Budaya Hedonisme, Matrealisme, Dan Kolusi Dalam Cerpen “Hadzal Qurn” Karya Naguib Mahfouz: Analisis Semiotik (original) (raw)

HERMENEUTIKA NEGOSIATIF KHALED ABOU EL-FADL; MENJUNJUNG OTORITAS TEKS SEKALIGUS MEMBATASI OTORITARIANISME

ABSTRAK Maraknya otoritarianisme tafsir keagamaan dewasa ini yang dilakukan oleh organisasi atau institusi keagamaan telah berani mengatasnamakan sebagai pemegang tunggal penafsiran dan sekaligus pelaksana perintah Tuhan merupakan kegelisahan akademis yang dialami oleh Khaled Abou El-Fadl. Dengan menggunakan metode hermeneutika, Abou El-Fadl mencoba melakukan pembongkaran terhadap otoritarianisme dan despotisme dalam tafsir keagamaan kontemporer. Fokus utama gagasan Abou El-Fadl adalah pada " pemegang otoritas " dalam hukum Islam yang dibedakan dengan otoritarianisme. Agar tidak terjadi tirani tafsir yang otoriter, Abou El-Fadl menawarkan hermeneutika negosiatif, dimana makna merupakan hasil interaksi yang kompleks antara pengarang (author), teks (text), dan pembaca (reader) yang selalu diperdebatkan, dinegosiasikan, dan terus mengalami perubahan. Hermeneutika negosiatif ala Abou El-Fadl menjembatani antara membuka teks tanpa batasan (the limitless opening of the text) yang merupakan bentuk pelacuran hermeneutika (hermeneutical promiscuity) dan menutup teks secara sewenang-wenang (the arbitrary closing of the text) yang merupakan despotisme intelektual (intellectual despotism). Karenanya, untuk menghindari pemberangusan teks oleh para penafsir otoriter tersebut, Abou El-Fadl merasa perlu untuk menjunjung otoritas teks (the authoritativeness of the text) dan pada sisi lain, sekaligus membatasi otoritarianisme pembaca (authoritarianism of the reader) sehingga melahirkan penafsiran yang bertanggung jawab dengan memenuhi lima prasyarat, diantaranya kejujuran (honesty), kesungguhan (diligence), kemenyeluruhan (comprehensiveness), rasionalitas (reasonableness), dan pengendalian diri (self-restraint). Kata Kunci: Pemegang otoritas; menjunjung otoritas teks dan membatasi otoritarianisme pembaca.

Kajian Semiotik Qashīdah Ghazl Karya Nizar Qabbani

Tsaqofah, 2021

Syair di kalangan bangsa Arab sangat penting keberadaannya karena dapat menggambarkan kehidupan bangsa Arab. Salah satu satu tokoh sastra yang paling terkemuka di dunia Arab yaitu Nizar Qabbani. Selain sebagai seorang penyair, dia juga seorang Diplomat Siria. Karya-karyanya banyak berbicara tentang cinta dan wanita, baik itu pada perasaan wanita, membela hak wanita serta pendidikan wanita pada waktu itu. Di dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis secara semiotik makna dari syair berjudul Atuhibbunī yang terdiri dari 21 bait. Syair yang diambil dari situs internet almubarak.net pada tahun 2006 berisi tentang wanita. Dalam menganalisis maknanya, peneliti akan menggunakan metode pemaknaan Riffaterre, yaitu menganalisis ketidaklangsungan ekspresi dan pembacaan secara semiotik yang terdiri dari pembacaan heuristik, retroaktif, dan hermeneutik.

Hermeneutika al-Qur'an Hasan Hanafi; Merefleksikan Teks pada Realitas Sosial dalam Konteks Kekinian

This study intends to find out the hermeneutic of al-Qur'an Hasan Hanafi as a solution to reflect text to the social realities. Through the liberation-interpretation or his emansipatory critical hermeneutic, Hasan Hanafi places al-Qur'an to describe human accordance with the capacity of humanity; related to the relationship among people, their task in the world, their position in history, their role in building social and political systems, as well as in proposing alternatives by using analysis experience method that brings to the text meaning even the reality itself. Hanafi's liberation-interpretation least through three phases of analysis, namely; first, the historical consciousness which determines the authenticity of the text and the level of certainty; second, eidetic consciousness that explains the meaning of the text and makes it rational; and third, the practical consciousness that uses the meaning as the theoretical basis for action and delivers the revelation to the final purpose of human life. Thus, Hasan Hanafi tries to understand the original meaning in the present context without losing the past. Of course, this understanding is not just dwelling in discourse but actually able to move an action and social change. This kind of hermeneutic becomes the hallmark of Hasan Hanafi Hermeneutics; which reflects a word (text) or event in the past to be able to understand and existentially becomes meaningful in the present context.

Tinjauan Semiotik Culler Atas Puisi-Puisi Arab Sufistis Dalam Teks Al-Taṣawwuf Fi Al-Syi’R Al-‘Arabī Karya Abd Al-H{Akīm Hassān

Adabiyyāt: Jurnal Bahasa dan Sastra

The object of this study is Sufism Arabic Poetry that contains the views, ideals, and religious ideology of teh Arab. Despite its contents, which mostly talk about social life and love, there is a tendency that those poems contain as well the social anxiety. The material object of this study is the poem entitled ‘Al-Taṣawwuf fi al-Syi’r al-‘Arabī (2003) by H{aki>m Hassan. This study employs Jonathan Culler’s Semiotic Theory, which says that a poem is not just a series of sentences but it is an expression of the author’s mind as his asserion attitude toward society. Poetry also talks about author’s message and commitment on humanity. This study concluded that the Arabic poetry of Sufism is about signs that tell people to live their life at their best because life is only temporary (transient). In the perspective of Culler’s semiotic theory, the author has expressed his view in the poem and confirms its position on human life. In addition, the author also composes some verses of my...

Analisis Semiotik Pesan Dakwah Lirik Lagu Nasyid “Pandangan Mata” Karya Hijjaz (Model Charles Sanders Peirce)

el-Buhuth: Borneo Journal of Islamic Studies, 2019

The road to preaching has a variety of ways, especially the media used. Among them is through the type of Nasyid religious music media. Among the Nasyid groups whose songs contain calls for Islamic da'wah are the Nasyid Hijjaz Group with the song "Mata Mata". From the observations of the author in it the message of the values of da'wah is stored, that believing Muslims are subject to the obligation to always improve the condition of their heart. The Eye View song, illustrates that a Muslim is required to improve the condition of the heart by purifying him from the filth of immorality that leads to the valley of sin. Giving birth to humiliation and addiction, the sins of the heart that make the heart become rusty. If sin through immorality continues to grow, then rust will dominate until it becomes the closing. While leaving immorality is life for the heart. Sin also diverts the heart from its health and straightness to pain and abuse. He will continue to be sick, u...

Kritik Literalisme dalam Membaca Al-Qu'ran dengan Hermeneutik Nasr Hamid Abu Zayd

Menurut Abu Zayd, beliau percaya bahwa memahami Al-Qur'an tidak dibatasi pada penjelasan atau komentar saja, tetapi hal ini melibatkan pula proses interpretasi untuk menangkap signifikansi (maghza) dari teks literal. Praduga dibutuhkan untuk penafsiran bahwa Al-Qur'an sendiri tidak memberikan kepastian dan kemutlakan literal. Praanggapan tersebut membutuhkan tafsir yang mengilustrasikan kemungkinan menerima aneka ragam tafsir Al-Qur'an di zaman dan situasi sekarang. Dengan Hermeneutika Abu Zayd, Al-Qur'an adalah Ikon Islam dan juga merupakan pencerminan dari budaya Arab, yang mana terbuka untuk ditafsirkan dan tidak harus mutlak secara harfiah. Dalam lingkaran hermeneutic Hans Georg yang merupakan rujukan inspirasi dari hermeneutika Abu Zayd menegaskan bahwa dalam mengetahui dan mengaplikasikan makna teks, subjek melakukan peran dalam teks daripada sebaliknya. Zaman sekarang sedang marak-maraknya terjadinya fundamentalisme Pada Agama Islam di Indonesia maupun Islam secara global. Artikel ini bertujuan untuk memberikan kritik literasi dalam membaca Al-Qur'an dengan metode hermenuetik dari Nasr Hamid Abu Zayd agar menghindari fundamentalisme di Islam yang diakibatkan dari penafsiran tafsir tunggal Al-Qur'an.

Analisis Strategi Tarjamah Konten Budaya Arab Dalam Novel Khan El-Khalili Karya Najib Mahfuz

2019

ABSTRAK: Manusia merupakan satu-satunya pengguna bahasa dan makhluk berbudaya. Kajian bahasa tidak akan pernah lepas dari kajian budaya, karena budaya terbentuk dari beberapa unsur yang rumit dan salah satunya adalah bahasa. Seluruh fenomena budaya mencakup beberapa komponen linguistik dan proses persepsi linguistik terlibat dalam analisis budaya. Novel karangan Najib Mahfudz berjudul Khan el-Khalili merupakan pergumulan budaya dan agama menguap menjadi gugatan sehingga perintah Tuhan tidak lagi menjadi sesuatu yang cukup substansif untuk dipertahankan di Khan el-Khalili yang banyak mengandung kontradiksi, ketakutan, kekalutan, kepanikan, kebencian dan kasih sayang. Menarik dicatat bahwa di Indonesia, bahasa Arab merupakan bahasa asing yang dipelajari dan memiliki posisi penting. Sudah barang tentu kajian bahasa dan sastra Arab menjadi salah satu yang sering dikaji dan dinikmati. Dalam novel Arab banyak dijumpai konten budaya Arab yang kental dan tentunya butuh strategi dan metode t...