ISU PROFESIONALISME KAUNSELOR DALAM PERK (original) (raw)
Related papers
ISU PROFESIONALISME KAUNSELOR DALAM PERKHIDMTAN KAUNSELING SEKOLAH
ABSTRAK Kertas konsep ini bertujuan untuk membincangkan profesionalisme kaunselor dalam perkhidmatan kaunseling di sekolah. Perkhidmatan kaunseling merupakan mempunyai peranan yang sangat penting di sekolah terutamanya untuk mencapai matlamat falsafah pendidikan negara dan menyahut cabaran wawasan 2020. Profesionalisme kaunselor dalam perkhidmatan kaunseling bertujuan untuk membantu klien mengetahui dan memahami masalah yang dihadapi, menggalakkan komunikasi, menolong mengubah tingkah laku klien, dan membantu klien membuat keputusan. Antara isu-isu yang disampaikan adalah profesionalisme kaunselor dalam perkhidmatan kaunseling di sekolah yang merupakan agen of cange dan agen of controlling untuk melahirkan pelajar-pelajar yang berkualiti, Seimbang dan harmonis dalam menjalani kehidupan ini. Didapati ramai kaunselor yang tidak diakui profesionalismenya dalam perkhidmatan kaunseling di sekolah. Dikeranakan guru besar dan guru mata pelajaran selalu memberi amanah yang tidak sesuai dengan tugas pokok sebagai profesionalisme kaunselor. Secara keseluruhannya, kertas konsep ini akan menerangkan latar belakang, definisi operasional profesionalisme kaunselor dalam perkhidmatan kaunseling sekolah, konsep, teori-teori, dapatan kajian lepas yang berkaitan, perbincangan dan kesimpulan serta cadangan bagi meningkatan kefahaman tentang profesionalisme kaunselor dalam perkhidmatan kaunseling di sekolah dan terakhir kesimpulan untuk kertas konsep ini. Oleh itu, pada tahap saat ini perlu di kolaborasikan komponen sekolah dengan kaunselor dalam mecapai matlamat bersama dan perkhidmatan kaunseling dalam profesionalisme kaunselor harus dilaksanakan dengan baik kerana sangat penting dan di perlukan di sekolah. Keywords: profesionalisme kaunselor, pekhidmatan kaunseling, Sekolah Indonesia
KUALITI PROFESIONALISME GURU-GURU KAUNSELING DALAM PERKHIDMATAN PENDIDIKAN KEBANGSAAN
Kualiti perkhidmatan kaunseling dipengaruhi oleh pelbagai faktor termasuk faktor intelektual, kestabilan emosi dan kemantapan rohani. Ini selari dengan Falsafah Pendidikan Negara yang menekankan kepentingan pembentukan insan seimbang dari segi jasmani, emosi, rohani, intelek dan sosial. Kajian-kajian terdahulu telah menunjukkan bahawa keberkesanan sesuatu perkhidmatan boleh dipertingkatkan apabila individu yang menawarkan perkhidmatan tersebut mempunyai kualiti kecerdasan emosi (EQ) yang tinggi. Justeru, personalia kaunseling sewajarnya memiliki kualiti EQ yang tinggi bagi meningkatkan keberkesanan perkhidmatan. Kajian ini membincangkan kepentingan EQ dan bagaimana ia boleh digunakan dalam meningkatkan kualiti profesinonalisme guru kaunseling. Model EQ Goleman-Noriah (2004) dibincangkan dalam konteks menangani isu-isu pendidikan negara.
PROFESIONALISME DAN KOMPETENSI PENDIDIK PAUD
WAHYUNI, 2019
ABSTRAK Di tengah perkembangan pengetahuan dan teknologi serta dinamika perubahan sosial-budaya masyarakat yang semakin cepat, maka tuntutan profesionalisme di dalam pelaksanaan tugas juga semakin tidak bisa dipungkiri. Bagi Pendidik / guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), profesionalisme utamanya dapat diukur dari sejauhmana kemampuan mengaktualisasikan kompetensi yang dipersyaratkan. Empat kompetensi inti guru yang dijabarkan ke dalam kompetensi guru PAUD bermuara pada pengaktualisasian profesionalisme. Kata Kunci: Profesionalisme, kompetensi, A. Pendahuluan Tuntutan terhadap pemberian layanan yang berkualitas dalam perkembangan terakhir semakin deras menyentuh dunia pendidikan. Masyarakat semakin menyadari bahwa untuk dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas yakni siswa-siswa yang mampu mencapai prestasi yang tinggi hanya mungkin dapat diwujudkan bilamana semua unsur pelaksana pendidikan, terutama sekali guru-guru mampu melaksanakan fungsinya secara optimal. Perubahan pola pikir masyarakat memang tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di satu sisi serta realitas kehidupan sehari-hari yang sarat dengan persaingan untuk memperoleh sesuatu yang diharapkan pada sisi yang lain. Pemberian layanan yang baik untuk mencapai hasil yang diharapkan dapat dilakukan bilamana didukung oleh sumber daya manusia yang memiliki kualitas dan keahlian di dalam bidangnya. Kualitas dan keahlian merujuk pada profersionalisme. Itulah sebabnya maka tuntutan akan profesionalisme di dalam berbagai bidang saat ini menjadi sesuatu yang tidak lagi dapat ditunda, bahkan menjadi tuntutan untuk dilaksanakan. Dalam bidang pendidikan, tuntutan terhadap kemampuan memberikan layanan yang lebih profesional khususnya bagi pendidikan anak usia dini semakin memiliki arti penting.
MENERAPKAN PROFESIONALISME DALAM DAKWAH
Dosen Pengampu : Nur Ahmad, S.Sos.I., M.S.I Di Susun Oleh : Nama : Indar Sayuko NIM : 1340120007 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan Rasulullah dalam berdakwah yang hanya dalam waktu kurang lebih 23 tahu (periode Makkah dan Madinah) pada dasarnya adalah karena didukung oleh profesionalisme yang beliau miliki, baik dalam merencanakan dakwah, melaksanakan maupun mengawasi dan mengevaluasinya. Berikut ayat Al-Qur`an tentang pentingnya sebuah professionalisme, yaitu dalam Al-Qr`an surat Yusuf ayat 108 yang artinya : Katakanlah : " Inilah jalan (agama) Ku, Aku dan orang-orang yang mengikuti-Ku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah (argumentasi) yang nayata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musrik. Allah memerintahkan kita untuk merencanakan masa depan dengan memperhatikan situasi dan potensi diri berdasarkan ajarannya demi menuju pada tujuan keberuntungan jangka panjang dengan penuh kesungguhan dan menyerap sifat-sifat Allah ke dalam diri sumber daya manusia. Perintah Allah tersebut mengisyaratkan tentang pentingnya profesionalisme dalam kehidupan manusia. Berkenaan dengan aktivitas dakwah, keberadaan peran profesionalisme sangat dibutuhkan. Seorang da'i ketika hendak menyampaikan dakwahnya perlu mempertimbangkan kebutuhan dasar dari mad'u baik secara psikologis maupun sosial. Dakwah tidak akan efektif manakala obyek dakwah yang sedang lapar diberikan ceramah oleh seorang da'i. Begitu juga, seorang petani yang membutuhkan modal untuk pengembangan pertaniannya
NASRUDIN, 2020
Kompetensi profesional sangat diperlukan dalam melaksanakan suatu pekerjaan profesi. Hal itu akan membantu para profesional dalam melaksanakan perkerjaan, sehingga menghasilkan hasil kerja menjadi optimal. Karena ciri profesionalisme menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil, memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja, memerlukan integritas tinggi, adanya kebulatan fikiran dan perbuatan. Komponen-komponen yang sangat diperlukan dalam menjalankan kompetensi profesional, antara lain kompetensi individu yang meliputi inisiatif, dipercaya, motivasi, dan kreatif; kompetensi sosial yang meliputi berkomunikasi, kerja kelompok dan kerjasama; kompetensi metodik yang meliputi mengumpulkan dan menganalisa informasi, mengevaluasi informasi, orientasi tujuan kerja, dan bekerja secara sistematis; kompetensi spesialis yang meliputi keterampilan dan pengetahuan, menggunakan perkakas dan peralatan dengan sempurna, mengorganisasikan dan menangani masalah.Kata kunci: Profesi, profesional, kompeten
Indonesia Jurnal Sakinah, 2019
Early age children education is the beginning of higher education levels and becomes the key to make a betterment of the nation’s quality. To achieve the result of children with high quality, among others, it should be supported by professional educators. In carrying out its duties as a teacher must have fours competencies that is pedagogic competance, personal competence, social competence, and professional competence.
MEMFASILITASI KEPEMIMPINAN PROFETIK DI BIROKRASI PUBLIK
Jurnal Teori dan Riset Administrasi Publik, 2017
The aims of this study to discusses prophetic leadership models and how to facilitate it in the public bureaucracy. Prophetic leadership is the ability possessed by leaders to influence subordinates in accordance with Islamic demands (leading to the pattern of the leadership of Rasulullah SAW). Systematically we work starting with searching for sources of reading (nash al-Qur'an, hadith, journals and books), then reading interactive, making reading tables, and reducing the essence of reading before being transferred to the worksheet. This study found that leadership can be explained through theories of extrinsic and intrinsic motivation. Prophetic leadership belongs to intrinsic leadership because it uses spirituality as the basis of value. In Islam, prophetic leadership not only stems from intrinsic or ethical motivation, but the integration of divine-world motivation (hasanah) and akhirat (salamah). Then it is known that the triggers of prophetic leadership can be the result of imitating the Prophet Muhammad and also through social experience. The process of its formation took place in a long time, so it is concluded that prophetic leadership can be applied in the public bureaucracy if the ASN of the country has religious maturity. Efforts to realize prophetic leadership can begin by analyzing the level of religious maturity. Bringing spiritual nuances within the organization is considered to be sufficient to facilitate the ASN of a mature country. We are just at the analytical stage and predict its application opportunities. The next researcher needs to raise the best practice case from this model and to formulate a measuring tool to assess the successful application of prophetic leadership in the public bureaucracy.