Gangguan Dalam Perkembangan Jiwa Keagamaan KELOMPOK 1120191027 85080 1xjd9ri (original) (raw)

Prilaku Menyimpang Remaja terhadap Perkembangan Jiwa Keagamaan

2018

Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian dari pada makhluk sosial. Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.

Problem dan Jiwa Keagamaan

Kiki Eka Rasanti, 2019

Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seserang yang mendorong untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keagamaan terbentuk oleh dua faktor yaitu faktor intern dan faktor eksteren. Dalam kajian psikologi agama beberapa pendapat menyetujui akan adanya potensi beragama pada diri manusia. Manusia adalah homo religius(makluk beragama). Namun potensi tersebut memerlukan bimbingan dan pengembangan dari lingkungannya. Lingkungannya pula yang mengenalkan seseorang akan nilai-nilai dan norma-norma agama yang harus dituruti dan dilakoni. Menurut prof, D.r. mar 'at, telah menghimpun sebanyak 13 pengertian mengenai sikap yang dapat dirangkum menjadi 11 rumusan mengenai sikap. Rumusan umum tersebut adalah bahwa: 1. Sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi yang terus menerus dengan lingkungan. 2. Sikap selalu dihubungkan dengan objek seperti manusia, wawasan ataupun ide. 3. Sikap diperoleh dalam berinteraksi dengan manusia lain baik di rumah,sekolah , tempat ibadah ataupun tempat lainnya melalui nasihat,teladan atau percakapan. 4. Sikap sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak. 5. Bagian yang domianan dari sikap adalah persaan dan efektif, 6. Sikap memilikik tingkat insentitas terhadap objek tertentu yakni kuat atau. 7. Sikap bergantung kepada situasi dan waktu. 8. Sikap dapat bersifat relatif consisten dalam sejarah hidup indvidu. 9. Sikap merupakan bagian dari konteks persepsi ataupun kognisi individu. 10. Sikap merupakan penilaian terhadap suatu yang mungkin mempunyai konsekuensi tertentu bagi seseorang atau yang bersangkutan. 11. Sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indikator yang sempurna atau bahkan tdak memandai. Pskologi agama tampaknya sudah mulai menyadari potensi-potensi dan daya pskis manusia yang berkaitan dengan kehidupan spritual. Kemudian menempatkan potensi dan daya pskis tersebut sebagai sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia. Selain itu, mulai tumbuh suatu kesadaran baru mengenai hubungan anatra potensi dan daya pskis tersebut dengan sikap dan pola tingkah laku manusia. Secara fitrah memang manusia adalah makhluk yang suci sejak asal kejadiannya manusia membawa potensi beragama yang lurus. Sebagaimana dikemukakan oleh abuk ala al-maududi, bahwa ketundukan manusia yang fitrah kepada sang maha pencipta bersifat total.

Makalah Ilmu Jiwa Perkembangan PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEMARANG 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah "Membentuk Remaja Yang Unggul Dan Berpretasi Sejak Masa Kanak -Kanak" dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga penulis berterima kasih pada Ibu Hidayatus Sholihah,S.Pd.I.,M.Pd.,M.Ed selaku Dosen mata kuliah Ilmu Jiwa Perkembangan yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita "Membentuk Remaja Yang Unggul Dan Berpretasi Sejak Masa Kanak -Kanak" penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna . Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang , mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

RESUME KELOMPOK 2 Perkembangan psikologi agama

Resume Psikologi Agama Kelompok 2, 2019

A. Sejarah perkembangannya Perkembangan Psikologi Agama yang cukup pesat ini antara lain ditandai dengan diterbitkannya berbagai karya tulis, baik berupa buku maupun artikel dan jurnal yang memuat kajian tentang bagaimana peran agama dalam kehidupan manusia. Dengan demikian, psikologi agama kini telah memasuki berbagai bidang kehidupan manusia, sejak dari rumah tangga, sekolah, institusi keagamaan, rumah rumah sakit, panti asuhan, panti jompo, dan bahkan hingga ke lembaga kemasyarakatan. Untuk menetapkan secara pasti kapan Psikologi Agama mulai dipelajari memang terasa agak sulit. Baik dalam kitab suci, maupun sejarah tentang agama-agama tidak terungkap secara jelas mengenai hal itu. Namun demikian, walaupun tidak secara lengkap, ternyata permasalahan yang menjadi ruang lingkup kajian Psikologi Agama banyak dijumpai baik melalui informasi kitab suci agama maupun sejarah agama. Perjalanan hidup Sidharta Gautama dari seorang Putra Raja Kapilawastu yang bersedia mengorbankan kemegahan dan kemewahan hidup untuk menjadi seorang pertapa menunjukkan bagaimana kehidupan batin yang dialaminya nya dalam kaitan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Proses perubahan arah keyakinan agama ini mengungkapkan pengalaman keagamaan yang mempengaruhi diri tokoh agama Budha. Dan proses itu kemudian dalam Psikologi Agama disebut dengan konversi agama. Sidharta Gautama yang putra raja itu, sejak kecil sudah hidup dalam lingkungan istana yang serba mewah. Tetapi, ketika usia remaja saat melihat kehidupan masyarakat, Sidharta menyaksikan segala bentuk penderitaan manusia dari yang tua, sakit, dan ada yang meninggal dunia. Pemandangan seperti itu tak pernah dilihat Sidharta sebelumnya. Dari dialog dengan pengawalnya, Sidharta berkesimpulan bahwa kehidupan manusia penuh dengan penderitaan, mengalami usia lanjut, sakit, dan akhirnya akan mati. Segala yang disaksikan oleh Sidharta itu kemudian membatin dalam dirinya, hingga pada suatu malam ia keluar dari istana dan meninggalkan segala kemewahan hidup. Ia mengasingkan diri menjadi pertapa, hingga kemudian memberi arah baru dalam kehidupan selanjutnya. Sidharta Gautama mengalami konversi agama dari

Memahami Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Anak Dan Remaja

2016

The main issues discussed in this study was to understand the development of religious life in children and adolescents, according to Zakiyah Darajat that religious life in children and adolescents had been developed in line with the development of their physical and psychological. While in the context of the education of children and adolescents, parents and educators must understand and recognize how well the religious development in children and adolescents. The purpose of this research was to find scientific theories which are concrete and valid related to religion on mental development in children and adolescents. This research is a libarary research with descriptive qualitative using the Analysis Contain Approach, which analyzes the theories from the up to date and authentic sources. The research result found that: the stage of religious development in children through three stages, namely; (1) The Fairly Tale Stage (Fables Level); (2) The Realistic Stage (Confidence); and (3)...

Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Remaja

2020

Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa, masa yang sangat rentan karena masa penyesuain terhadap perubahan-perubahan baik secara fisik, psikis dan emosi yang terjadi pada diri remaja. Masa remaja di bagi menjadi tiga fase, yaitu fase remaja awal dalam rentang usia 12 sampai 15 tahun, fase remaja madya rentang usia 15 sampai 18 tahun, dan fase remaja akhir dalam rentan usia 18 sampai 21 tahun. Perkembangan agama pada remaja seiring dengan perkembangan fisik dan psiskis remaja, terdapat beberapa aspek yaitu pertumbuhan pikiran dan mental hal ini ditandai dengan adanya sifat kritis pada diri remaja terhadap ajaran agama. Perkembangan perasaan ditandai dengan perasaan sosial, etis dan estetis mendorong remaja untuk menghayati kehidupan agama yang terbiasa di lingkungannya. Pertimbangan sosial, ditandi remaja lebih memilih kehidupan dunia daripada akhirat, namun di saat tertentu remaja mencari kebahagiaan jiwa dengan menggantungkan diri kepada Tuhan. Perkemba...

Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Orang Dewasa Dan Usia Lanjut

Kiki Eka Rasanti, 2019

Manusia adalah makhluk yang eksploratif karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia disebut sebagai makhluk potensial, karena pada diri manusia tersimpan sejumlah kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan. Selanjutnya manusia juga disebut sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya, karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal manusia memrlukan bantuan dari luar dirinya. Perkembangan yang negatif akan terlihat dalam berbagai sikap dan tingkah laku yang menyimpang. Bentuk tingkah laku menyimpang ini terlihat dalam kaitanya dengan kegagalan manusia untuk memenuhi kebutuhan, baik yang bersifat fisik maupun psikis. Para ahli psikologi perkembangan membagi perkembangan manusia berdasarkan usia menjadi beberapa tahapan atau periode perkembangan. Secara garis besarnya priode perkembangan ituterbagi menjadi: 1) Masa prenatal; 2) Masa bayi; 3) Masa kanak-kanak; 4) Masa prapubertas; 5) Masa pubertas (remaja); 6) Masa dewasa; 7) Masa usia lanjut. Setiap masa perkembangan neniliki ciri-ciri tersendiri, termasuk perkembangan jiwa keagamaan. A. Macam-macam Kebutuhan Dalam bukunya Pengantar Psikologi Kriminil Drs. Gerson W. Bawengan, S.H mengemukakan pembagian kebutuhan manusia berdasarkan pembagian yang dikemukakan oleh J.P Guilford sebagai berikut: 1. Kebutuhan Individual Terdiri Dari: a. Homeostatis, yaitu kebutuhan yang dituntut tubuh dalam proses penyesuain diri dengan lingkungan. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan tubuh akan zat, protein, air, garam, mineral, vitamin, oksigen dan lainya. b. Regulasi temperatur adalah penyesuaian tubuh dalam usaha mengatasi kebutuhan akan perubahan terhadap temperatur badan. c. Tidur merupakan kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi agar terhindar dari gejala halusinasi. d. Lapar adalah kebutuhan biologis yang harus dipenuhi untuk membangkitkan energi secara organis.

Makalah Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Anak dan Remaja

Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, fisik maupun psikis. Walaupun dalam keadaan yang demikian ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten. Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang mantap lebihlebih pada usia dini.

RAGAM KAJIAN AGAMA DAN DINAMIKA KEHIDUPAN BERAGAMA

Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2018

Mengkaji keberagamaan (religiusitas) masyarakat selalu mena¬rik utamanya bagi kalangan ilmuwan sosial dan humaniora karena pe¬ran dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia dan masya¬rakat sangat dinamis. Dinamika tersebut tampak, di antaranya dari munculnya agama sebagai variabel penting dalam hampir segala pe¬ristiwa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, baik peristiwa-peristiwa yang menyenangkan, maupun yang menyedihkan; yang menguntungkan maupun yang merugikan bangsa; peristiwa damai maupun konflik sosial.

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI AGAMA

Kiki Eka Rasanti, 2019

Untuk menetapkan secara pasti kapan Psikologi Agama mulai dipelajari memang terasa agak sulit. Namun demikian, walaupun tidak secara lengkap, ternyata permasalahan yang menjadi ruang lingkup kajian Psikologi Agama banyak dijumpai baik melalui informasi kitab suci agama maupun sejarah agama. Perjalanan hidup Sidharta Gautama dari seorang Putra Raja Kapilawastu yang bersedia mengorbankan kemegahan dan kemewahan hidup untuk menjadi seorang pertapa menunjukkan bagaimana kehidupan batin yang dialaminya nya dalam kaitan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Proses perubahan arah keyakinan agama ini mengungkapkan pengalaman keagamaan yang mempengaruhi diri tokoh agama Budha. Dan proses itu kemudian dalam Psikologi Agama disebut dengan konversi agama. Proses yang hampir serupa dilukiskan pula dalam Alquran tentang cara Ibrahim as. memimpin umatnya untuk bertauhid kepada Allah Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang lalu berkata: "Inilah Tuhanku" tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." Kemudian, tatkala dia melihat bulan terbit, dia berkata "Inilah Tuhanku." Tetapi setelah bulan itu terbenam ia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat." Kemudian, tatkala dia melihat matahari terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku. ini yang lebih besar" maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata "Hai kaumku, sesungguhnya aku terlepas ciri dari apa yang kamu persekutukan. (Q.S 6:76-78). Perumpamaan ini melukiskan bagaimana proses konversi terjadi, walaupun dalam informasi kitab suci tersebut dikiaskan kepada Ibrahim as. yang berusaha meyakinkan pengikutnya tentang kekeliruan mereka menyembah benda-benda alam yang hakekatnya hanyalah sebagai ciptaan dan tak layak disembah. Berdasarkan sumber barat para ahli psikologi agama menilai bahwa kajian mengenai psikologi agama mulai populer di sekitar akhir abad ke-19. Sekitar masa itu psikologi yang semakin berkembang digunakan sebagai alat untuk kajian agama. Kajian semacam itu dapat