Feminisme Islam dalam prespektif islam kontemporer.docx (original) (raw)
Related papers
Sepanjang sejarah kontemporer, silih berganti muncul wacana baru, diskursus baru, sudut pandang baru, yang intinya sama yaitu memperjuangkan hak-hak perempuan yang tertindas. Kata feminisme seolah menjadi sebuah kata yang melambangkan kemodernan dan kemandirian perempuan. Gerakan untuk mengangkat harkat perempuan, yang diberi label gerakan feminisme, seolah menjadi isu atau gerakan yang bernilai jual tinggi, yang mendanai proyek-proyek inipun lembaga-lembaga donor Barat yang konon ingin memperbaiki kondisi masyarakat dunia.
Feminisme Dalam Perspektif Islam Dan Barat
EL-FIKR: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
This study aimed at investigating Arthur Schopenhauer and Murtadha Muthahhari's perspectives on feminisme. This study employed a qualitative approach. This is a library research in which data were collected from related literatures. Descriptive analytical and historical analytical methods were used to analyze data. The findings of the study showed that perspectives on feminisme between both scholars are different. Arthur Schopenhauer views that feminisme is debatable. Meanwhile, Murtadha Muthahhari emphasized that feminism it is not necessary to debate it because it has been clearly stated in the Holy Quran. This research recommends educational institutions and other social institutions to view feminisme as a path to woman's equality. Keywords: Comparison; Feminism; Perspective.
Mengenai persoalan tentang feminism, seorang ilmuan dari akademisi hendaklah melihat dari sejarah dahulu sejak zaman jahiliyyah sampai dengan ajaran islam itu datang bagaimana peran dari kedudukan perempuan pada masa lalu dan masa sekarang. Persoalan perempuan dalam membicarakan bagaimana peran dan kedudukannya dalam Islam, erat kaitannya dengan studi jender yaitu perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Begitu dalam dan terperinci Al-Qur'an membahas tentang perempuan, yang mencakup hak dan kewajibannya. Islam tidak membatasi gerak perempuan, Islam melalui Al-Qur'an bahkan menempatkan perempuan pada posisi yang terhormat, sesuai dengan kodrat kewanitaannya. Al-Qur'an mengapresiasi terhadap kinerja perempuan terutama dalam aktivitas amal sholeh.Persoalan kepemimpinan bukan merupakan persoalan kecil yang bisa dipermainkan. Namun ia merupakan persoalan serius yang akan dimintai pertanggung jawabannya di hari akhir kelak. Maka dari itu, Islam mengingatkan kepada umatnya untuk bersikap hati-hati dalam memilih dan menentukan pemimpin, karena jika salah dalam memilih pemimpin dan salah dalam meletakannya berarti sama saja dengan menciptakan kesengsaraan masyarakat. Tanggung jawab seorang pemimpin sanggatlah besar, baik di hadapan Allah maupun di hadapan manusia. Dalam memimpin hendaklah dibarengi dengan rasa keimanan kepada Allah, sehingga tidak akan semena-mena dalam membangunnya. Kata kunci : feminisme dalam Islam Abstrack Regarding the issue of feminism, a scientist from academia should look at history from the time of the jahiliyyah to the teachings of Islam, how the role of women's position in the past and present. The issue of women in discussing their role and position in Islam is closely related to gender studies, namely the differences between men and women. So in depth and detail the Qur'an discusses women, which includes their rights and obligations. Islam does not limit the movement of women, Islam through the Qur'an even places women in an honorable position, in accordance with their feminine nature. The Qur'an appreciates the performance of women, especially in pious charity activities. The problem of leadership is not a small problem that can be played with. However, it is a serious issue that will be held accountable at the end of the day. Therefore, Islam reminds its people to be careful in choosing and determining leaders, because if they choose the wrong leader and put it wrong, it is tantamount to creating community misery. The responsibility of a leader is enormous, both before God and before men. In leading, it should be accompanied by a sense of faith in Allah, so that it will not be arbitrary in building it.
Feminisme dalam Dunia Islam (Article's Review)
Pendahuluan Artikel yang bertajuk Feminism in the Muslim World yang ditulis oleh Aditi Badhuri ialah sebuah ulasan dari sebuah karya tulisan Margot Badran yang bertajuk Feminism Beyond East and West. Margot Badran ialah seorang penyelidik dan tenaga pengajar di Pusat Kefahaman Islam Kristian Putera AlWaleed bin Talal, Universiti Georgetown. Bidang pengkhususan kajian yang dilakukan oleh beliau ialah lebih menjurus kepada perkara berkaitan isu-isu kewanitaan dan jantina dalam dunia dan masyarakat Islam. Feminism Beyond East and West mengandungi 18 tajuk utama yang menyentuh beberapa buah negara Islam di dunia serta membincangkan isu dan permasalahan kewanitaan. Namun demikian, Aditi Badhuri hadir dengan komentar dan juga kritikan terhadap beberapa bahagian dalam karya tersebut yang dianggap kurang pendedahan secara umum mengenai isu yang dibincangkan. Walaupun sesetengah negara yang dinyatakan dalam buku ini merupakan golongan Muslim minoriti, namun pergerakan dan isu yang cuba dibawa dan diperjuangkan oleh mereka memberi impak dan kesan terhadap golongan wanita.
Artikel Filsafat Islam - Eksistensi Feminisme Dalam Agama Islam
Abstrak: Eksistensi Feminisme Dalam Agama Islam. Tulisan ini adalah sebuah analisis untuk memahami eksistensi pemahaman feminisme atau kesetaraan gender dalam agama islam dengan menggali pemikiran feminisme yang digagaskan oleh beberapa filsuf feminis seperti Simone de Beauvoir, Marry Wollstonecraft dan lain-lain, serta penjelasan akan konsep kesetaraan dan keadilan gender dalam kitb suci Al-Qur'an dan hadist serta mencari eksistensi pemikiran feminisme dalam agama islam. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui adanya konsep akan kesetaraan gender dalam agama islam dan mencari tahu apakah paham feminisme dan ajaran agama islam dapat berjalan beriringan atau justru kontra satu sama lain. Studi ini bertujuan untuk meluruskan beberapa pandangan yang menganggap bahwa ajaran agama islam sangatlah bersifat patriarkis dan tidak mengakui atau bahkan anti dengan konsep kesetaraan gender. Hasil dari kajian ini diharapkan bisa dijadikan sumber atau tinjauan pustaka juga bahan rujukan yang menjelaskan tentang eksistensi feminisme dalam ajaran agama islam.
MAGHZA: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Often, Q.S al-Nisa [4]: 34 becomes a legitimacy that men are above the level of women especially in the words al-Rijalu Qawwamuna ala al-Nisa. Understanding men is a leader for women has implications for a subordination of women. Women are often regarded as second class in life. Most of the scholars also interpreted this way, that men are leaders for women. However, it is different from Riffat Hassan who was present with his reinterpretation contribution to the letter. Riffat Hassan, who is a feminist activist, criticized the interpretation of the ulemas. This article will describe the results of a study of Riffat Hassan's interpretation of Q.S al-Nisa [4]: 34. This research is a literature study, with the authors using the method of library research. The data source of this research is the work of Riffat Hassan and books or other scientific works that are relevant to the focus of writing. Based on the results of the study, Riffat Hassan's interpretation of Q.S al-Nisa [...
Pemahaman Feminisme Perspektif Hadis
Alfian fahmi, 2023
This writing aims to find out about feminism or gender equality according to the perspective of hadith. Since the beginning of creation between women and men are the same, because Allah has decreed that there is no difference between them. In the view of Islam, women also have the same rights and obligations as men. However, over time, feminism has led to regular liberation in women's lives. This is what ultimately contradicts the concept of equal rights and obligations between men and women in Islam. Men feel that they have advantages compared to women, but we need to remember that between men and women there are definitely disadvantages as servants of Allah SWT. Both of them are creatures and servants of Allah, so that the rights and obligations given are in accordance with their respective instincts and natures. This is confirmed in the word of Allah the Qur'an, Surah At Tawbah verse 71.