DBD (p=0,495). Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa perubahan suhu, kelembaban dan kecepatan angin berhubungan dengan kejadian penyakit DBD. Oleh karena itu, diperlukan suatu kerjasama antara DKK dan BMKG dalam penginformasian perubahan suhu, kelembaban, dan kecepatan angin agar segera dilakukan upaya pencegahan.
JAMBURA Journal of Architecture
Penelitian dilakukan di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, yang memiliki angka kasus tertinggi kejadian DBD untuk seluruh wilayah Indonesia di tahun 2020. Dalam Penelitian ini, perbandingan antar wilayah dilakukan guna mengetahui perbedaan perlakuan terhadap faktor fisik yang berpeluang memicu munculnya kasus DBD. Berdasarkan data, terpilihlah tiga lokasi yang mewakili kejadian DBD dari yang tertinggi hingga terendah yakni Asrama Polisi Polres Sikka, Desa Hoder dan Desa Tuabao. Penelitian dilaksanakan dengan memanfaatkan alat ukur thermohygrometer, anemometer dan lux meter untuk menganalisa karateristik termal pada ketiga wilayah yang telah dipilih. Setting fisik lainnya berupa warna dinding, tinggi dan rendah bangunan, letak maupun jenis vegetasi yang terdapat di sekeliling bangunan adalah faktor lainnya yang dianggap sebagai pemicu hasil pengukuran yang didapat. Adapun hasil dari pengukuran menunjukan bahwa wilayah yang memiliki jarak antar rumah kurang dari 1 m, memiliki kecep...
Studi Korelasi Antara Faktor Iklim Dan Kejadian Demam Berdarah Dengue Tahun 2011-2016
Abstrak ___________________________________________________________________ Kejadian DBD telah meningkat secara dramatis di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir. Tercatat sejak tahun 1990-2015 Indonesia memiliki tren kenaikan insiden DBD. Kejadian DBD di Kabupaten Pandeglang juga memiliki tren peningkatan kasus DBD tahun 2011-2015 dan memiliki IR tahun 2015 meningkat 72,01% dari tahun sebelumnya. Meningkatnya kejadian DBD dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya faktor iklim. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kejadian DBD dengan faktor iklim (suhu, kelembaban, dan curah hujan) di Kabupaten Pandeglang tahun 2011-2016. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan studi ekologi. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji Pearson Product Moment dan uji Rank Spearman dengan α=0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan suhu udara dengan kejadian DBD (p value=0,133), terdapat hubungan lemah dengan arah positif antara kelembaban udara dan kejadian DBD (r=0,300 dan p value=0,010), dan terdapat hubungan lemah dengan arah positif antara curah hujan dan kejadian DBD (r=0,278 dan p value=0,018). Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor iklim (kelembaban udara dan curah hujan) mempunyai hubungan bermakna terhadap kejadian DBD. Abstract ___________________________________________________________________ The incidence of DHF has grown dramatically throughout the world in recent decades. Recorded 1990-2015, Indonesia has an upward trend in dengue incidence. DHF case in Pandeglang regency also has an upward trend of dengue fever cases in 2011-2015 and has IR in 2015 increased 72.01% from previous year. Increasing the incidence of DHF is influenced by various factors, one of which is the climatic factor. The purpose of this research is to analyze the relationship of DHF case with climate factor (temperature, humidity, and rainfall) in Pandeglang regency at 2011-2016. This type of research is an analytical approach with an ecological study. There was no correlation between air temperature and DHF case (p value=0.133), weak correlation with positive direction between air humidity and DHF case (r=0.300 and p value=0.010), and weak correlation with positive direction between rainfall and DHF case (r=0.278 and p value=0.018). The conclusion of this research is that climate factor (humidity and rainfall) have significant correlation with DHF case.
The Indonesia Journal of Infectious Diseases, 2017
Pengaruh perubahan iklim terhadap demam berdarah dengue (DBD) bersifat tidak langsung. Hal ini karena terdapat faktor perantara penyebab yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Perkembangbiakan dan siklus hidup nyamuk Aedes Aegypti inilah yang dipengaruhi langsung oleh kondisi iklim. Kesesuaian iklim dengan lingkungan hidup nyamuk aedes Aegypti ditandai dengan temperatur hangat dan curah hujan tinggi seperti Indonesia. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui proyeksi peluang DBD secara rata-rata untuk periode 2014-2038 berdasarkan proyeksi curah hujan dan temperatur. Metode statistik yang digunakan untuk mengetahui pengaruh iklim terhadap kesehatan (demam berdarah) antara lain statistik downscaling, analisis komponen utama, dan regresi logistik ordinal. Hasil analisis menunjukan bahwa curah hujan yang sesuai dengan demam berdarah berkisar 100-300 mm. Untuk curah hujan relatif tinggi 120-317 mm yang terjadi pada bulan Januari-Februari, ancaman paling kuat adalah bahaya banjir dan DBD. Untuk temperatur udara, proyeksi ke depan (2014-2038) berkisar antara 26-30 o C, kondisi ini masih optimal untuk perkembangan nyamuk Aedes Aegypti. Proyeksi peluang demam berdarah berdasarkan proyeksi curah hujan dan temperatur menunjukan wilayah Jakarta masih berpeluang tinggi sebagai wilayah katagori resiko tinggi demam berdarah dengan nilai peluang 0,74-0,99.
Jurnal Medika Malahayati
Factors Of Climate Change And Its Relation To Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) In Indonesia. Dengue hemorrhagic fever is still one of the health problems that occur in Indonesia. Climate change has a major influence on humidity and rainfall, this also has an impact on the development of dengue hemorrhagic fever (DHF) mosquitoes and this is happening in Indonesia. This study aims to determine the factors of climate change with the incidence of dengue hemorrhagic fever in Indonesia. This study uses a literature review study that uses articles from the Google Scholar, Garuda, Pubmed, and ScienceDirect databases. Articles were selected based on inclusion criteria which were considered eligible to be reviewed systematically so that the final results were 15 articles. The result of this study is that climate change has an impact on the state of dengue hemorrhagic fever (DHF) in Indonesia. Several provinces in Indonesia show the influence of climate characteristics such as humidity, rainfall, and temperature. The incidence of DHF in several Indonesian provinces is more influenced by rainfall and humidity. Rainfall as a variable that cannot be controlled is the main factor affecting temperature and humidity so that breeding factors such as breeding places and hatching of mosquito eggs become more optimal. Therefore, behavior in environmental management to prevent dengue needs to be carried out such as the 3M+ movement which consists of draining the water reservoir, closing the water reservoir, burying used goods, using insecticide-treated mosquito nets, sprinkling abate powder in the water reservoir, using mosquito repellent, hanging dirty clothes, and installation of wire screens on house ventilation.
Hubungan Faktor Suhu dan Kelembaban Dengan Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Bandar Lampung
Jurnal Analis Kesehatan
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit tular vektor pada manusia yang disebabkan oleh virus dengue (DENV) dan disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama. Kasus DBD di kota Bandar Lampung cenderung meningkat serta berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) setiap tahunnya. Perubahan iklim dapat berpengaruh terhadap pola penyebaran dan meningkatkan resiko penularan DBD. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui korelasi antara faktor suhu dan kelembaban dengan kasus DBD di kota Bandar Lampung tahun 2016-2018. Jenis penelitian menggunakan data sekunder dengan metode rancangan korelasi. Data sekunder berupa kasus DBD didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung serta data suhu dan kelembaban didapatkan dari Stasiun Meteorologi Klas IV Maritim Tanjung Karang. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi kasus DBD, suhu dan kelembababan, dan untuk mengetahui hubungan antara variabel suhu dan kelembaban dengan DBD dilakukan uji kor...
JURNAL MEDIA KESEHATAN
Problems: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease that is transmitted through the bite of the Aedes sp. and it is still a public health problem in Indonesia. The survival of the dengue mosquito and the spread of the disease can be affected by climate factors such as rainfall, humidity, and air temperature. Population density is also a risk factor for the spread of dengue fever. The Aim of The Research: The purpose of this study was to determine the relationship between climate factors and population density on the incidence of dengue fever in the Jakarta Administrative City in 2018-2020. Reseacrh Method: This study uses an ecological study design by conducting statistical correlation tests on climate factor data with dengue cases in the Jakarta Administration City in 2018-2020. Spatial analysis was conducted to see the relationship between population density and the incidence of DHF in the same location. The Result: The results of this study did not find a significant relationsh...
Faktor Iklim dan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Indonesia: Suatu Kajian Literatur
Penyakit Demam Berdarah Dengue masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. pada tahun 2013 di Indonesia, jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 112.511 kasus dengan jumlah kematian 871 orang (Incidence Rate/Angka kesakitan= 45,85 per 100.000 penduduk dan CFR/angka kematian= 0,77%). Terjadi peningkatan jumlah kasus pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 90.245 kasus dengan IR 37,27. Lingkungan merupakan salah satu faktor penentu terjadinya penyakit. Dalam beberapa dekade terakhir, telah terjadi perubahan iklim secara bermakna. Perubahan iklim dapat berpengaruh terhadap pola penyakit infeksi dan akan meningkatkan risiko penularan. Studi literatur ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor iklim yang berhubungan terhadap kejadian DBD. Pencarian literatur tentang iklim dan DBD di Indonesia menggunakan database Google. Parameter yang menjadi kata kunci adalah "Curah Hujan", "Kecepatan Angin, "Kelembapan", "Suhu Udara", dan "Kejadian DBD". Artikel yang didapat dari kata kunci ini adalah 11 artikel dan yang relevan dengan penelitian tentang iklim dan DBD sebanyak 8 artikel. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan curah hujan, kecepatan angin, kelembaban, dan suhu udara dengan kejadian penyakit DBD. Diperlukan kerjasama antara Badan Meteorolgi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan Dinas Kesehatan dengan tujuan untuk mencegah, memprediksi dan menangani secara tepat Kejadian Luar Biasa DBD di Indonesia.