DAMPAK PERUBAHAN POLA CURAH HUJAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN PASURUAN (original) (raw)
Related papers
Konversi lahan pertanian selama ini dipandang menimbulkan efek yang negatif pada ketahanan pangan. Berkurangnya lahan pertanian maka akan berpengaruh pada berkurangnya kemampuan memenuhi kebutuhan pangan. Kondisi tersebut berdampak pada meningkatnya jumlah penduduk miskin di suatu daerah. Provinsi Lampung merupakan daerah yang memiliki potensi sumber daya lahan yang melimpah sehingga konversi lahan dapat menjadi potensi maupun kendala. Makalah ini akan membahas mengenai : 1) konversi lahan pertanian menjadi permukiman; 2) dampak konversi lahan terhadapa ketahanan pangan; dan 3) strategi kebijakan yang sebaiknya dilakukan dalam meningkatkan ketahanan pangan di Provinsi Lampung. Hasil pembahasannya yaitu : 1) konversi lahan pertanian menjadi permukiman diimbangi dengan pencetakan lahan pertanian baru ; 2) konversi lahan pertanian dengan diimbangi pencetakan lahan pertanian baru berdampak pada produktivitas pertanian yang berimplikasi pada meningkatnya ketahanan pangan dan menurunnya jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung ; dan 3) strategi kebijakan yang dibuat dalam meningkatkan ketahanan pangan adalah dengan melindungi lahan pertanian dan teknik ekstenfikasi serta membangun sinergisitas antara masyarakat, swasta, dan pemerintah setempat.
Dayu Kagita Pricilia, 2024
Lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) merupakan lahan pertanian yang dikhususkan bagi produksi pangan pokok dengan tujuan konservasi dan pembangunan yang konsisten. Keberadaan lahan pertanian pangan berkelanjutan dapat menjamin ketersediaan lahan pertanian secara berkelanjutan sehingga dapat mencapai ketahanan dan kedaulatan pangan. Salah satu wilayah yang memiliki potensi cukup baik dalam bidang pertanian yakni Kabupaten Jember. Tujuan penelitian ini untuk mengamati lahan pertanian pangan berkelanjutan di Kecamatan Balung Kabupaten Jember. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan data sekunder yaitu berupa studi literatur dan peta-peta. Kemudian peta tersebut diolah menggunakan aplikasi ArcGis 10.4 dengan teknik skoring untuk menentukan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kecamatan Balung.
PERUBAHAN POLA PIKIR MASYARAKAT NELAYAN DESA TANJUNG PALA KECAMATAN PULAU LAUT KABUPATEN NATUNA
Masyarakat nelayan lebih mengutamakan pekerjaan melaut dari pada melihat pendidikan yang lebih tinggi.Namun seiring dengan perkembangan zaman hasil alam tersebut telah menurun, sehingga saat ini masyarakat nelayan bekerja sampingan sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Masyarakat nelayan juga telah mengalami perubahan dalam segi pola pikir bahwa saat ini pendidikan sudah dianggap begitu sangat penting. Hal ini dapat dilihat dari cara mereka berfikir untuk lebih mengutamakan pendidikan.
STRATEGI ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN CUACA
Prosiding Seminar Nasional UIR 2017 " Mitigasi dan Strategi Adaptasi Dampak Perubahan Iklim Diindonesia", 2017
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan strategi adaptasi petani tanaman pangan karena perubahan cuaca, cara mengatasi dampak perubahan cuaca terhadap sektor pertanian, upaya strategis penanganan dampak perubahan cuaca bagi para petani dalam mengatasi dampak perubahan iklim yang tidak menentu terhadap produksi tanaman pangan. Wilayah penelitian berlokasi di bukit tinggi Sumatra Barat. Kemudian metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Berdasarkan analisis deskriptif menunjukkan beberapa adaptasi strategi oleh petani tanaman pangan di bukit tinggi Sumatra Barat telah dilakukan oleh sekelompok petani tanaman pangan. Kenaikan pendapatan petani tanaman pangan diperlukan untuk memperbesar tingkat kesediaan membayar dalam menurunkan kerugian akibat perubahan cuaca. Variabel-variabel pendidikan, usia, dan persepsi risiko tidak mempengaruhi keputusan melakukan strategi adaptasi di wilayah penelitian. Perubahan cuaca merupakan suatu keniscayaan yang telah terjadi di beberapa tempat. Fenomena alam ini berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan dan aktivitas manusia. Walaupun turut berkontribusi sebagai penyebab perubahan cuaca, sektor pertanian merupakan korban dan paling rentan (vulnerable) terhadap perubahan cuaca itu sendiri. Kementerian Pertanian menyikapi kejadian perubahan iklim dengan menyusun strategi yang meliputi tiga aspek, yaitu: antisipasi, mitigasi, dan adaptasi pertanian. Upaya tersebut akan lebih bermanfaat apabila laju perubahan cuaca tidak melebihi kemampuan beradaptasi. Oleh karena itu, upaya antisipasi dan adaptasi perlu diimbangi dengan mitigasi, yaitu upaya mengurangi sumber maupun peningkatan rosot (penyerap) gas rumah kaca. Pedoman Umum Adaptasi Perubahan cuaca ini diharapkan menjadi acuanbagi pihak terkait, terutama UP/UKT lingkup Badan Litbang Pertanian, dalam menyusun program dan petunjuk operasional upaya adaptasi perubahan cuaca di sektor pertanian.
JURNAL ABDI INSANI, 2023
Poverty among fishermen is a complex problem and often occurs in many coastal areas and small islands. Fishermen depend heavily on fish catches for their income, however, they are very vulnerable to seasonal fluctuations, climate change, limited infrastructure, access to capital, social security and price competition. The factors faced by fishermen cause unstable economic conditions and make them vulnerable to poverty. This condition is also experienced by tuna handline fishermen in Haya Village, Central Maluku Regency. Community Service Activities (PKM) aim to identify problems with small-scale tuna handline fisheries and assist in the institutional formation of a Joint Business Group (KUB) for tuna handline fisheries in Haya Village. Implementation of activities begins with training, Participatory Rural Appraisal (PRA) and assistance in establishing KUB. This activity is in the form of a Forum Group Discussion (FGD) with partners and other stakeholders. Mitra is a small-scale tuna hand-line fisherman who has experience and is of productive age. The results of identifying partner and stakeholder problems through the Focus Group Discussion (FGD) method are decreasing fish resources, weak availability of facilities and infrastructure, low technology, weak institutions, and not yet optimal policy implementation. In this PKM activity, fishing operation management material is presented as material for gaining knowledge, experience and real conditions of fishermen management in handline fishing activities. All participants were very enthusiastic about taking part in this activity by providing feedback and suggestions for developing their fisheries business in the future. The implementation of the formation of a Joint Business Groups (KUB) are expected to be able to overcome fishermen's problems, provide motivation, and be innovative and collaborative in groups. PKM activities were carried out well, apart from that, partners had increased capability, cooperation, communication and commitment within the group for fisheries business development
TUMBUHAN PANGAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO BANYUWANGI, JAWA TIMUR
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Ini terlihat dari keberagaman tumbuhan yang dimiliki oleh negara ini. Tumbuhantumbuhan ini pun memiliki berbagai manfaat yaitu salah satunya sebagai sumber pangan alternatif pengganti beras yang merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Karena masalah pangan di Indonesia adalah salah satu masalah penting. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan agar mengetahui keanekaragaman tumbuhan pangan di Taman Nasional Alas Purwo, dan organ tumbuhan apa yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan, serta mengetahui taksonomi dan deskripsi tumbuhan pangan tersebut. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Untuk pengumpulan data dilakukan dengan sensus terhadap objek tumbuhan pangan dengan jelajah mengikuti empat arah mata angin (utara, timur, selatan dan barat) pada kawasan Rowobendo dan jelajah dengan mengikuti jalan setapak pada kawasan Pancur-Parang Ireng dan Triangulasi dengan pertimbangan kemungkinan dan hal teknis di lapangan. Selain itu dilakukan pula wawancara terhadap petugas Taman Nasional Alas Purwo. Jenis tumbuhan pangan yang didapatkan di Rowobendo sebanyak 26 jenis tumbuhan. Begitu pula jenis tumbuhan yang didapatkan di Pancur-Parang Ireng sebanyak 26 jenis pula. Sedangkan, tumbuhan pangan di Triangulasi terdapat sebanyak 17 jenis tumbuhan.
ANALISIS USAHA TANI TANAMAN PANGAN JAGUNG DI KECAMATAN JULI KABUPATEN BIREUEN
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen pada bulan Januari ± bulan Maret 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui menganalisis pendapatan dan kelayakan usahatani jagung di Kecamatan Juli. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini, adalah metode analisis kuantatif yaitu data yang di peroleh dari penelitian dalam bentuk angka yang disusun dengan tabelaris selanjutnya akan dibahas dan dianalisis dengan model persamaanpersamaan yang telah ditentukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Usahatani jagung di Kecamatan Juli layak diusahakan karena total penerimaan petani jagung di daerah penelitian sebesar Rp.63.396.79,-per Ha dan total biaya sebesar Rp. 4.654.321,-per Ha. Sehingga diperoleh total pendapatan sebesar Rp. 3.498.335,1,per Ha. Berdasarkan perhitungan kelayakan usaha (R/C), yaitu perbandingan Pendapatan dengan total biaya produksi yang lebih besar dari nol, yaitu memiliki angka perbandingan 1,36, atau 1,36 \u003e 1, maka dapat disimpulkan bahwa Usaha Tani Jagung Di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen dapat dikatakan menguntungkan dan layak dijalankan. Kata Kunci : Analisis Usaha, Keuntungan, Kelayakan Usaha dan Usaha Tani Jagung.
DAMPAK NEGATIF PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP KETAHANAN PANGAN DI KOTA SEMARANG
Penduduk suatu negara atau daerah bisa didefinisikan sebagai kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu. Penduduk merupakan salah faktor penting perkembangan sebuah negara karena tanpa penduduk negara tidak akan terbentuk, sebab penduduk merupakan faktor penting lainnya selain dari wilayah. Kita tahu bahwa pertumbuhan atau pertambahan jumlah penduduk sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat kelahiran dan urbanisasi. Kedua faktor ini yang kemudian menjadi salah satu penyebab ketidakseimbangan laju pertumbuhan ekonomi dan sosial, ketidakseimbangan tersebut dapat terjadi apabila angka laju pertumbuhan penduduk pada suatu wilayah tidak seimbang dengan angka laju pertumbuhan ekonomi dan sosial pada wilayah tersebut. Pertumbuhan penduduk di suatu daerah di satu pihak merupakan modal pembangunan, karena terdapat angkatan kerja sesuai perkembangan penduduk tersebut, sedangkan di lain pihak akan menjadi beban pemerintah karena setiap jiwa akan membutuhkan kebutuhan hidup, seperti sandang, pangan, penyediaan sarana dan prasarana serta lapangan kerja. Prediksi Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) menyebutkan, pada tahun 2015 kelaparan akan menimpa sekitar 500 juta penduduk dunia karena produksi dikuasai oleh negara-negara maju, sementara negara-negara berkembang termasuk Indonesia, menjadi konsumennya. Permasalahan ketahanan pangan dan kemiskinan yang masih melilit adalah dua masalah krusial yang dihadapi bangsa ini dan jika dikaji lebih jauh, kedua masalah tersebut memiliki keterkaitan yang secara simultan harus diatasi. Sehingga diperlukan suatu desain kebijakan pangan yang koheren yang akan menggandeng strategi ketahanan pangan dengan strategi pertumbuhan yang pada gilirannya akan menjangkau kaum miskin.