Masail fiqh nikah mut'ah (original) (raw)

Jurnal nikah mut'ah

2020

Blessing marriage is something every human desires. With marriage is expected to get a good partner and can guide to His Jannah. Marriage is a sacred tangle, a promise to man himself and a promise with his Lord. One of the goals of marriage is to produce the next generation of nations and religions who are guided by love and affection to have love for their religion and nation, and expect to find a blessed household and blessed by God, therefore the time in marriage is unlimited and not determined (mut'ah). The marriage should be carried out with sincerity in accordance with the contract that was pronounced firmly and sincerely, which means the marriage was appropriate for eternal nature without a time limit. In Islam itself in the study of fiqh munakahat, there is a discussion about mut'ah marriage, in the discussion there are two legal differences regarding the validity of mut'ah marriage, namely the Sunni and Syi'ah groups, the Sunni group considers that the mut'ah marriage is haram, in accordance with the fatwa friends of Umar bin Khotob and ijma of the Sunni scholars, then for the Syi'ah group, the law of marriage mut'ah is lawful or permissible.

Kafa'ah dalam pernikahan

Nikah merupakan salah satu asas pokok hidup yang paling utama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna. Oleh karena itu, Agama memerintahkan kepada umatnya untuk melangsungkan pernikahan bagi yang sudah mampu sehingga akan terpelihara dari kebinasaan hawa nafsu. Namun, seringkali kita mendengar istilah “Sekufu” di dalam sebuah proses pernikahan. Seseorang yang marah-marah tidak jelas ketika pihak perempuan menolak calon suaminya karena alasan tidak sekufu. Entah tidak sekufu dalam hal agama, tidak sekufu nasab (keturunan), atau tidak sekufu dalam hal harta. Sebagai sebuah agama yang mulia, dengan segala kesempurnaannya, Islam telah mengatur dan menjabarkan tentang hal ini. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Kafa’ah ? 2. Bagaimanakah hukum kafa’ah dalam pernikahan? 3. Hal-hal apa sajakah yang dianggap menjadi ukuran Kafa’ah?

Nikah Mut'ah Dalam Kitab Tafsir Al-Qur'an

Musãwa Jurnal Studi Gender dan Islam, 2002

Mut'ah marriage, as a temporary married, was once permitted by the Prophet in the context of war. In the latter period of his apostolacy, the Prophet Muhammad prohibited it. Both the permission and prohibition of this mut' ah marriage are to be found within the realm of the hadith, and differences of opinion about their validity may arise. Meanwhile there is no verse in the al-Qur'an that specifically refers to this concept of mut'ah marriage. Nevertheless the majority of commentators touch on the issue of mut'eh marriage when faced with QS. al-Nisa (4): 24. Through this paper, the Prophet attempts to expose the opinions of a number of commentators on these verses concerning mut'ah marriage. Most commentators view it as something forbidden, in accordance with the prohibition made by the Prophet late in his life.

Nikah Mut`ah ( Kahwin Kontrak )

Pernikahan adalah suatu perkara yang amat indah dan perkara yang amat diimpikan oleh setiap insan di dunia ini. Islam amat menggalakkan umatnya bernikah atau dalam istilah lainnya disebut juga sebagai berkahwin. Pernikahan atau perkahwinan ini amat dituntut oleh islam, ianya dilambangkan sebahagian tuntutan yang perlu dilakukan bagi menjamin kesejahteraan terhadap individu, keluarga, mahupun masyarakat. Dalam Al-Quran sendiri terdapat beberapa ayat yang menerangkan tentang perkahwinan seperti "Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memberi rezeki kepada mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah luas pemberian-Nya dan Maha Mengetahui." (Surah An-Nur : 32 ). Walau bagaimanapun, memang benar islam menggalakkan umatnya untuk bernikah namun islam telah mengariskan bahawa ada beberapa jenis nikah yang diharamkan dalam islam contohnya nikah mut`ah. Persoalannya yang timbul, nikah mut`ah ini kini semakin menjadi trend di zaman ini walau pun ianya masih berada pada tahap terkawal di Malaysia. Jika perkara sebegini tidak dibendung dengan kadar segera, berkemungkinan besar ianya akan memberi impak negatif yang besar terhadap masyarakat islam khususnya di Malaysia. Seperti kita sedia maklum, nikah mut`ah ini adalah salah satu amalan golongan Syiah malah Kerajaan Malaysia juga telah mewartakan bahawa Syiah adalah ajaran sesat yang menyeleweng dari ajaran agama islam sebenar. Amalan nikah mu`ah ini sudah banyak berlaku di kalangan masyarakat melayu ( Ketua Unit Kajian Syiah Ikatan Muslimin Malaysia ( ISMA ) Ustaz Mohamad Ismail ).

Nikah Mut’Ah Dalam Fiqh Syi’Ah(Studikomparatif Syi’Ah Imamyyiah Dan Syi’Ah Ja’Fariyyah)

2016

Nikah seperti itu mut'ah (yang berarti suatu yang dinikmati atau dimanfaatkan) karena yang melakukannya memperoleh kemanfaatan dengannya serta menikmatinya sampai batas waktu yang ditentukan. Keterangan yang diperoleh adalah dalil terhadap nikah mut'ah hanya tertuju pada dua komunitas yaitu Sunni dan Syi'ah. Tetapi dalam kasus ini yang menjadi permasalahan adalah ternyata bukan hanya kalangan Sunni dan Syi'ah saja yang berpendapat tentang hukum boleh atau tidaknya nikah mut'ah tersebut. Dalam pembahasan ini menunjukkan ternyata kalangan Syi'ah sendiripun berbeda pendapat tentang kebolehan nikah mut'ah itu sendiri. Para Ulama berbeda pendapat dalam menetapkan hukum nikah mut'ah. Paling tidak ada dua aliran yang berbeda. Aliran pertama, mengatakan, nikah mut'ah adalah haram. Demikian pendapat kalangan sahabat, antara lain Ibn Umar, Ibn Abi> 'Umrah al-Ansa> ri, Ali> Ibn Abi> T} a> lib, dan lain-lain, sebagai sumber riwayat. Pada periode-periode berikutnya, dikuatkan oleh imam-imam al-Maz} a> hib al-Arba'ah, kalangan Zahiri serta Jumhur Ulama Mutaakhiri> n.

MAKALAH kaidah fiqh

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan hidayah nya, penulis dapat menyelesaikan makalah kaidah fiqih ini yang berjudul Al-Adat Al-Muhakkamah. Tidak lupa shalawat selalu tercurahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW yang dimana telah mengeluarkan umatnya dari jaman kegelapan hingga terang benderang ini. Penulis juga berterima kasih kepada Ust.Tubagus Hasan Basri selaku dosen kami yang telah memandu kami, mengajari kami dengan segala ilmunya tanpa ada rasa pamrih. Ucapan terima kasih ini juga disampaikan kepada segala pihak yang ikut serta membantu penulis Menyusun makalah ini. Makalah ini tentunya tidak luput dari kesalahan-kesalahan tulisan ataupun itu dan jauh dari kata sempurna. Penulis berharap makalah ini berguna untuk diri pribadi penulis atau siapapun yang membaca makalah ini.