Pendidikan Multikultural Dan Pendekatan Quantum Dalam Pembelajaran (original) (raw)

Penerapan Model Quantum Teaching terhadap Peningkatan Penguasaan Konsep Belajar Siswa dengan Kerangka TANDUR untuk siswa kelas IV SD pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Kberagaman budaya bangsaku

2019

Quantum teaching merupakan model pembelajaran yang menyuguhkan suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan tanpa menghilangkan makna dari pembelajaran itu sendiri. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suasana belajar yang dapat membuat siswa bosan hanya dengan metode pembelajaran klasikal yang menjadikan suasana belajar menjadi melelahkan sehingga berpengaruh pada penguasaan konsep belajar siswa. Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa yang dibangun dengan menggunakan model quantum teaching. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan bantuan analisis data menggunakan SPSS dan MS.Excel. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 20 hingga 21 agustus 2018 dengan menggunakan kerangka TANDUR pada pembelajaran tematik didapat data peningkatan hasil belajar siswa dari sebelum dan sesudah penggunaan model quantum teaching. Berdasarkan perhitunga data, diperoleh t hitung = 3,452 sedangkan derajat kebebasanny...

Pendekatan Pendidikan Multikultural

Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal

This study shows that multicultural education is something that is indispensable in dealing with conflicts in the era of the industrial revolution 4.0 which comes from ethnic, cultural, ethnic and religious diversity. Multicultural education (multicultural education) is a response to the development of diversity in the school population, as well as demands for equal rights for each group. To implement this, the role of educators is very necessary because they can help instill life values so that they can form characters that reflect the nation's identity. This can be implied in schools through (1) building an inclusive diversity paradigm in the school environment, (2) respecting language diversity in schools, (3) building gender sensitive attitudes in schools, (4) building critical understanding and empathy for injustice and social differences. , (5) build an attitude of anti-ethnic discrimination, (6) respect differences in abilities, and (7) respect age differences. What must ...

KONSEP PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM PLURALISME KALIMANTAN BARAT

Abstrak Tulisan ini akan menjelaskan strategi yang dapat diterapkan akibat pluralisme melalui sistem pendidikan Indonesia khusus di Kalimantan Barat. Keragaman suku bangsa merupakan kekuatan bangsa dimiliki oleh provinsi Kalimantan Barat. Kemampuan untuk mengelola keragaman suku bangsa yang besar sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya konflik dan perpecahan yang akan mengganggu kesatuan bangsa. Konflik muncul dengan menggunakan simbolsimbol etnis, agama, dan ras. Hal ini terjadi akibat akumulasi "tekanan" secara mental, spiritual, politik sosial, budaya dan ekonomi yang dirasakan oleh sebagian masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pendidikan multikultural menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategi dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat, secara khusus yang ada pada siswa seperti keragaman etnis, budaya, bahasa, agama, status sosial, gender, kemampuan, umur, dan lainlain. Pengenalan budaya sangat diperlukan dari berbagai etnis di Kalimantan Barat, sebagai faktor yang akan memperkuat perasaan kesatuan di Indonesia. Melalui implementasi pendidikan multikultural diharapkan akan membantu siswa mengerti, menerima dan menghargai orang lain yang berbeda suku, budaya dan nilai kepribadian. Sehingga konflik etnis yang terus melanda di Kalimantan Barat dapat diredam dengan lahirnya generasi baru yang menjunjung tinggi nilai-nilai kesatuan dan keutuhan bangsa.

KONSEP PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwasanya Indonesia sebagai negara kita, merupakan aset dunia dengan segala kekayaan dan keragaman budayanya, yang lazim disebut multikultural. Keberagaman tersebut dapat dilihat dari segala aspek, baik budaya, suku, ras, bahasa, maupun agama. Indonesia merupakan negara yang sangat luas dengan jumlah penduduk yang besar dan dengan budaya yang sangat beragam. Sekitar 200 juta penduduk yang tersebar kurang lebih dari 13.000 pulau. Wilayah Indonesia tersusun atas 33 propinsi, 440 kabupaten/kota, 5.263 kecamatan, serta 62.806 desa. Terdapat puluhan suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda, dan lebih dari 660 bahasa daerah yang digunakan oleh penduduk Indonesia. Sejumlah 293.419 satuan pendidikan (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA) di Indonesia tersebar di berbagai wilayah, total 51,3 juta siswa dan 3,31 juta guru. Disadari bahwa untuk membangun bangsa dengan beragam adat dan budaya yang tersebar di wilayah yang sangat luas dan terpencar, diperlukan suatu strategi dan upaya yang sistematis untuk melakukannya. Hal tersebut dapat dijadikan sarana untuk saling mengenal dan bertukar pengetahuan antara satu dengan yang lain, seperti Allah berfirman dalam Qur'anNya surat Al Hujurat (49) ayat 13. Upaya yang dapat dilakukan untuk dapat mengenal atau berinteraksi dengan lainnya yakni melalui pendidikan, atau lebih jelasnya melalui pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang menghargai keberagaman dan mencakup perspektif dari berbagai kelompok budaya, serta memberikan kemanfaatan untuk membangun kohesifitas, soliditas, dan intimitas antar etnik, ras, agama, dan budaya. Orientasi dari pendidikan multikultural sendiri adalah kehendak untuk membawa masyarakat dalam suasana rukun, damai, egaliter, toleran, saling menghargai, saling menghormati, tanpa ada konflik dan kekerasan, dan tanpa menghilangkan kompleksitas yang ada. Sejatinya multikulturalisme juga ada dalam ajaran Islam. Melalui Al Quran Allah memberikan firman-Nya baik yang berupa perintah, larangan, maupun peringatan kepada umat manusia, termasuk didalamnya ayat-ayat toleransi.

Landasan Filosofis Pendidikan Multikultural

University Research Colloquium, 2021

Presentasi ini menyajikan empat tahapan perumusan landasan Pendidikan Multikultural yang berangkat dari Filsafat Ilmu Sosial. 12 Tesis Filsafat Multikultural Brian Fay direfleksikan dalam konteks dunia pendidikan sehingga dihasilkan rumusan filosofis yang dapat digunakan sebagai landasan pendidikan multikultural.

KESADARAN MULTIKULTURAL SEBAGAI RANAH KURIKULUM PENDIDIKAN

Ta'dib: Universitas Islam Bandung, 2017

This study aims to find the relation between educational curriculum goals and the reality of a pluralistic Indonesian society. Through a character-based education curriculum that is being spurred on the implementation of the school is expected to provide learning of the importance of respecting the differences of religion, ethnicity, tribe, and race, because it is sunnatullah. This study uses a normative psychological approach and refers to the actual source of issues related to the multicultural issues and ideas of the educational curriculum. The conclusions obtained are; a curriculum in which paradigm is multiculturalism (whatever the name) becomes important because education is a nursery awareness multiculturalism. This awareness cannot be simply talked about but must be put into practice. Through education is expected to deliver the nation's children realize that the difference is a god grace and can develop the competence to perceive, evaluate, believe, and perform more dignified actions within the framework of multicultural education. ABSTRAK Studi ini bertujuan menemukan relasi antara tujuan kurikulum pendidikan dengan realitas masyarakat Indonesia yang majemuk. Melalui kurikulum pendidikan berbasis karakter yang sedang dipacu pelaksanaannya pada pihak sekolah diharapkan dapat memberikan pembelajaran akan pentingnya menghargai perbedaan agama, etnis, suku dan ras, karena itu adalah sunnatullah. Studi ini menggunakan pendekatan normatif psikologis dan merujuk kepada sumber tekstual yang berkaitan dengan isu multikultural dan gagasan kurikulum pendidikan Kesimpulan yang diperoleh adalah Sebuah kurikulum berparadigma multikulturalisme (apapun namanya) menjadi penting, karena pendidikan merupakan ladang persemaian kesadaran multikulturalisme. Kesadaran ini tidak dapat hanya sekadar dibicarakan tetapi harus dipraktikkan. Melalui pendidikan diharapkan dapat menghantarkan anak bangsa menyadari bahwa perbedaan adalah rahmat Tuhan dan dapat mengembangkan kompetensi untuk mempersepsi, mengevaluasi, meyakini, dan melakukan tindakan yang lebih bermartabat dalam bingkai pendidikan multikultural.