PENGGAMBARAN MITOLOGI NORDIK DALAM VIDEO GAME (Analisis Semiotik pada The Elder Scroll V: Skyrim) (original) (raw)

Analisis Semiotika Dalam Pesan Moral Film the East

MEDIOVA: Journal of Islamic Media Studies

The East film is set in 1946 when the Netherlands entered the Indonesian national revolution period. A young soldier named Johan was fascinated by Army captain Raymond Westerling who led a counter-insurgency operation against Indonesian guerrillas and a clean-up operation in South Sulawesi, but gradually Johan began to question himself more and more about war. This type of research is descriptive qualitative research that uses data collection techniques, observation, documentation. While the data analysis technique is the content analysis model, by reducing data, displaying data, verifying or drawing conclusions. The results of the study show that the film The East has a hidden or visible moral message in every scan, both verbally and visually. The results are in accordance with Charles Sanders Pierce's semiotic signs in the form of Representament (Icon, Index, symbol), Object, Interpretant.

Analisis Semiotika Representasi Citra Islam Dalam Film Dokumenter Salam Neighbor

2019

Kanda Zuyin Arwani, yang telah menjadi sahabat sekaligus mentor bagi penulis. Panjang umur HMI, semoga selalu diterpa keberkahan dan kebahagiaan. Bahagia HMI. 12. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Lampung, yang telah menjadi rumah bagi penulis selama menjalani rantauan. Terima kasih atas kehangatan dan rasa kekeluargaan yang telah diberikan kepada penulis.

Analisis Semiotika Poster Video Gagasan Konstruktif GAMELAND

CITRAWIRA : Journal of Advertising and Visual Communication

Menurut Kurniasih dalam Sitompul Poster adalah alat komunikasi visual berupa gambar dan teks yang saling tergabung dalam elemen-elemen visual berupa ilustrasi, tipografi, warna, tata letak, dan konsep penggambarannya. Poster berfungsi sebagai media informasi publik yang bertujuan untuk menyampaikan informasi dari produk yang ditawarkan dan memiliki peran penting didalamnya, seperti poster dari video gagasan konstruktif GAMELAND. Video gagasan konstruktif GAMELAND merupakan sebuah konsep video gagasan berjudul “GAMELAND: Inovasi Ruang Pertunjukan, Pendidikan, dan Industri Berbasis Virtual dalam menciptakan Era Baru Gamelan Dunia” yang dalam pemecahannya dibuat secara konstruktif. Gagasan GAMELAND diikutsertakan dalam perlombaan Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) dalam skim Video Gagasan Konstruktif (VGK). Poster GAMELAND merupakan jenis poster infografis, terdapat penanda verbal dan nonverbal yang dapat dianalisis berdasarkan teori semiotika Ferdinand de Saussure.

Analisis Semiotik Video Pada Iklan Game Hago dan Blunder di Dalamnya

Abstrak Persaingan dalam industri gim saat ini memang sangat ketat. Berbagai gim bermunculan untuk mengambil hati masyarakat. Salah satu cara yang digunakan produsen gim agar gimnya banyak dimainkan masyarakat adalah dengan melakukan iklan. Iklan gim ini ditayangkan di berbagai media. Mulai dari media konvensional seperti televisi, hingga media sosial seperti Instagram. Salah satu gim yang gencar melakukan iklan adalah gim Hago. Iklan yang ditampilkan menyasar berbagai kalangan. Hago juga membuat iklan dalam beberapa versi dan tema. Salah satunya adalah iklan Hago yang bertema anak sekolah berseragam SMA memainkan gim tersebut. Iklan ini menimbulkan kemarahan dalam masyarakat. Iklan yang seharusnya mampu menarik hati masyarakat justru menimbulkan kemarahan masyarakat. Iklan ini menjadi kontroversi karena dianggap melanggar norma. Masyarakat hingga membuat pelaporan kepada pihak terkait untuk pemberhentian penayangan iklan ini. Iklan ini juga dianggap telah menyalahi Etika Pariwara Indonesia (EPI). Menurut penulis blunder iklan Hago ini menarik untuk diulas. Iklan gim mampu membawa kemarahan yang serius dari masyarakat. Sanksi dari pihak terkait juga akan diberikan dengan adanya blunder ini. Mempelajari iklan Hago ini diharapkan bisa memahami pelanggaran yang terjadi. Serta mencegah kesalahan serupa di masa yang akan datang.

Analisis Semiotik Dalam Komik Strip Konpopilan

2016

AbstractThe Konpopilan strip comics have their own peculiarities in conveying the story content that follows the things that happen in life, because it is does not use the language symbol on the dialogue. This research uses descriptive method with qualitative research form. Mean sign data was analysed by triadic technique of Pierce theory. The strip comic data is understood by the visual language technique of drawing. Conversational implicature data is analysed by Grice theory, i.e. conventional implicature. Strip comic data is culturally interpreted with cultural context analysis techniques. The result of data analysis concluded that the meaning of the signs can be found: character; behaviour; text balloon; punctuation; line; and the environment, with a total of 842 signs. Visual language can be described in the form of narrative that the flow of each scene is connected. There are 22 that have a single conversation implicature, one that have two conversation implicatures, and one ...

Analisis Semiotika Pada Cerita Rakyat Wandiu-Ndiu

Lakon : Jurnal Kajian Sastra dan Budaya

Tradisi lisan adalah sebuah pesan yang disampaikan secara turun- temurun dari generasi tua ke generasi muda. Pesan ini dapat berbentuk cerita rakyat, ucapan, pidato, lagu, dan lain-lain. Objek penelitian ini adalah salah satu cerita rakyat dari Pulau Buton, Sulawesi Tenggara yaitu Wandiu-ndiu. Penelitian ini memiliki dua rumusan masalah. Pertama, bagaimana kode- kode pada cerita rakyat Wandiu-ndiu. Kedua, bagaimana amanat dan fungsi sosial pada cerita rakyat Wandiu-ndiu. Adapun tujuan penelitian untuk mendeskripsikan kode, amanat dan fungsi sosial yang ditemukan dalam cerita rakyat Wandiu-ndiu. Metode yang digunakan adalah kajian pustaka dengan menggunakan teori Semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat lima kode, yaitu 1) kode hermeneutik, 2) kode proairetik/aksi, 3) kode semik/konotatif, 4) kode simbol, dan 5) kode budaya. Amanat yang terdapat dalam cerita rakyat Wandiudiu terdiri dari amanat tersirat dan amanat tersurat. Adapun fungsi sosial dala...

Analisis Semiotika Makna Religiusitas pada Lirik Lagu "In the End" Karya Cat Stevens

This paper is entitled "Semiotic Analysis of the Meaning of Religiosity in the Lyrics of Cat Stevens's work of In the End " which aims to find religious messages through the lyrics written on the song. The research used is qualitative research through qualitative descriptive approach. The technique used in this paper is semiotic theory by Ferdinand De Saussure which focuses on the signifier and the signified. The song's lyrics will be divided into couplets, interpreted, and apply semiotic theory by Ferdinand De Saussure. The conclusion of this paper is there are religious messages to muse the human's actions in life because all of them will be held accountable in the hereafter.

Norma Kultural dalam Gending Rarè Bangun Semengan (Analisis Semiotika)

Dharma Sastra: Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Daerah, 2021

The Balinese people possess a whole range of custom and tradition in nurturing children since their early ages. One of these traditions appeared through song and called as gending rarè. For many years, Gending rarè believed for its in-depth cultural meaning. This study will analyze this practice by using semiotics’ theory. Gending rarè entitled bangun semengan encompasses norms of Balinese people which gets dominant Hinduism teaching values namely Tri Hita Karana. Throughout this song, children in Bali are exerted to preserve their environment, their cleanliness either by spirituality or physically and also to establish harmonious relationship in their family and society. Moreover, Children are encouraged to apply the teaching of palemahan and pawongan prior to the Parhyangan values.

Unsur Semiotik dalam Persembahan Hadrah

Persembahan hadrah merupakan satu bentuk hiburan masyarakat awam yang masih mendapat sambutan ramai (walaupun sudah banyak berkurangan atau kurang permintaan). Persembahan hadrah ini masih banyak dipersembahkan di majlis kahwin dan juga di majlis keramaian yang lain. Kebiasaannya, hadrah dipersembahkan semasa mengiringi kehadiran pasangan pengantin. Menurut pandangan peribadi Abang Ali (17 November 2015), tradisi hadrah ini wujud di Tanah Arab terlebih dahulu dan disebarkan di Sarawak oleh para pedagang Arab yang datang berdagang di Sarawak. Ada juga yang menyatakan bahawa hadrah wujud dalam kalangan masyarakat kampung tetapi kesahihannya masih diragui. Banyak cerita menarik berkaitan dengan seni hadrah ini, sama ada dalam bentuk kenyataan benar atau pun mitos. Namun semua ini menarik untuk diketahui. Menurut Ahmad Hakimi Khairuddin dan Zahir Ahmad (2006:43), terdapat satu versi persembahan hadrah yang mengatakan bahawa orang-orang yang tersesat di dalam hutan terdengar bunyi pukulan gendang. Kumpulan itu telah pergi ke kawasan bunyi gendang tersebut dan mendapati bahawa bunyi pukulan gendang tersebut datangnya dari sebatang pokok. Mereka telah memotong pokok tersebut untuk mengetahui sebab pokok tersebut mengeluarkan bunyi. Setelah memotong pokok itu, didapati bahawa pokok itu kosong di dalamnya. Oleh sebab itu, mereka mendapat ilham untuk membuat gendang hadrah daripada pokok tersebut dan telah dimainkan di sekitar kampung sebagai satu seni persembahan. Terdapat juga pendapat yang mengaitkan asal-usul persembahan hadrah ini dengan cerita tentang orang sesat di dalam hutan. Untuk menghilangkan rasa bosan mereka telah mengadakan persembahan hadrah di dalam hutan. Permainan gendang tersebut telah didengari oleh golongan raja di kawasan tersebut lalu mereka dijemput untuk mengadakan persembahan di istana (Ahmad Hakimi Khairuddin dan Zahir Ahmad, 2006). Oleh hal yang demikian, terjadilah asimilasi budaya dalam kalangan masyarakat tempatan dan persembahan hadrah tersebut terus dimainkan dan berkembang dalam majlis kahwin, majlis keramaian dan sebagainya. Berdasarkan penelitian konsep budaya persembahan hadrah di negeri Sarawak, terdapat perubahan dan pengubahsuaian yang jika dibandingkan dengan persembahan hadrah di Semenanjung Malaysia seperti, cara berpakaian, jenis pukulan gendang, pemilihan lagu, gerak tari dan kumpulan penari yang ramai dalam sesebuah persembahan. Walau bagaimanapun, persembahan hadrah ini mempunyai mesej dalam komunikasi antara masyarakat kerana wujud dalam pelbagai peringkat, mempunyai pelbagai makna, mempunyai beberapa bentuk dan membentuk pelbagai fungsi dalam kalangan masyarakat tempatan.