Agama dan Konflik Sosial (original) (raw)
Related papers
Agama, Konflik Sosial dan Kekerasan Politik
FONDATIA, 2018
The emergence of social conflict and violence that uses religion as justification has become a problem that adorns the history of violence today. Social conflicts which are followed by acts of violence that use religious issues in Indonesia, certainly do not occur in empty space and apart from some socio-political phenomena that follow. Putting religion as a variant of the potential trigger of social conflict is not easy. This is so, because religion is considered a teaching that is always associated with teachings that are full of values of peace and safety. The emergence of social conflict in various regions such as, in Ambon, Mataram, Situbondo, Tasikmalaya, Regasdengklok, and other areas, selayang in view can be seen as religious conflict, but when examined more deeply cannot be separated from the role of the political elite, both at the central level and local. Likewise with the violence experienced by Ahmadiyah congregation groups, it is not too difficult to state that the ar...
Esai ini mendedah, lewat perspektif René Girard, tautan erat antara "agama" dengan "kekerasan". Saya juga meletakkannya di dalam ranah perjumpaan dialog antar-iman
Agama Dan Konflik Dalam Masyarakat DI Indonesia
2012
Agama adalah ajaran keyakinan utuh dari seluruh kesempurnaan manusia, setiap manusia memiliki keyakinannya masing-masing. Untuk mendapatkan keyakinan yang sempurna tersebut maka manusia biasanya memiliki berbagai perbedaan-perbedaan. Karena perbedaan dalam proses pendekatan dan pandangan terhadap tuhan itulah yang menentukan kualitas iman dalam beragama seseorang. Yang menjadi sumber komplik di tengah-tengah masyarakat adalah proses untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan biasa terlihat dalam perilaku keseharian mereka. Di Indonesia pandangan terhadap agama juga berbeda-beda sehingga perbedaan tersebut mendapatkan gesekan yang berujung pada komplik. Meskipun demikian, dominasi kelompok awan/pemula dalam beragama yang berujung pada formalisme agam masih menguasai agama-agama sehingga masih ada komplik, pada komplik ini sangat minim jika difahami pada kelompok yang substansialisme Kata kunci : Agama, Konflik
Agama dan Resolusi Konflik Agama dan Resolusi Konflik
LEKKAS Bandung, 2021
Dengan buku ini diharapkan pembaca akan mendapatkan wawasan tentang berbagai perkembangan dari hubungan agama dengan resolusi konflik. Demikian sehingga para pembaca dapat menganalisis, mengkategorisasikan, dan menerapkan wacana resolusi konflik tersebut. Pembaca pun diajak untuk mengikuti perkembangan dan memikirkan kembali ide-ide masa depan agama dan multikulturalisme. Dengan demikian, penguasaan dan kritisisme para pembaca terhadap ide-ide dan perkembangan agama dan masyarakat plural merupakan standard kompetensi pembelajaran Agama dan Resolusi Konflik ini.
Konflik Agama di Indonesia ditinjau dari Perspektif Teologi, 2015
Dengan segala kerumitannya, kita bisa beranggapan bahwa ada satu-dua faktor dominan dalam konflik berlatar belakang agama yang berasal dari radikalisme agama (Islam). Sekurang-sekurangnya ada tiga faktor pokok. Yang pertama, jelas, adalah faktor ideologi. Inilah faktor yang cukup penting dan layak mendapatkan perhatian utama dalam analisis kita mengenai gejala tersebut. Kedua adalah konteks domestik. Kita semua tahu, bahwa munculnya ideologi dan gerakan-gerakan radikal di dunia Islam selalu berhimpitan dengan konteks otoritarianisme politik di negeri-negeri Muslim bersangkutan. Gerakan radikal Islam di sana bisa kita pandang sebagai “gerakan oposisi politik” yang memakai agama sebagai alat artikulasinya. Ini dimungkinkan karena alat-alat artikulasi non-keagamaan lain sudah dibungkam oleh para penguasa otoriter. Hanya bahasa agama yang tersisa, dan inilah yang dipakai oleh kelompok-kelompok radikal Islam untuk melakukan oposisi. Ketiga, konteks global. Jelas, kita tak bisa mengabaikan pentingnya konteks hegemoni global yang berpusat di Barat dalam upaya kita untuk memahami gejala radikalisme agama (Islam). Dukungan yang nyaris tanpa “reserva” dari negeri-negeri Barat, terutama Amerika Serikat, serta kehadiran pasukan yang terakhir itu di Arab Saudi (negeri di mana terletak tanah suci Islam), jelas merupakan konteks yang harus dipertimbangkan dalam memahami munculnya gerakan-gerakan radikal di dunia Islam modern.
Resolusi Konflik dalam Masyarakat Religius Indonesia
2018
Indonesia, as the plural nation in religion, has already performed a positive and peaceful life of the religious people who are different in faith and understanding. In general, the life of religious people in Indonesia is lasting well and peacefully. It does not mean that there never be religious conflicts of the different religious people in Indonesia. The conflicts had ever occurred and will probably emerge in the future. The conflicts were often seen as threat, or negativity, of religious life among different-religious people in Indonesia. The writing does not deny that indeed the conflicts are not wanted and have to be overcome. But since the conflicts cannot be avoided from the life of different-religious people of Indonesia, the writing philosophically intend to see and understand the conflicts in a different way. The religious conflicts can be positively seen and understood, that is, as part of communication among different-religious people interacting in public sphere. Conf...
Wacana: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Interdisiplin
In a plural society as in a village, the form of social interaction can occur in a dissociative process or an associative process. The dissociative process can occur if each community group is unable to resolve itself with other groups and conversely the associative process can occur if the adjustment process can be carried out properly then the social interaction of post-conflict communities in the village will be associative. Social conflict Basically, it cannot be organized unless it is postponed by reducing the extreme actions that occur, the way, among others, is to prevent conflict from producing something that is detrimental to all parties. In addition, conflict managers immediately pull individuals out of their involvement in a social conflict and include them in other community groups who are running positive programs. Living in society cannot be separated from social changes, both fast and slow changes, because people cannot live alone without a relationship with their fel...
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun sebagai salahsatu tugas yang diberikan dosen guna memenuhi nilai. Makalah ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari segala kekurangan maupun kelebihannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis butuhkan demi kesempurnaan penyusunan makalah ini. Surakarta, September 2014 Hormat Kami 2 Penulis BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Manusia memiliki kebebasan beragama. Agama islam sebagai agama yang paling baik tidak pernah membeda-bedakan golongan. Hal ini berlaku selama manusia itu mempergunakan akal pikiran dan semua karunia Allah SWT dalam hal-hal yang diridhoi-Nya. Agama islam sangat mentoleransi kepada agama-agam lain.