TUHAN YESUS DALAM BUDAYA JAWA (original) (raw)
Related papers
BUDAYA JAWA DALAM BINGKAI PEMILU
dalam kegiatan pemilu, khususnya di Indonesia sering kita temui fenomena "golput". demi menekan angka golput dalam kegiatan PEMILU, maka kita dapat memasukkan unsur tradisi dan budaya JAWA dalam kegiatan PEMILU. Contohnya, penggunaan baju tradisional JAWA oleh panitia PEMILU di TPU (Tempat Pemilihan Umum). ini diharapkan bisa membuat masyarakat tertarik untuk datang ke TPU
Jawa adalah bagian dari kepulauan NKRI yang paling padat penduduknya. Pulau Jawa itu sendiri terbagi menjadi provinsi Banten, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Selain padat penduduknya, Jawa juga kaya akan khasanah budaya, karena dari masing-masing provinsi tersebut memiliki budaya, tradisi, dan latar belakang yang berbeda-beda.
"YESUS KRISTUS SEBAGAI RAJA DALAM BUDAYA JAWA" DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH
Tema ini saya pilih karena latar belakang budaya masyarakat Jawa yang secara turun temurun tentang kekuasaan di tambah lagi dengan hadirnya kebudayaan dan agama Hindu dari India hingga membentuk kerajaan-kerajaan besar di nusantara ini terutama di tanah Jawa. Seiring berjalannya waktu, kebudayaan masyarakat Jawa juga semakin berkembang dimana semakin menguat pada era perdagangan hingga banyaknya pendatang dan musafirmusafir dari timur tengah lalu menuju era kolonialisme Belanda yang membawa kebudayaan nasrani yang berkembang di Eropa ke Indonesia.
AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA
ABSTRAK Kemunculan dan perkembangan Islam di Dunia Indo-Melayu (termasuk di dalamnya adalah Jawa) menimbulkan transformasi kebudayaan-peradaban lokal. Transformasi suatu kebudayaan-peradaban melalui pergantian agama dimungkinkan, karena Islam bukan hanya menekankan keimanan yang benar, tetapi juga tingkah yang baik, yang pada giliranya harus diejawantahkan setiap Muslim dalam berbagai aspek kehidupan, dan tentu saja termasuk aspek budaya di dalamnya. Masuknya Islam ke Jawa, dalam konteks kebudayaan membawa dampak pada akulturasi Islam dan budaya Jawa, yaitu budaya yang telah hidup dan berkembang selama masa kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu Jawa. Akulturasi Islam dan budaya Jawa dapat dilihat pada batu nisan, arsitektur (seni bangunan), seni sastra, seni ukir, dan berbagai tradisi perayaan hari-hari besar Islam. akulturasi Islam dan budaya Jawa dapat dilihat dalam setiap era kesultanan (kerajaan Islam) yang ada di Jawa, baik era Demak, era Pajang, maupun era Mataram Islam. Pada era Demak, akulturasi antara Islam dan budaya Jawa terjadi dalam banyak hal, misalnya, arsitektur, seni ukir,
Institut Teknologi Bandung, 2022
The arrival of Europeans to Nusantara in the 15th century gave various influences on people's lives, especially on cultural and religious aspects. Catholicism began to emerge among the people of Nusantara as a new belief; brought by the Europeans at that time. After going through various dynamics such as the power acquisition from the Portuguese to the Dutch, the spread of Catholicism had experienced turmoil in Nusantara and had to adapt to the socio-political conditions among the people at that time. Inculturation is one of the ways for Catholicism to gain sympathy and get closer to the community, by merging Catholic culture with local culture. The real form of inculturation can be seen through the construction of churches, where church architecture will try to follow and combine elements of Catholicism with local culture, one of which is the Church of the Sacred Heart of the Lord Jesus (Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus) in Ganjuran, Yogyakarta. This research is one of the efforts to review objects or artifacts that are a form of inculturation at the Church of the Sacred Heart of the Lord Jesus, Ganjuran. Reviews of these objects and artifacts will be studied further to find out whether there is an impact on the worship procedures in the church. The method used in this research is a descriptive analysis by collecting data, such as: literature review, documentation and observation. The Yogyakarta earthquake in 2006 changed the presentation of HKTY Church, Ganjuran; which leaned towards Java. This is proved by the existence of artifacts such as the statue of the Virgin Mary, the statue of Jesus Christ, and the Temple of The Sacred Heart of Jesus, which adapt Javanese culture but there are still conventional aspects of Catholicism from the Vatican which are reflected in its visuals or philosophy. The form of inculturation that emerged in the church finally encouraged the adaptation efforts of the HKTY Church, Ganjuran to carry out worship procedures using the traditions of Central Java, especially Yogyakarta.
TRADISI DAN BUDAYA MASYARAKAT JAWA DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Islam hingga sekarang belum bisa meninggalkan tradisi dan budaya Jawanya. Di antara tradisi dan budaya ini terkadang bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Tradisi dan budaya Jawa ini sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa, terutama yang abangan. Di antara tradisi dan budaya ini adalah keyakinan akan adanya roh-roh leluhur yang memiliki kekuatan ghaib, keyakinan adanya dewa dewi yang berkedudukan seperti tuhan, tradisi ziarah ke makam orang-orang tertentu, melakukan upacara-upacara ritual yang bertujuan untuk persembahan kepada tuhan atau meminta berkah serta terkabulnya permintaan tertentu.
KOSMOLOGI BUDAYA JAWA DALAM TAFSÎR AL-IBRÎZ KARYA KH. BISRI MUSTHOFA
This article discusses the literature interpretation production Bisri Musthofa (1915( -1977, entitled al-Ibrîz li Ma"rifat Tafsîr al-Qur"ân al-"Azîz. As a work of interpretation, al-Ibrîz packaged in the form of prose and using low Javanese language as the language of his introduction. At the theoretical level, low Javanese language choice is an option that does not mess around, because through that way Bisri Musthofa should risking authority in expressing the totality of his work. However, the problem of whether the arrangement and selection of diction to bang and play with the reader"s emotions, al-Ibrîz have really paid attention to the culture and cosmology Java adequately? Whether that interpretation can also be "in addition to" scientific work as well as the interpretation of literary works that contain Java defense of the existence of all Javanese? In addition, al-Ibrîz that in fact the result of a thought Bisri when interacting with the text of the Koran can not be separated from the goals, interests, experiences and socio-political circumstances surrounding them, so it is legitimate to question whether al-Ibrîz relevant to the demands of his time or not? In this context, this article was written.