BUDAYA JAWA DAN EKSISTENSINYA (original) (raw)
Related papers
AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA
ABSTRAK Kemunculan dan perkembangan Islam di Dunia Indo-Melayu (termasuk di dalamnya adalah Jawa) menimbulkan transformasi kebudayaan-peradaban lokal. Transformasi suatu kebudayaan-peradaban melalui pergantian agama dimungkinkan, karena Islam bukan hanya menekankan keimanan yang benar, tetapi juga tingkah yang baik, yang pada giliranya harus diejawantahkan setiap Muslim dalam berbagai aspek kehidupan, dan tentu saja termasuk aspek budaya di dalamnya. Masuknya Islam ke Jawa, dalam konteks kebudayaan membawa dampak pada akulturasi Islam dan budaya Jawa, yaitu budaya yang telah hidup dan berkembang selama masa kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu Jawa. Akulturasi Islam dan budaya Jawa dapat dilihat pada batu nisan, arsitektur (seni bangunan), seni sastra, seni ukir, dan berbagai tradisi perayaan hari-hari besar Islam. akulturasi Islam dan budaya Jawa dapat dilihat dalam setiap era kesultanan (kerajaan Islam) yang ada di Jawa, baik era Demak, era Pajang, maupun era Mataram Islam. Pada era Demak, akulturasi antara Islam dan budaya Jawa terjadi dalam banyak hal, misalnya, arsitektur, seni ukir,
BUDAYA JAWA DALAM BINGKAI PEMILU
dalam kegiatan pemilu, khususnya di Indonesia sering kita temui fenomena "golput". demi menekan angka golput dalam kegiatan PEMILU, maka kita dapat memasukkan unsur tradisi dan budaya JAWA dalam kegiatan PEMILU. Contohnya, penggunaan baju tradisional JAWA oleh panitia PEMILU di TPU (Tempat Pemilihan Umum). ini diharapkan bisa membuat masyarakat tertarik untuk datang ke TPU
TRADISI DAN BUDAYA MASYARAKAT JAWA DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Islam hingga sekarang belum bisa meninggalkan tradisi dan budaya Jawanya. Di antara tradisi dan budaya ini terkadang bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Tradisi dan budaya Jawa ini sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa, terutama yang abangan. Di antara tradisi dan budaya ini adalah keyakinan akan adanya roh-roh leluhur yang memiliki kekuatan ghaib, keyakinan adanya dewa dewi yang berkedudukan seperti tuhan, tradisi ziarah ke makam orang-orang tertentu, melakukan upacara-upacara ritual yang bertujuan untuk persembahan kepada tuhan atau meminta berkah serta terkabulnya permintaan tertentu.
FENOMENA BUDAYA SUNGKEM MASYARAKAT JAWA DALAM
PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN SESEORANG BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki ciri khas tertentu yang membedakan dari negara lain. Keanekaragaman suku dan budaya yang ada di Indonesia menjadi salah satu ciri khas masyarakat Indonesia. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia (Mulyana D. &., 2006). Fong berpendapat bahwa identitas budaya merupakan konstruksi sosial yang diidentitaskan komunikasi dari sistem perilaku simbolik verbal dan non verbal yang memiliki arti dan yang dibandingkan antara anggota kelompok yang memiliki rasa saling memiliki dan yang membagi tradisi, warisan, bahasa dan norma-norma yang sama (Wafda, 2014). Wafda (2014) juga menambahkan, orang Jawa selalu bergaul ditengah masyarakat dengan menerapkan etika (sopan-santun atau tata krama). Penerapan etika ini dapat disaksikan melalui tradisi ujung pada saat hari lebaran, dimana orang-orang muda datang kepada para sesepuh untuk melakukan sungkeman. Selain itu, orang Jawa selalu mengucapkan kata permisi saat melewati orang-orang yang tengah duduk berkumpul atau makan bertamu pada seseorang. Etika dalam kehidupan orang Jawa pula ditunjukkan melalui tutur kata atau sikapnya yang terkesan halus dan merendah. Dari banyaknya kebudayaan Jawa, salah satu budaya Jawa yang hingga saat ini masih teraplikasikan adalah fenomena sungkeman, Dikutip dari Ellissa R. Sinaga (2011), sungkeman memiliki pengertian sebuah sikap hormat dalam posisi berjongkok atau menundukkan kepala dan menghaturkan sembah, maaf, doa, maupun restu kepada orangtua atau orang yang dituakan. (Sinaga, 2011). Sungkeman sebagai bentuk rasa hormat kepada orangtua, menurut Dyah N. Khafifah (2013) juga memiliki manfaat memberikan ketenangan kepada pelaku dan keterkaitan batin dengan orangtua nya. Seorang doktor psikologi dari Harvard, GW Allport juga mendefinisikan kepribadian sebagai susunan sistem-sistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu, yang menentukan penyesuaian yang unik terhadap lingkungan. Sistem psikofisik yang dimaksud Allport meliputi kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional, perasaan dan motif yang bersifat psikologis tetapi mempunyai dasar fisik dalam kelenjar, saraf, dan keadaan fisik anak secara umum. (Marlinah, 2011). Dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih
PETRUS GIAN PRATAMA PUTRA
Perlu dipahami bahwa Indonesia terdiri dari berbagai macam budaya yang mewarnai berbagai tempat diseluruh penjuru negeri. Gereja perlu memajukan inkulturasi agar iman Kristiani dapat mengakar pada budaya-budaya daerah itu. Arus globalisasi menjadi tantangan bagi budaya daerah ketika nilai-nilai materialisme, konsumerisme, dan hedonisme mulai masuk dalam kehidupan masyarakat dan menggeser nilai-nilai tradisional. Pada pembahasan kali ini akan dipaparkan pandangan tentang Yesus Kristus menurut budaya Jawa.
KOSMOLOGI BUDAYA JAWA DALAM TAFSÎR AL-IBRÎZ KARYA KH. BISRI MUSTHOFA
This article discusses the literature interpretation production Bisri Musthofa (1915( -1977, entitled al-Ibrîz li Ma"rifat Tafsîr al-Qur"ân al-"Azîz. As a work of interpretation, al-Ibrîz packaged in the form of prose and using low Javanese language as the language of his introduction. At the theoretical level, low Javanese language choice is an option that does not mess around, because through that way Bisri Musthofa should risking authority in expressing the totality of his work. However, the problem of whether the arrangement and selection of diction to bang and play with the reader"s emotions, al-Ibrîz have really paid attention to the culture and cosmology Java adequately? Whether that interpretation can also be "in addition to" scientific work as well as the interpretation of literary works that contain Java defense of the existence of all Javanese? In addition, al-Ibrîz that in fact the result of a thought Bisri when interacting with the text of the Koran can not be separated from the goals, interests, experiences and socio-political circumstances surrounding them, so it is legitimate to question whether al-Ibrîz relevant to the demands of his time or not? In this context, this article was written.
PENGARUH BUDAYA JAWA DALAM KEKUASAAN POLITIK SOEHARTO
2021
Era Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto, Indonesia menjelma menjadi negara yang patut diperhitungkan di kawasan Asia Pasifik. Di masa kepemimpinannya sebagai Presiden, Soeharto memfokuskan pada pembangunan ekonomi dengan konsepnya yaitu Repelita I sampai dengan Repelita V. Soeharto menginginkan pemerintahan yang kuat dan berusaha mewujudkan kesejahteraan rakyat dalam usaha-usaha pembangunan nasional. Selain fokus pada pembangunan ekonomi, ia juga membangun kerjasama dengan negara-negara kawasan dengan menjalankan pembangunan politik luar negeri bebas aktif. Pemikiran politik Soeharto tak lepas dari pengaruh budaya Jawa sebagai latar belakang kehidupannya seperti yang tertulis dalam bukunya yang berjudul Butir-Butir Budaya Jawa: Hanggayuh Kasampurnaning Hurip Berbudi Bawaleksana, Ngudi Sejatining Becik. Konsep kepemimpinan Jawa merupakan konsep kekuasaan raja (ratu) yang dimengerti sebagai orang yang memusatkan suatu takaran kekuatan kosmis dalam dirinya. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui konsep kekuasaan menurut budaya Jawa serta kaitannya dengan kekuasaan politik yang dijalankan oleh Soeharto di era Orde Baru. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah penelitian sejarah dengan studi kepustakaan kemudian di intepretasikan ke dalam teori yang dikemukakan oleh Benedict R.O.G Anderson dalam tulisannya yang berjudul “The Idea of Power in Javanese Culture” mengenai konsep kekuasaan menurut budaya Jawa. Pokok pembahasan dalam penelitian ini dirumuskan dalam dua permasalahan yakni konsep kekuasaan dalam budaya Jawa dan kekuasaan politik Soeharto di masa Orde Baru. Hasil penelitian dalam makalah ini mengungkapkan bahwa Soeharto telah menerima wahyu dari Hyang Murbeng Dumadi untuk menjadi Presiden menggantikan Soekarno. Kata kunci: Budaya Jawa, Kekuasaan, Soeharto.
AKULTURASI BUDAYA ACEH PADA MASYARAKAT JAWA DI KOTA LANGSA
2012
Kehadiran etnis Jawa 1 di Aceh pada umumnya dan Langsa khususnya merupakan suatu kenyataan yang terjadi hingga saat ini dan masih tetap bertahan. Mereka telah bermigrasi ke daerah ini cukup lama. Menjalani kehidupan seperti masyarakat kebanyakan dan sudah beranak pinak. Ketika mereka datang, mereka telah membawa budayanya ke Aceh.