PERKEMBANGAN NILAI AGAMA DAN MORAL (STTPA TERCAPAI (original) (raw)

PERKEMBANGAN NILAI AGAMA DAN MORAL ANAK

2022

Perkembangan nilai-nilai moral dan agama adalah kemampuan anak untuk bersikap dan bertingah laku. Islam telah mengajarkan nilai-nilai positif yang bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini menyebabkan perlunya pengembangan pembelajaran terkait nilai nilai moral dan agama. Pendidikan nilai-nilai moral dan keagamaan pada program PAUD merupakan pondasi yang kokoh dan sangat penting keberadaannya, dan jika hal itu telah tertanam serta terpatri dengan baik dalam setiap insan sejak dini, hal tersebut merupakan awal yang baik bagi pendidikan anak bangsa untuk menjalani pendidikan selanjutnya. Bangsa Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan keagamaan.

ASPEK PERKEMBANGAN NILAI AGAMA DAN MORAL ANAK

HAFIFATI ULYA , 2020

Abstrak : Perkembangan nilai-nilai moral dan agama adalah kemampuan anak untuk bersikap dan bertingah laku. Islam telah mengajarkan nilai-nilai positif yang bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini menyebabkan perlunya pengembangan pembelajaran terkait nilai nilai moral dan agama. Pendidikan nilai-nilai moral dan keagamaan pada program PAUD merupakan pondasi yang kokoh dan sangat penting keberadaannya, dan jika hal itu telah tertanam serta terpatri dengan baik dalam setiap insan sejak dini, hal tersebut merupakan awal yang baik bagi pendidikan anak bangsa untuk menjalani pendidikan selanjutnya. Bangsa Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan keagamaan. Kata kunci : anak, moral, agama Pendahuluan Pengembangan moral agama sangat erat kaitannya dengan budi pekerti, sikap sopan santun, dan kemauan melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Pembahasan filosofis yang di kemukakan oleh Kilpatrick pendidikan moral akan terus berkembang dengan berbagai pendapat pakar dalam aspek budi pekerti, nilai moral dan keagamaan (William Kilpatrick, 1993). Piaget menyatakan bahwa anak anak berfikir dengan 2 cara yang sangat berbeda tentang moralitas tergantung pada kedewasaan perkembangan mereka. Piaget juga mengemukakan bahwa seorang manusia dalam kehidupannya akan mengalami rentangan perkembangan moral yaitu : a) tahap heteronomous yakni cara berfikir anak tentang keadilan peraturan yang bersifat objektif artinya tidak dapat diubah dan tidak dapat di tiadakan oleh manusia. b) dan tahap autonomous yaitu anak mulai menyadari adanya kebebasan untuk tidak sepenuhnya menerima aturan itu sebagai hal yang datang dari luar dirinya. Moral berasal dari bahasa latin mores, yang artinya adat istiadat, kebiasaan, atau cara hidup. Pada hakikatnya, moral

“PERKEMBANGAN MORAL DAN AGAMA PADA ANAK USIA DINI"

Perkembangan Moral dan Agama AUD, 2021

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan dan pengembangan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam tahun,dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang menangani anak usia 4-6 tahun. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak menggunakan prinsip “Belajar sambil bermain, bermain seraya belajar”. Berdasarkan prinsip pembelajaran pada Taman Kanak-kanak diharapkan dapat membantu perkembangan secara optimal. (Permendiknas, 2009 : 1).

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI AGAMA

Kiki Eka Rasanti, 2019

Untuk menetapkan secara pasti kapan Psikologi Agama mulai dipelajari memang terasa agak sulit. Namun demikian, walaupun tidak secara lengkap, ternyata permasalahan yang menjadi ruang lingkup kajian Psikologi Agama banyak dijumpai baik melalui informasi kitab suci agama maupun sejarah agama. Perjalanan hidup Sidharta Gautama dari seorang Putra Raja Kapilawastu yang bersedia mengorbankan kemegahan dan kemewahan hidup untuk menjadi seorang pertapa menunjukkan bagaimana kehidupan batin yang dialaminya nya dalam kaitan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Proses perubahan arah keyakinan agama ini mengungkapkan pengalaman keagamaan yang mempengaruhi diri tokoh agama Budha. Dan proses itu kemudian dalam Psikologi Agama disebut dengan konversi agama. Proses yang hampir serupa dilukiskan pula dalam Alquran tentang cara Ibrahim as. memimpin umatnya untuk bertauhid kepada Allah Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang lalu berkata: "Inilah Tuhanku" tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." Kemudian, tatkala dia melihat bulan terbit, dia berkata "Inilah Tuhanku." Tetapi setelah bulan itu terbenam ia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat." Kemudian, tatkala dia melihat matahari terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku. ini yang lebih besar" maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata "Hai kaumku, sesungguhnya aku terlepas ciri dari apa yang kamu persekutukan. (Q.S 6:76-78). Perumpamaan ini melukiskan bagaimana proses konversi terjadi, walaupun dalam informasi kitab suci tersebut dikiaskan kepada Ibrahim as. yang berusaha meyakinkan pengikutnya tentang kekeliruan mereka menyembah benda-benda alam yang hakekatnya hanyalah sebagai ciptaan dan tak layak disembah. Berdasarkan sumber barat para ahli psikologi agama menilai bahwa kajian mengenai psikologi agama mulai populer di sekitar akhir abad ke-19. Sekitar masa itu psikologi yang semakin berkembang digunakan sebagai alat untuk kajian agama. Kajian semacam itu dapat

PERKEMBANGAN AGAMA PADA MASA REMAJA TENGAH

Kehidupan remaja tengah kita saat ini sering dihadapkan pada berbagai masalah yang amat banyak yang tentunya sangat perlu mendapatkan perhatian kita semua. Salah satu masalah tersebut adalah semakin turunnya tatakrama kehidupan sosial dan etika moral remaja tengah dalam praktek kehidupan, baik dirumah, sekolah maupun lingkungan sekitarnya. Itu mengakibatkan timbulnya efek negatif di masyarakat yang akhir ini semakin merisaukan. Semakin banyaknya penyimpangan di berbagai norma kehidupan, baik agama maupun sosial. Dan itu terwujud dalam bentuk-bentuk perilaku antisosial seperti tawuran, pencurian, pembunuhan, pilok-pilokan lulusan sekolah serta perbuatan amoral lainnya.

ARTIKEL UPAYA MENINGKATKAN NILAI MORAL DAN AGAMA MELALUI METODE BERCERITA

Melisa Anggraini, 2022

Anak usia dini adalah masa awal pengenalan mental anak terhadap lingkungan sekitar. Pada usian ini peran orangtua dan guru dibutuhkan dalam mendidik dan mengasuh. Pembiasaan hal-hal yang positif bisa dimulai dari usia ini agar selalu tertanam pada diri anak hingga dewasa kelak. Salah satu contohnya adalah penanaman moral dan agama yang harus orang tua lakaukan sejak anak masih dalam masa kanak-kanak. Nilai moral dan agama pada anak sangat perlu ditingatkan, oleh karena itu pembelajaran mengenai ini harus diterapakan dengan menarik dan menyenangkan untuk anak. Salah satu cara untuk meningkatkan nilai moral dan agama anak yaitu melalui bercerita. Bercerita menjadi salah satu metode pembelajaran yanng sangat menarik untuk diterapkan pada anak, terutam apada penerapan nilai moral dan agama. Penelitian ini mengkaji metode bercerita pada anak dalam penanaman nilai moral dan agama. Penelitian ini dipecahkan dengan metode studi literatur, dimana penulis mengumpulkan data dengan menganalisis berbagai sumber tertulis seperti artikel, jurnal dan buku-buku yang relevan.

LANDASAN PENGEMBANGAN NILAI AGAMA DAN MORAL ANAK USIA DINI

Pendidikan nilai agama dan moral sejak usia dini memiliki peran krusial dalam membentuk karakter individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji landasan-landasan pengembangan nilai agama dan moral pada anak usia dini. Melalui studi literatur, ditemukan bahwa keluarga, lingkungan sosial, dan lembaga pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan nilainilai tersebut. Selain itu, metode pembelajaran yang efektif, seperti storytelling, modeling, dan pengalaman langsung, dapat membantu anak menginternalisasi nilai-nilai agama dan moral. Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para pendidik dan orang tua dalam merancang program pendidikan yang efektif untuk mengembangkan nilai-nilai agama dan moral pada anak usia dini.