Epistemologi Kurikulum Pendidikan Sains (original) (raw)

Epistemologi Pendidikan Islam

At-Tuhfah, 2019

One of the problems of Islamic education today is the issue of dichotomy between "the relegious science" oriented to the hereafter happiness and "the non relegious science" oriented to worldly happiness. In fact, Islam does not distinguish between the two. This problem is directed from the formulation of an inaccurate Islamic education epistemology. Therefore, this paper seeks to unravel the epistemological foundation of Islamic education by discussing the essence of Islamic education, knowledge sources of Islamic education, the methodology of Islamic education and the alternative paradigm of integralism in religious sciences with nonreligious sciences. The conclusion of this discussion explains that the essence of Islamic education is the process of adab cultivation, the process of transferring knowledge and the process of purification of the soul. These processes are actually related to the sources of knowledge in Islamic education, namely the five senses, ratios, intuition, and revelation (wahyu). The functions of these sources are complementary or integral. But in reality, the source of intuition, for example, has not yet gotten an adequate portion in Islamic education".

Basis Epistemologi dalam Pendidikan Islam

Ketika Barat memasuki zaman renaissance, kondisi umat Islam mulai menurun dan terjerembab ke dalam kemunduran. Ilmu pengetahuan dan f1lsafat yang sudah sekian lama bertahta di dunia Islam, kini justru memperoleh lahan subur untuk berkembang pesat di Barat. Tetapi dalam perkembangan baru yang terjadi di Eropa itu, Filsafat justru menimbulkan persoalan baru yaitu ilmu pengetahuan dan falsafat memisahkan diri dari agama. Problem itu, kemudian merambah pada dunia Islam, ketika kolonialisme menjajah Kaum Muslimin. Maka, muncullah adanya dikotomi dalam sistem pendidikan. Dualisme dikotomik ini, nampaknya sudah menjadi suatu sistem yang sudah “mapan” dan sesuai dengan zaman modern saat ini. Hal ini, sebenarnya sebuah “kecelakaan” sejarah yang tidak boleh berlangsung terus menerus. Karena sistem pendidikan Barat (baca ; Modern) yang dinasionalisasikan dan sistem pendidikan Islam (tradisional klasik) yang tidak di perbaharui secara mendasar, mempunyai arah yang berbeda atau dalam beberapa sisi penting justru bertolak belakang Sementara itu, secara epistemologis, Islam mempunyai sebuah konsep yang lebih mapan dalam menterjemahkan adanya konsep integralitas dalam ilmu. Karena ketika seeorang Muslim melakukan aktivitas keilmuannya, maka semestinya ia berangkat dari dasar niat dan motivasi intrinsiknya yang keluar dari hati nurani (conscience) yang paling dalam untuk memenuhi aturan-aturan Allah. Sehingga atara science dan con-science merupakan satu kesatuan dan totalitas yang bermuara pada jiwa rabbaniyyat. (QS. Ali Imran : 79). Ketika mengembangkan dan menggali konsep teoritis dan praksis, semestinya tidak hanya berhenti pada the fact tetapi juga the fact behind the fact, pada saat mengemukakan makna ruhani atau metafisika pada setiap pernyataan fisika

Epistemologi Ilmu dalam Prespektif Islam

Kelompok 4 FKM UMG , 2023

Pendidikan Islam merupakan suatu hal yang sangat penting dikembangkan, mengingat pendidikan menjadi landasan utama untuk membangun peradaban masyarakat dan kemajuan suatu bangsa. Maka pandangan secara filosofis pendidikan Islam penting dikembangkan untuk memberikan kemajuan pada dunia pendidikan kontemporer. Untuk terciptanya segala fungsi dari pendidikan yang dapat terintegrasi pada diri pribadi muslim, maka konsep pendidikan yang aktual dan selaras dengan dasar pendidikan Islamlah yang kiranya dapat membawa pribadi setiap muslim kepada tujuan akhir pendidikan yang ingin dicapai, reformasi pendidikan Islam merupakan suatu kemajuan berfikir yang membawa adanya upaya untuk memperbaharui konsep dan terus mengadakan aktualisasi dalam rangka merespon perkembangan zaman yang selalu statis dan dinamis. Dalam perkembangan filsafat Islam, epistemologi menjadi suatu bidang disiplin baru ilmu yang mengkaji sejauh mana pengetahuan dan makrifat manusia sesuaidengan hakikat, objek luar, dan realitas eksternal

Keyakinan Epistemologis Siswa Lintas Level Akademik Terhadap Fisika

2015

This research applied qualitative research which used descriptive method in order to describe the general epistemological beliefs of middle school students in two schools with different academic levels. The subjects of this research were the eleventh graders of SMA Al-azhar Palu and six the ninth graders of SMP Al-azhar Palu. The selection of respondents and the collection data of epistemological beliefs using EBAPS (Epistemological Beliefs Assessment for Physics Science). Interviews were carried out to elicit students' epistemological beliefs information. Analysis showed that the two academic levels have the same beliefs on dimensional Structure of Scientific Knowledge (SSK), Nature of Knowing and Learning (NKL) and Real-Life Applicability (RLA), and have different beliefs on Evolving dimensions of Knowledge (EK) and Source of Ability to Learn (SAL). Keywords: Academic Levels, Epistemological Beliefs

Kontruksi Epistimologi Ilmu Pengetahuan

Jurnal Filsafat Indonesia

Artikel ini secara keseluruhan membahas tentang filsafat ilmu dan pengembangan kontruksi epistemologi ilmu pengetahuan. Antara filsafat ilmu dan pengembangan ilmu pengetahuan memiliki hubungan yang erat, dikarenakan filsafat ilmu selalu menjadi tolak ukur dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu merupakan pondasi awal dari terbentuknya kontruksi epistemologi ilmu pengetahuan yang berkembang. Beberapa pengembangan epistemologi ilmu pengetahuan tidak terlepas dari landasan filsafat ilmu yang berkembang dengan baik. Hakikat ilmu pengetahuan yang modern terkini tidak terlepas dari dasar-dasar filsafat ilmu. Faktor lain yang menjadi pengikat ilmu pengetahuan adalah realisme dan idealisme yang menjadi dasar kuat pengembangan konstruksi epistemologi ilmu pengetahuan di era peradaban modern seperti sekarang. Adapun metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan library research, yaitu dengan menelaah sumber bacaan yang ada hubungannya dengan kajian yang dibahas. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan studi dokumen. Adapun teknik analisis yag digunakan yaitu studi dokumen hasil-hasil penelitian sebelumnya yang memiliki hubungan dengan filsafat ilmu. Pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri buku-buku bacaan, jurnal ilmiah yang terbit di Google Cendekia, digital library, serta perpustakaan. Penelitian ini sangat penting dilakukan karena filsafat ilmu merupakan induk dari pengembangan ilmu pengetahuan yang ada.

Epistemologi dan Pendidikan dalam Islam

Elisa, 2020

Abstrak Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan dan logos yang juga berarti pengetahuan atau informasi. Islam memiliki tiga epistemologi yaitu bayani, irfani, dan burhani. Epistemologi bayani didasarkan atas teks suci, irfani didasarkan pada intuisi, sedangkan burhani didasarkan pada rasio. Ketiga epistemologi tersebut digunakan sebagai kunci untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan salah satunya dapat digunakan dalam bidang pendidikan. Pendidikan Islam di Indonesia memiliki banyak tantangan yaitu keberadaan logosentrisme dan sekolah sentralisme (mazdhab-sentralisme). Kedua tantangan tersebut dalam pendidikan Islam di Indonesia telah mengakibatkan munculnya komunitas ghulat dan radikalisme. Oleh karena itu, pendidikan islam sebagai implementasi maqāṣid sharī'ah harus direkonstruksi. Adanya rekonstruksi pendidikan Islam di Indonesia diharapkan pendidikan Islam dapat kompeten, berwawasan luas, humanistik, toleran, dan demokratis. Selain itu, juga dapat memberikan informasi kepada masyarakat bahwa islam dapat memberikan alternatif penyelesaian masalah pada masa kini. Abstract Epistemology comes from the Greek episteme and logos. Episteme means knowledge and logos which also means knowledge or information. Islam has three epistemologies namely bayani, irfani, and burhani. Epistemology bayani is based on sacred texts, irfani is based on intuition, while burhani is based on ratio. The three epistemologies are used as the key to gaining knowledge. One of them can be used in education. Islamic education in Indonesia has many challenges, namely the existence of logocentrism and school of centralism (mazdhab-centralism). Both of these challenges in Islamic education in Indonesia have resulted in the emergence of ghulat and radicalism communities. Therefore, Islamic education as an implementation of the sharī'ah maqāṣid must be reconstructed. It is hoped that the reconstruction of Islamic education in Indonesia will be competent, broad-minded, humanistic, tolerant, and democratic. In addition, it can also provide information to the public that Islam can provide alternative solutions to problems today. A. Pendahuluan Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan dan logos yang juga berarti pengetahuan atau informasi. Dalam epistemologi Barat terdapat tiga aliran pemikiran yaitu empirisme, rasionalisme, dan

Epistemologi pendidikan islam musnur hery

Islamic higher college not only limited to higher education that famous at Islamic history like madrasah (e.g. Nizamiyah), and al-Jami'ah (e.g. al-Azhar). Yet, Islamic higher college is the implementation of learning process that can be categorized in higher education stage, that being practiced in Moslem society, even still in non-formal or informal form before madrasah existence. Several epistemologies branch indeed take place at formal institution, while some epistemologies branch theoretically applied at formal institution, but it's practiced at non-formal institutions. These non-formal institutions were still reflecting Islamic higher education level.

Epistemologi Pendidikan Islam; Studi Kurikulum SMA MTA Surakarta

t is the fact that religious extracurricular learning is done differently and variously by each educational unit level. The interesting phenomenon happens in which is a learning process of religious education extracurricular at a high school of MTA Surakarta. The high school is registered as the list of the fifty leading Islamic high school in Indonesia. This study of educational ideology analyzes is found that at the MTA high school is implemented the integral curriculum structure, that is national curriculum combined with diniyah curriculum . Although it is still in a small portion of the diniyah curriculum made as its core curriculum. The Islamic extracurricular activities are implemented in various forms , such as the recitation on Sunday morning , a special recitation , Arba’in Hadith studies and Riyadlus Shalihin, khitobah , BTA , Tahsin , Tahfidz , Muhadasah, and Tasyji’ul Lughoh and Nafar Ramadan.