MENGATASI RESIKO MENGANTUK SAAT BERKENDARA DENGAN MELAFALKAN AL-QUR’AN (original) (raw)

ASPEK RELEVANSI DALAM TERJEMAHAN TINDAK-TUTUR KINÂYAH AL-QUR'AN

Abstrak: Teori relevansi memandang penerjemahan sebagai ekspresi dan rekognisi dari intensi penulis teks sumber. Penelitian ini bermaksud mengungkap aspek relevansi dalam terjemahan Al-Qur'an. Untuk itu dipilih 13 tindak-tutur kinâyah tentang jima' beserta terjemahannya, yakni terjemahan Depag RI dan terjemahan alternatif. Selanjutnya 30 mahasiswa dimintai tanggapannya tentang aspek relevansi kedua terjemahan tersebut. Hasilnya, terjemahan Depag RI kurang menghadirkan aspek relevansi terhadap maksud tuturan. Hal ini terjadi, selain karena bahasa Indonesia tidak memiliki konsep kinâyah, juga lantaran penggunaan diksi yang berpotensi menimbulkan ketaksaan. Sementara itu, terjemahan alternatif menggunakan diksi yang jelas dan tedas sehingga tidak memerlukan processing effort yang besar untuk sampai pada maksud tuturan. Abstract: According to relevance theory, translation is seen as the expression and recognition of intentions of the source text writer. This study intends to reveal aspects of relevance in the translations of the Qur'an. In relation to this research selected 13 kinâyah speech acts about coitus and its translations: Depag translation and alternative translations. The next, 30 students asked for his response about the relevance of these two aspects of the translation. As a result, Depag translation less relevance to the purpose of presenting aspects of speech. This occurs, in addition to Indonesian does not have a concept kinâyah, also because of the use of diction that could potentially cause ambiguity, while alternative translations using clear diction and thus do not require great processing effort to arrive at the intended meaning. Pendahuluan Hakikat penerjemahan sesungguh-nya merupakan upaya mengemas pesan ke dalam BT (Bahasa Target) sepadan dengan pesan yang terdapat dalam BS (Bahasa Sumber). Dalam hal ini,

KONSELING BERDASARKAN AL QUR’AN

This article is to connect counseling process with Islam teaching by diging counseling base based on Al-Qur'an. Where intrinsically man is biological creature, person, social, and religion creature. Intrinsically also man divided to two factions namely faction of healthy person and faction of indisposed person. faction of Healthy person is person capable to arrange x'self in its(the relationship with ownself, others, area, and God. faction of Indisposed person is person which unable to arrange x'self in its(the relationship with ownself, others, area, and God in the end having estuary at assorted of problems.

IMAM AL-NAWAWI: RIWAYAT RINGKAS TENTANG LATAR PEMIKIRAN DAN PENGARUHNYA

JURNAL YADIM International Journal of Islam and Contemporary Affairs , 2023

Abstrak Kertas ini membahaskan karya-karya penting yang dihasilkan tentang Imam al-Nawawi yang merumuskan tentang latar kehidupan, pemikiran, penulisan dan fatwa-fatwa hukum dan fiqhnya yang mendasar. Ia membandingkan keterangan-keterangan sejarah tentang biografi dan tradisi penulisannya yang signifikan daripada sumber-sumber historis terkait dengan kehidupan Imam al-Nawawi. Sumber-sumber ini diperoleh daripada kitab-kitab klasik dan mutakhir yang menhuraikan latar riwayat dan pemikirannya serta menjelaskan mengenai pengaruhnya dalam pengembangan dan konstruksi hukum di abad pertengahan (pramoden) Islam. Ia menganalisis karya-karya dan pemikiranpemikirannya yang berpengaruh dalam ilmu hadis fiqh, sejarah, tabaqat, kalam, akidah, tasawwuf, tafsir dan lughah. Metode kajian adalah bersifat kualitatif daripada kajian perpustakaan. Ia menerapkan metode dokumentasi bahan-bahan perpustakaan berupa tesis kedoktoran, sarjana dan juga artikel, kertas kerja, jurnal, buku serta kitab-kitab klasik terkait dengan Imam al-Nawawi. Kajian menunjukkan bahawa karya-karya Imam al-Nawawi telah memberi pengaruh yang luas dalam pemikiran sunni Islam dan dalam pengembangan aliran mazhab tradisional al-Shafi'i serta tradisi ortodoksnya.

BAB IV RESIKO DAN TINGKAT PENGEMBALIAN PERSPEKTIF AL-QUR'AN

Kata jaza` dan tsawab banyak sekali diungkapkan dalam al-Qur'an. Kata jaza` sendiri diungkapkan dalam 40 ayat, dan ada diantaranya dalam satu ayat diungkapkan dua kali yaitu dalam surat al-Isra` ayat 63. Sedangkan kata tsawab diungkapkan dalam 9 (sembilan) ayat.

LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN

nurul izzah azzahra

Abstrak Manusia adalah makhluk bidimensional (dua dimensi.) ia diciptakan tuhan dari debu tanah dan ruh ilahi, debu tanah membentuk jasmaninya sedangkan ruh ilahi yang diembuskan-Nya melahirkan daya nalar, daya qolbu, dan daya hidup. Dengan membina jasmani, lahirlah keterampilan; Dengan mengasah daya nalar, lahirlah kemampuan ilmiah; Dengan mengasuh daya qolbu, lahirlah antara lain iman dan moral yang terpuji; Dan dengan menempa daya hidup tercipta semangat menanggulangi setiap tantangan yang dihadapi. Jati diri manusia sebagai makhluk sempurna terletak pada pembentukan karakternya berdasar keseimbangan unsur-unsur kejadiannya, yang tercapai melalui pengembangan daya-daya yang dianugrahkan tuhan itu. Jati diri yang kuat serta sesuai dengan kemanusiaan, manusia terbentuk melalui jiwa yang kuat dan konsisiten, serta memiliki integritas, dedikasi, dan loyalitas terhadap tuhan dan sesama makhluk. perlu dicatat bahwa keberhasilan mengasah daya qolbu akan melahirkan kenikmatan jauh lebih dari kenikmatan yang lainnya.

PRINSIP-PRINSIP DASAR AL-QUR’AN TENTANG PERILAKU KONSUMSI

This study is aimed to find out what basic principles for moslem consumer behaviour to enjoy God-given are signed in Qs. al-A‘râf (7): 31 and al-Baqarah (2): 168. Although consumtion is generally defined as enjoying a goods and service to fulfill human's needs, but a moslem can not liberally decide to consume a goods or service. Because his life target is to reach the prosperity here and hereafter. Therefore, he has to pay an attention to the basic principles of consumption signed in Qs. al- A‘râf (7): 31 and al-Baqarah (2): 168. Those basic principles are spending income proposionally, caring for others needs, cosuming a good and lawful goods or service, and having a simple life.

MEMBANGUN ETIKA DAI BERBASIS AL-QUR'AN

Jurnal Tabligh, 2011

This paper tries to elaborate some ethical concept in the Qur"an. As a book of da'wa, Qur"an provides a rich concept of ethics that should be possessed by Islamic prescehr (dȃ'ȋ).some pf them wil reveal as follows: Dȃ'ȋ should be mildly not only in his presentation, but also in daily life, the absence of this ethics will result in the failure of da'wa acitivity. Audience usually judged people especially dȃ'ȋ in his ethical performance which enables them to decide they accept the Isamic message or not. The other Qur"anic ethical concept is practicing the message before communicating to the audience. Audience tends to appreciate dȃ'ȋ who acting as a model in the society. His speech has been manifested in his attitude and action. Moreover, sincere is also considerable impotant for each dȃ'ȋ because it is motivated him in da'wa efforts without hoping a material reward. It is also a determinant factor whether his da'wa actvty is considered as a part of worship or not. In addition, patient should be reflected in dȃ'ȋ"s performance especially if he accounters such crucial probems. Patient energizes dȃ'ȋ in conducting a long term of da'wa. Pendahuluan Dai adalah salah satu elemen dakwah yang utama. Keberhasilan dakwah akan banyak ditentukan oleh kualitas dai. Kualitas ini sendiri sebagiannya terletak pada etika yang senantiasa terpancar dari dai. Etika dai merupakan sesuatu yang secara inheren melekat pada diri dai tidak saja di kala dia berada di atas mimbar tetapi juga sewaktu berada di tengah-tengah masyarakat. Kesuksesan dakwah kelihatannya menghendaki perpaduan antara etika dakwah dalam artian etika yang mengitari pelaksanaan dakwah dengan etika di luar aktivitas dakwah. Varian etika yang telah dirumuskan para ahli dakwah terkait langsung dengan ke dua domain dai ini. Etika ini akan semakin kaya kalau dilengkapi dengan etika komunikasi, khususnya di saat berlangsung proses komunikasi. Komunikasi tampaknya lebih menitikberatkan aplikasi etika ini pada proses komunikasi, sementara dalam konteks dakwah agaknya etika lebih banyak ditekankan di luar proses dakwah. Idealnya memang kemasan etika dalam dua spektrum tadi selayaknya terdapat pada seorang dai. Alqur"an sebagai pedoman dakwah sangat kaya dengan etika yang seharusnya menghiasi kehidupan seorang dai. Alqurán sebagai kitab dakwah hanya memberikan landasan etika secara umum dan tidak mengaitkannya dengan dua domain dakwah tadi. Sebagai kitab suci, Alqur"an memang hanya memberi pedoman makro, sedang untuk konteks yang lebih yang spesifik akan dikembalikan pada pengembang dakwah. Merekalah yang secara akademis dan moral bertanggungjawab dalam merumuskan etika yang tepat bagi setiap even dakwah. Pengembangan etika dalwah ini tentunya didasarkan pada hasil penenlitian karena perumusannya sangat ditentukan oleh lingkungan di mana dakwah dilakukan. Dalam bingkai Ilmu Komunikasi efektivitas kegiatan komunikasi sebagiannya terkait erat dengan kredibilitas komunikator. Kredibilitas ini tercermin antara lain dalam kompetensi yang dimiliki komunikator baik penguasaan pesan maupun penguasaan strategi dan teknik penyajian. Apa yang diusung sebagai kredibitas dalam komunikasi sesungguhnya sebagiannya merupakan