AKULTURASI BUDAYA ACEH PADA MASYARAKAT JAWA DI KOTA LANGSA (original) (raw)

AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA

ABSTRAK Kemunculan dan perkembangan Islam di Dunia Indo-Melayu (termasuk di dalamnya adalah Jawa) menimbulkan transformasi kebudayaan-peradaban lokal. Transformasi suatu kebudayaan-peradaban melalui pergantian agama dimungkinkan, karena Islam bukan hanya menekankan keimanan yang benar, tetapi juga tingkah yang baik, yang pada giliranya harus diejawantahkan setiap Muslim dalam berbagai aspek kehidupan, dan tentu saja termasuk aspek budaya di dalamnya. Masuknya Islam ke Jawa, dalam konteks kebudayaan membawa dampak pada akulturasi Islam dan budaya Jawa, yaitu budaya yang telah hidup dan berkembang selama masa kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu Jawa. Akulturasi Islam dan budaya Jawa dapat dilihat pada batu nisan, arsitektur (seni bangunan), seni sastra, seni ukir, dan berbagai tradisi perayaan hari-hari besar Islam. akulturasi Islam dan budaya Jawa dapat dilihat dalam setiap era kesultanan (kerajaan Islam) yang ada di Jawa, baik era Demak, era Pajang, maupun era Mataram Islam. Pada era Demak, akulturasi antara Islam dan budaya Jawa terjadi dalam banyak hal, misalnya, arsitektur, seni ukir,

TRANSFORMASI BUDAYA ASWAJA DI PESANTREN

Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam, 2021

Pesantren merupakan salah satu potret institusi penting bagi banyak masyarakat Indonesia. Pesantren merupakan lembaga pendidikan kedua setelah keluarga, yang sangat strategis dalam membentuk budaya yang menghidupi dan membiasakan nilai-nilai positif tertentu, sehingga santri dapat bertumbuh dan berkembang secara alami dengan menginternalisasi nilai-nilai positif tersebut. Di antara nilai-nilai positif tersebut adalah nilainilai ahlus sunnah wal jamā"ah (Aswaja). Transformasi budaya pesantren berbasis Aswaja perlu dilakukan di tengah maraknya isu-isu nasional tentang salafisme, fundamentalisme, radikalisme dan terorisme. Salafisme nampak cenderung kearah fundamentalisme agama dan radikalisme agama, yang berujung pada wacana terorisme dalam Islam. Sayangnya, proses transformasi budaya Aswaja di pesantren banyak mengandalkan pembiasaan dan kurang memperhatikan internalisasi dan institusionalisasi. Sebagai konsekwensinya, pengetahuan dan kompetensi mayoritas santri tentang Aswaja An-Nahdhiyyah, hanya sekedar amaliyah nya saja seperti istighātsah, tahlīl dan membaca al-Qur"an surat Yāsīn. Kesimpulan artikel ini menunjukkan bahwa nilai-nilai budaya Aswaja yang diterapkan di pesantren meliputi: nilai tawasut, tawazun, tasamuh dan adl. Pesantren lebih banyak melakukan pembiasaan dari pada internalisasi dan institusionalisasi budaya tersebut.

BUDAYA JAWA DAN EKSISTENSINYA

Jawa adalah bagian dari kepulauan NKRI yang paling padat penduduknya. Pulau Jawa itu sendiri terbagi menjadi provinsi Banten, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Selain padat penduduknya, Jawa juga kaya akan khasanah budaya, karena dari masing-masing provinsi tersebut memiliki budaya, tradisi, dan latar belakang yang berbeda-beda.

AKSIOLOGI BUDAYA LOKAL JAWA-BALI PADA PROSES KREATIF BERKARYA PELUKIS BALI DI YOGYAKARTA

Jurnal Studi Budaya Nusantara, 2019

Setiap diri menusia memiliki aspek-aspek kehidupan yang meliputi filsafat, kepercayaan, ilmu dan seni. Keempat aspek tersebut saling berinteraksi dan saling melengkapi menjadi satu sistem yang utuh. Penlitian ini berupaya menyelidiki lebih dalam mengenai aspek aksiologi akulturasi nilai-nilai budaya lokal pada interaksi lingkungan masyarakat (kebudayaan) yang berbeda-beda suku, ras, agama, dan nilai local genius-nya yang mana memiliki kesadaran bersama untuk saling menghormati, toleran dan "terbuka" atas kehadirn budaya lain. Objek material penelitian ini yakni perupa/pelukis perantauan Bali yang proses kreatif di Yogyakarya, dan objek formalnya yakni Aksiologi. Dengan menyelidiki dan meneliti ekspresi kesenian serta luaran karya seni yang dihasilkan oleh pelukis perantauan Bali di Yogyakarta, maka dapat dilihat kondisi perkembangan berkesenian, adaptasi nilai-nilai budaya, dan kemampuan personal perupa sebagai diri pribadi dan makhluk sosial dalam berbaur dan terkadang sinkretis. Perupa sebagai bagian dari penyangga kebudayaan, tentu tidak bisa terlepas dari berbagai pengaruh yang berada di lingkungan sekitarnya. Teori etika, estetika, dan habitus menjadi modal yang kuat untuk melihat "persentuhan" dan bauran nilai budaya lokal antara perupa dan budaya setempat yang mereka diami, sehingga akan tampak bagaimana relasi sosial dan refleksi relasi visual dalam karya. Meneliti dan mengamati perkembangan seni rupa melalui jalur penciptaan, memang mengantarkan kita pada dimensi aksiologi nilai etika dan estetika yang unik dan personal. Setiap perupa memiliki dunia rupanya yang otonom serta pengendapaan nilai etika dalam proses berkaryanya namun tetap mampu membumikan diri untuk beradaptasi, toleransi dan hidup multikultur.

PENGARUH KEGIATAN KEMAH BUDAYA ATSANTI TERHADAP ANTUSIASME GENERASI MUDA TERHADAP KEBUDAYAAN: SURVEI OPINI PUBLIK PADA PESERTA KEMAH BUDAYA ATSANTI TAHUN 2022 DI MAGELANG, JAWA TENGAH

PENGARUH KEGIATAN KEMAH BUDAYA ATSANTI TERHADAP ANTUSIASME GENERASI MUDA TERHADAP KEBUDAYAAN: SURVEI OPINI PUBLIK PADA PESERTA KEMAH BUDAYA ATSANTI TAHUN 2022 DI MAGELANG, JAWA TENGAH, 2023

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya pengenalan dan antusiasme generasi muda terhadap kebudayaan Indonesia. Dari permasalahan tersebut, Atma Nusvantara Jati (Atsanti) Foundation ingin membantu mengenalkan dan mengembangkan antusias generasi muda terhadap kebudayaan Indonesia. Melalui kajian ini, Peneliti diharapkan dapat menjawab keinginan Penulis tentang antusiasme generasi muda terhadap kebudayaan, lewat kegiatan-kegiatan, khususnya dalam Kemah Budaya Atsanti. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengkaji opini peserta Kemah Budaya Atsanti tentang ketercapaian tujuan, bentuk pelaksanaan, dan makna setiap kegiatan dalam Kemah Budaya Atsanti tahun 2022 terhadap antusiasme generasi muda terhadap kebudayaan. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa pedoman angket. Sumber data dalam penelitian ini adalah 20 orang peserta Kemah Budaya Atsanti 2022. Kata Kunci: Kemah Budaya Atsanti, Antusiasme, Generasi muda, Kebudayaan