KEPEMIMPINAN WANITA DALAM ISLAM (original) (raw)

KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM ISLAM

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Bidang Falsafah dan Agama Disusun Oleh: Fitriyani 210000005 PROGRAM STUDI FALSAFAH DAN AGAMA FAKULTAS FALSAFAH DAN PERADABAN UNIVERSITAS PARAMADINA JAKARTA 2014 ii iii iv KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil'alamin. Segala puja dan puji penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat tak terhingga kepada penulis. Sholawat dan salam penulis sampaikan kepada sang pemimpin ideal sepanjang masa, Nabi Muhammad SAW. Puji syukur, akhirnya penulis dapat merampungkan skripsi yang berjudul "Kepemimpinan Perempuan dalam Islam (Studi Pemikiran M. Quraish Shihab)" sebagai syarat memperoleh gelar akademik di Universitas Paramadina. Tentunya, banyak pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibunda penulis, Komriyah, madrasah pertama dalam kehidupan penulis. Yang telah mengajarkan segalanya yang diperlukan dalam hidup kepada penulis, serta selalu mendoakan kelancaran studi dan kesuksesan penulis. Ayahanda Mustadi, yang telah berjasa membesarkan penulis dan memberikan pendidikan yang sangat "keras" agar penulis mampu bertahan dan tegar dalam mengarungi tantangan kehidupan yang sulit. 2. Saudara-saudara penulis. Jamaludin, kakak tertua yang selalu menjadi tauladan yang baik bagi adik-adiknya dan Rini Andriani, kakak ipar yang cantik dan baik hati beserta Akhdan Fatih Azizan, keponakan penulis yang selalu membuat hari menjadi lebih ceria dan bersemangat. Amrullah, kakak yang selalu jahil dan usil namun setia mengantar jemput penulis sejak penulis masih sekolah hingga penulis kuliah. Rizkiyana Dewi, adik yang beranjak dewasa, yang telah menggantikan peran penulis menjaga ibu dan adik-adik selama penulis menimba ilmu di Jakarta. Muhammad Abdul Muksit, adik lelaki yang sudah beranjak remaja yang nakal tapi penurut dan ringan tangan membantu orang tua dan saudara-saudaranya. Siti Fajriyati, yang selalu mengingatkan penulis tentang masa kecil yang begitu ceria dan menyenangkan. Zahrotusyita, si bungsu yang manja dan selalu memberi pelukan hangat penuh cinta jika penulis ada di rumah. Terima kasih untuk kehangatan cinta yang kalian berikan. 3. Universitas Paramadina dan PT Trikomsel Oke yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengenyam pendidikan tinggi di kampus peradaban ini melalui program Paramadina Fellowship 2010. 4. Pak Pipip Ahmad Rifa'i Hasan, Ph.D yang telah menjadi pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. v 5. Mohammad Rahmatul Azis. Sahabat, guru, dan pembimbing pribadi penulis yang tak pernah henti memberikan support, membantu mencarikan referensi dan teman berdialog dalam wacana keilmuan kritis. 6. Program studi Falsafah dan Agama, tempat penulis menimba ilmu filsafat dan agama. Penulis mengucapkan terima kasih kepada para dosen yang telah berbagi ilmu kepada penulis sehingga penulis bisa merasakan manisnya lautan ilmu lewat tangan-tangan mereka, yakni; Dwi selaku staf Prodi FA. 7. Keluarga di Asrama Al Mustaqim yang menjadi tempat penulis berbagi suka duka, canda tawa, tempat diskusi segala macam pemikiran yang tak kenal batas waktu, serta tempat mencurahkan segala keluh kesah penulis selama empat tahun terakhir.

KEPEMIMPINAN WANITA DALAM PERSPEKTIF SYARIAT ISLAM

At the Arab pre-Islamic era—often called the era of ignorance and barbarity—women are treated unfairly and very painful. The arrival of Islam provide the space and life is very beautiful and satisfying. Elevating women equal to men, as God Almighty says that only taqwa which distinguishes humans from each other. So a woman is considered irregularities if only as a supplement when a woman can give that might exceed its share of men. Therefore, women need to get an education equal to men and equal opportunities in activities including engage in the political world and become a leader, according to their talents and abilities. Kata kunci : Pemimpin, wanita dan Syari'ah Islam Pendahuluan Kepemimpinan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menggerakkan orang lain dengan kemampuan dan keahliannya masing-masing untuk mencapai tujuan dan cita-cita bersama. Maka kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out), artinya berhasil tidaknya seorang pemimpin tidak terlepasdari kepribadian maupun ilmu pengetahuan yang dimilikinya dan didorong oleh keinginan untuk melakukan suatu perubahan dan perbaikan dalam masyarakatnya. Maka peran dan fungsi wanita pada dasarnya sama dengan laki-laki bahkan dalam pandangan Islam didudukan secara sama dalam hukum. Uraian ini sangat jelas dalam Alquran surah An-Nisa ayat 1:

KEDUDUKAN WANITA DALAM ISLAM

Sesungguhnya wanita muslimah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam dan pengaruh yang besar dalam kehidupan setiap muslim. Dia akan menjadi madrasah pertama dalam membangun masyarakat yang shalih, tatkala dia berjalan di atas petunjuk Al-Qur'an dan sunnah Nabi. Karena berpegang dengan keduanya akan menjauhkan setiap muslim dan muslimah dari kesesatan dalam segala hal.

TEOLOGI PEMBEBASAN PEREMPUAN DALAM ISLAM

This study aims to understand the theology of liberation as an alternative solution that freed because of the discrimination against women. Discrimination against women is a result of the hegemony of patriarchal society jahiliya that is still growing in the view of Islam, so that religion can not function as a mercy to entire human race. Religion as the foundation of justice also become invisible. That condition requires a liberating theology, so it can be used as an alternative to achieve maslaha of the people, including women Abstrak: Kajian ini dimaksudkan untuk memahami teologi pembebasan sebagai alternatif pemahaman yang membebaskan karena adanya diskriminasi terhadap perempuan. Diskriminasi terhadap perempuan adalah akibat dari hegemoni patriarki masyarakat jahiliyah yang masih berkembang dalam pandangan Islam saat ini, sehingga agama tidak dapat mengfusikan dirinya sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia. Agama sebagai landasan adanya keadilan juga menjadi tidak nampak. Kondisi tersebut membutuhkan sebuah teologi yang membebaskan, sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif untuk mewujudkan kemaslahatan umat termasuk kaum perempuan.

PERAN PEREMPUAN DALAM ISLAM

Islam asserts that men are the protectors for women, the physical superiority of men and women's reproductive organs should not be understood as an excess or a shortage, but both should be directed to perform its functions in proportion. Conceptually, the humanitarian aspects and the potential possessed between men and women, there is no difference between the two. Since the beginning of creation, women occupy a position equal to men, when God commanded something to the man, it also applies to women. Conversely when God commanded something to the woman, then that too applies to men. The role of women in Islam is seen as biased, it is true if it is deemed perind ividual woman, not as a mechanism for rational that must be taken if we want to create the structure of a strong family in which the relationship between men and women support each other in order to achieve a harmonious family and happy and effort to organize the relationship between men and women in society in order to etiquette awake for the realization of the noble society and the superior nation.

KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN

Speaking of leadership, particularly concerning Islamic leadership is an issue that is very interesting to study. Because from a good leadership system, there will be a good order of society as well. In Indonesia the majority of the population is Muslim, but admitted or not, from the beginning until now the implementation of democracy that is also part of the teachings of Islam, has still been quite alarming. This can be seen from the inequality of the social position of women. Since 14 centuries ago, the Qur'an has abolished a wide range of discrimination between men and women, the Qur'an gives rights to women as well as the rights granted to men. In this case is the issue of Islamic leadership in which Islam has given rights to women as that given to men. In addition, Islam has also impose obligations to women as that imposed to men, except the rights or obligations devoted by Islam to men. Keywords: Women leadership, perspective of the Qur'an. Pendahuluan Dalam panggung sejarah, pembicaraan terhadap wacana gender, feminisme dan kesetaraan laki-laki dan perempuan merupakan bagian dari emansipasi, demokratisasi dan humanisasi kebudayaan. Dari waktu ke waktu, gugatan dan pembongkaran terhadap struktur ketidakadilan, diskriminasi, penindasan dan kekerasan terhadap perempuan nampaknya semakin meluas dan menggugat. Berbicara tentang kepemimpinan perempuan sampai saat ini dikalangan masyarakat masih menimbulkan perbedaan pendapat. Hal ini dimungkinkan karena latar belakang budaya, kedangkalan agama, peradaban dan kondisi sosial kehidupan manusia sehingga menyebabkan terjadinya benturan dan perbedaan persepsi dikalangan masyarakat. Sebagai agama yang ajarannya sempurna, Islam mendudukkan laki-laki dan perempuan dalam posisi yang setara baik sebagai hamba (` Abid) maupun posisinya sebagai penguasa bumi (kholifatullah fil ardh). Kepemimpinan perempuan menurut Islam diperbolehkan selama kepemimpinan itu baik dan bisa dipertanggungjawabkan. Namun Islam memberikan batasan terhadap perempuan disebabkan karena beberapa kendala kodrati yang dimilikinya seperti menstruasi, mengandung, melahirkan dan menyusui. Dimana hal itu menyebabkan kondisi perempuan saat itu lemah, sementara seorang pemimpin membutuhkan kekuatan fisik maupun akal. Artinya: dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat

TINJAUAN HERMENEUTIS TERHADAP HADIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM ISLAM

Fikri : Jurnal Kajian Agama Sosial dan Budaya, 2018

Article Info This paper discusses the hermeneutical perspective of the prohibition for women to become leaders hadith narrated by Abu Bakrah. The factor that became the background of this study is that there are still many people who understand that women are the second creature, namely "konco wingking". So, they are not deserve to be a leader for people. One of the normative bases is the hadith narrated by Abu Bakrah. The textual-literal understanding of the hadith has implications for the role of women in the public sphere so that there needs to be someone who can answer and place women to their proper degree. This study uses a qualitative method with Schleiermacher hermeneutics approach.The results of this research are the Hadith about the ban on women becoming leaders who narrated by Abu Bakrah through grammatical hermeneutics and psychological perspective cannot be applied in General. Thus, there are no restrictions for women today to be a leader for the people because they currently have a different social background when the Hadith it comes. Abstrak Makalah ini membahas hadis larangan perempuan menjadi pemimpin yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah melalui perspektif hermeneutis. Faktor yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah masih banyak orang yang memahami bahwa perempuan adalah makhluk kedua, yaitu "konco wingking". Jadi, mereka tidak pantas menjadi pemimpin bagi manusia. Salah satu landasan normatif adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah. Pemahaman tekstual-literal dari hadis memiliki implikasi untuk peran perempuan di ruang publik sehingga perlu ada seseorang yang dapat menjawab dan menempatkan perempuan pada tingkat yang tepat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Hermeneutika Schleiermacher. Adapun hasil dari penelitian ini adalah hadits tentang larangan perempuan menjadi pemimpin yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah melalui perspektif hermeneutika gramatikal dan psikologis Schleiermacher tidak dapat diterapkan secara umum. Dengan demikian, tidak ada larangan bagi perempuan saat ini untuk menjadi pemimpin bagi orang-orang karena saat ini mereka memiliki latar sosial yang berbeda ketika hadis itu datang. Article History A. Pendahuluan Islam adalah agama yang dibangun atas dua dasar, yaitu Alquran dan as-Sunnah. Dalam memahami keduanya diperlukan kajian holistik. Salah satunya adalah dengan menggunakan pendekatan hermeneutis. Pengamalan terhadap keduanya merupakan hal yang mutlak dilakukan oleh umat muslim. Bahkan di dalam ajarannya tidak ada perbedaan antara mahluk satu dengan yang lainnya, antara laki-laki dan perempuan, kecuali yang membedakannya adalah keimanan dan ketakwaanya[1]. Dalam Alquran surat Al-Hujarat ayat 13 Allah SWT menjelaskan :