Agama dalam kacamata sosial (original) (raw)
Related papers
Abstrak: Agama adalah sebuah realitas sosial yang tidak dapat dielakkan oleh siapapun, baik dalam masyarakat tradisional maupun modern. Dimensi pluralitas yang dipunyai agama adalah sesuatu yang sifatnya neutral values, artinya ia mempunyai potensi konstruktif sekaligus destruktif dalam kehidupan umat manusia. Mengingat pluralitas agama merupakan keniscayaan sosiologis, maka perlu ditingkatkan kedewasaan dalam menerima perbedaan dan memperluas wawasan paham keagamaan, agar perbedaan yang ada bukannya menambah potensi konflik melainkan menjadikan pluralitas sebagai aset budaya dan politik. Kerusuhan dan peristiwa kekerasan massal yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia belakangan ini merupakan suatu fenomena yang amat memilukan dalam konteks hidup beragama dan bernegara. Bukan hanya dari banyaknya korban jiwa yang jatuh, tapi lebih-lebih lagi banyak pranata agama, pranata sosial yang menjadi amukan massa. Hal ini terlihat jelas dari peristiwa Ambon, Maluku, Ketapang, Aceh, Mataram, dan sederetan peristiwa lainnya yang banyak mengorbankan jiwa manusia. Dalam peristiwa ini telah terjadi dehumanisasi, harga diri dan hak-hak asasi manusia sudah tidak dipandang lagi. Kata kunci: Agama, Konflik Sosial, dan Ekonomi.
Agama Sebagai Transpormasi Sosial
Pendahuluan Agama memiliki andil yang besar dalam membangun peradaban bangsa, terutama sebagai transpormasi sosial yang akan membantu penguasa atau pemerintah dalam mengatasi masalah-masalah yang sedang dihadapi suatu negara. Dalam sosiologi pengetahuan, kaum Intlektual dimasukkan sebagai kelas sosial baru sebagai kelompok yang menguasai ilmu pengatahuan dan dengan pengetahuannya ini, nampaknya posisi masyarakat intlektual mendapat perhatian sendiri bagi masyarakat luas, karna dengan pengatahuannya diyakini bisa menyampaikan pandangan yang objektif dan netral dalam memberikan pandangan terhadap suatu masalah sosial. Oleh karna itu, Intlektual memiliki ciri khas dengan kemampuannya untuk meng-Edukasi dan menjawab masalah masalah sosial secara kritis, baik melalui pembicaraan ataupun melalui tulisan dalam lingkup public untuk diketahui oleh masyarakat luas, peranan penting sertamemiliki potensi strategis dalam memperbaiki masalah sosial antara lain, tokoh agama, pelopor, dan cendekiawan, dimana mereka memiliki tanggung jawab besar terhadap kondisi dan keadaan masyarakat yang harmonis baik dalam beragama lebih lebih dalam bernegara. (Moeslim Abdurrahman : 23). Dari berbagai tinjauan aspek yang lebih luas, perubahan sosial kearah yang lebih positif sangat ditentukan oleh peran penting agama, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, kemanusiaan, moral dan lain sebagainya,sebagai praktik sosial yang tidak mungkin semua aspek diserahkan urusannya kepada negara. Dalam sejarah indonesia, sumbangsih pondok pesantren misalnya saja, dalam ikut serta mencerdaskan masyarakat Indonesia tercatat sejak abad ke 15 telah menjadi catatan penting bahwah Agama ikut serta membangun peradaban melalui pendidikan. Namun sangat kita sesali jika fungsi agama yang bisa dijadikan sebagai transpormasi sosial ini, menjadi suatu alat hanya untuk melegimitasi kepentingan kelompok kelempok tertentu saja.
Wacana, praksis sosial, tradisi dan kebudayaan adalah wilayah dan cara sekaligus yang paling memungkinkan, untuk diapresiasi secara optimis bahwa memperjuangkan agama pembebasan adalah trend baru. Jelas, hal ini bernilai jauh lebih utama dari pada sekedar menganut spiritualisme atau memperbincangkan agama “elit” di hadapan kasta sosial yang tinggi pula, karena didukung oleh kepemilikan kapital dan kekuasaan politik-ekonomi. Kebutuhan mendesak akan syahadat sosial, bukan hanya soal praksis agama dan pembebasan, namun juga mempengaruhi paradigma ilmu pengetahuan dalam ranah akademis. Pelbagai universitas cukup terpengaruh dan memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap wacana kerakyatan tersebut.
Masyarakat yang ada saat ini sepenuhnya didasarkan atas eksploitasi yang dilakukan oleh sebuah minoritas kecil penduduk, yaitu kelas tuan tanah dan kaum kapitalis, terhadap masyarakat luas yang terdiri atas kelas pekerja. Ini adalah sebuah masyarakat perbudakan, karena para pekerja yang "bebas", yang sepanjang hidupnya bekerja untuk kaum kapitalis, hanya "diberi hak" sebatas sarana subsistensinya. Hal ini dilakukan kaum kapitalis guna keamanan dan keberlangsungan perbudakan kapitalis. Tanpa dapat dielakkan, penindasan ekonomi terhadap para pekerja membangkitkan dan mendorong setiap bentuk penindasan politik dan penistaan terhadap masyarakat, menggelapkan dan mempersuram kehidupan spiritual dan moral massa. Para pekerja bisa mengamankan lebih banyak atau lebih sedikit kemerdekaan politik untuk memperjuangkan emansipasi ekonomi mereka, namun tak secuil pun kemerdekaan yang akan bisa membebaskan mereka dari kemiskinan, pengangguran, dan penindasan sampai kekuasaan dari kapital ditumbangkan. Agama merupakan salah satu bentuk penindasan spiritual yang dimanapun ia berada, teramat membebani masyarakat, teramat membebani dengan kebiasaan mengabdi kepada orang lain, dengan keinginan dan isolasi. Impotensi kelas tertindas melawan eksploitatornya membangkitkan keyakinan kepada Tuhan, jin-jin, keajaiban serta jang sedjenisnya, sebagaimana ia dengan tak dapat disangkal membangkitkan kepercayaan atas adanya kehidupan yang lebih baik setelah kematian. Mereka yang hidup dan bekerja keras dalam keinginan, seluruh hidup mereka diajari oleh agama untuk menjadi patuh dan sopan ketika di sini di atas bumi dan menikmati harapan akan ganjaran-ganjaran surgawi. Tapi bagi mereka yang mengabdikan dirinya pada orang lain diajarkan oleh agama untuk mempraktekkan karitas selama ada di dunia, sehingga menawarkan jalan yang mudah bagi mereka untuk membenarkan seluruh
Komodifikasi Agama sebagai Identitas Kesalehan Sosial
Jurnal Riset Agama
The commodification of religion has entered fields that were previously unthinkable. The magnitude of the potential behind the rise of the Islamic spirit is a factor in the spread of religious commodification, although commodification of religion does not oppose existing religious teachings and even tends to support it, but this phenomenon has the potential to erode the values of religiosity and sacredness in religion. Karl Marx has warned that the commodification of religion is like opium, the opium can provide temporary peace but consciously or unconsciously it results in bigger damage. The fields of commodification of religion have various styles and methods, but these various styles and methods bring up to a pattern which is then used as a reference for capitalists to branding their products. In order to explain the phenomenon of this pattern of religious commodification, the researcher uses a normative qualitative method approach based on library research by using secondary dat...
Fungsi Agama terhadap Perilaku Sosial Masyarakat
In Theos : Jurnal Pendidikan dan Theologi
Agama merupakan bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang bersifat adikodrati yang berkaitan dengan Tuhan Sang Maha Kuasa yang menyertai seluruh ruang lingkup kehidupan manusia baik individu maupun masyarakat. Dengan mengetahui fungsi yang terkandung di dalam agama, maka orang yang beragama dapat merasakan nilai-nilai yang luhur terutama dalam berperilaku ditengah masyarakat. Agama memiliki fungsi yang harus dijaga dan dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat antara lain: Fungsi Edukatif, fungsi penyelamat, fungsi sebagai pendamaian, fungsi kontrol sosial, fungsi pemupuk rasa solidaritas, fungsi transformatif, fungsi kreatif, fungsi sublimatif. Kesimpulannya Agama berfungsi sebagai sarana dan lambang keagamaan dalam masyarakat, kesakralan bersumber pada kekuatan yang dinyatakan berlaku oleh masyarakat secara keseluruhan bagi setiap anggotanya, dan fungsinya adalah mempertahankan dan memperkuat rasa solidaritas, kewajiban serta perilaku sosial. Penelitian ini menggunakan meto...
Kebebasan beragama telah sedia terjamin di dalam perlembagaan Negara. Kebebasan ini telah mewujudkan keharmonian dalam masyarakat Malaysia sejak kita memperolehi kemerdekaan. Kesefahaman kepada pengaruh dan peranan nilai agama yang ditunjukkan telah mewujudkan masyarakat yang mampu bekerjasama, berinteraksi dan harmoni dalam menangani masalah yang dihadapi.
PERANAN AGAMA DALAM PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT
Every community must have experienced a change, social change as a social fact and the effects, both positive effects and negative effects. The positive effect is certainly very important for the progress of society and must be addressed also positive, but the negative effects to watch out for and anticipated in order not to incur damage to society .Social change is inevitable but will have to be faced, because social change in line with the development and progress in various fields. Efforts to do in addressing social change is to maximize the role of religion in life, religious practice good and through will be the face of increasingly rapid social change, religion used as a filter against the negative effects of social change. Kata Kunci: Agama, Perubahan Sosial * Dosen Fakultas Dakwah IAIN Padangsidimpuan; Alumni Program Pascasarjana (S2) Universitas Indonesia, Jakarta.