Krisis Kapitalisme dan Pemantapan Kembali Kearifan Tempatan (original) (raw)
Related papers
Krisis Identitas, Putusnya Estafet Kearifan Lokal Dan Peningkatan Risiko Bencana
Indonesia telah dikenal sebagai zamrud khatulistiwa dengan sumberdaya alam yang kaya serta lokasi geografis yang dianggap strategis. Artikel ini membahas tentang hilangnya krisis identitas yang ada pada kalangan pemuda yang menyebabkan terputusnya estafet kearifan lokal, terutama terkait dengan bencana. Kearifan lokal dalam manajemen bencana telah terbukti menyelamatkan banyak nyawa dalam berbagai kasus kejadian bencana. Hal ini berarti maka terputusnya estafet kearifan lokal pada generasi mendatang akan menyebabkan terjadinya peningkatan risiko bencana di suatu wilayah.
Mempertahankan Kearifan Lokal di Era Globalisasi
Abstrak Globalisasi yang di identikan dengan kemajuan teknologi telah menyebar luas keseluruh penjuru bumi, dan menyentuh dimanapun manusia berada. Kehadiran tehnologi informasi menjadi ciri utama dari proses globalisasi. Globalisasi memudahkan manusia untuk menjalankan kehidupannya serta menjali hubungan dengan manusia lainnya tanpa harus bertemu ataupun bertatap muka. Adanya arus global yang sangat kuat menyerang sendi – sendi kehidupan masyarakat Indonesia membuat nilai – nilai lokal tidak sepopuler dan sekuat dahulu. Dengan semakin melemahnya nilai – nilai kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Indonesia saat ini. Untuk itu diperlukan strategi yang dapat digunakan masyarakat untuk mempertahankan nilai – nilai kearifan lokal. Tulisan ini akan mengkaji bagaimana pengaruh globalisasi terhadap nilai – nilai kearifan lokal dan bagaimana strategi yang harus dilakukan masyarakat untuk mempertahankan nilai – nilai kearifan lokal di masyarakat dengan gempuran kuat globalisasi. Kajian ini sangat menarik karena kedua memiliki posisi yang sama dimasyarakat dengan nilai – nilai yang berbeda.
Kearifan Lokal di Tengah Modernisasi
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2011
Pengungkapan kearifan lokal yang terkait dengan kebudayaan itu, memiliki arti penting untuk menjaga keberlanjutan kebudayaan, sekaligus agar selalu terjaga kelestariannya. Terlebih lagi, di tengahtengah modernisasi yang istilahnya saat ini lebih akrab dikenal sebagai globalisasi. Yang dalam kenyataannya, globalisasi itu dapat menggeser nilai-nilai budaya lokal oleh nilai budaya asing yang berkembang begitu pesat di dalam kehidupan masyarakat di Indonesia, baik yang hidup di perkotaan maupun perdesaan.
Globalisasi Sebagai Ancaman Terhadap Identitas Kearifan Lokal
naufal raihan, 2021
Cultural globalisation refers to the rapid movement of ideas, attitudes, meanings, values and cultural products across national borders. It refers specifically to idea that there is now a global and common mono-culture-transmitted and reinforced by the internet, popular entertainment transnational marketing of particular brands and international tourism-that transcends local cultural traditions and lifestyles, and that shapes the perceptions, aspirations, tastes and everyday activities of people wherever they may live in the world' This paper is based on the observations and analysis made by the author.
Kearifan Lokal Versus Otoritas Penguasa
Sukolilo Pati terusik karena pemerintah akan mendirikan pabrik Semen Gresik. Penolakan warga ini di latar belakangi oleh sebuah pandangan hidup yang kita kenal dengan Ajaran Samin. Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan penelitian menggunakan paradigma konstruktivisme yaitu untuk mengungkap argumen serta bukti-bukti melalui eksplarasi hermeneutik terhadap teks dan realitas sosial bentuk perlawanan masyarakat adat Sikep berbasis kearifan lokal. Politik kebijakan yang ada saat ini sarat dengan paradigma eco-developmentalism yang menguntungkan pihak investor disatu pihak dan meminggirkan masyarakat dan kepentingan ekologis dipihak lainnya. Konsekuensi logis ketika pembentukan peraturan perundangan tidak berakar pada nilai-nilai yang hidup dan tumbuh dari masyarakat. Dalam implementasinya telah menggusur hak-hak masyarakat adat/lokal atas penguasaan dan pemanfaatan sumber daya alam, serta mengabaikan kemajemukan hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.
KEPEMIMPINAN TRADISIONAL DAN POTRET DEMOKRASI LOKAL
Literasi Nusantara, 2021
Tampaknya, bukan hanya status position itu yang dipandang sebagai sebuah “aset” untuk menikmati aneka bentuk fasilitas dan setumpuk keistimewaan lainnya yang bertengger di atas sebuah kursi panas. Akan tetapi, sesungguhnya telah terjadi pergeseran paradigma dalam konsep kepemimpinan yang kini mulai mengidentikkan kepemimpinan dengan kekuasaan. Akibatnya, merebaklah malpraktek kekuasaan yang berwujud korupsi serta perilaku penyimpangan lainnya yang membankrutkan bangsa dan negara yang kaya raya Sumber Daya Alam (SDA) ini. Betapa tidak, kita seolah tidak mau tahu bahwa sesungguhnya tugas kepemimpinan itu adalah memimpin jiwa-jiwa manusia untuk tunduk dan taat kepada Allah dan rasul-Nya, sehingga sang pemimpin harus cerdas mendidik keimanan dan ketaqwaan orang-orang di sekitar wilayah kepemimpinannya. Selain pemimpin harus fungsional sebagai leader dalam rangka menjalankan Mision Profetik, juga harus menjalankan tugasnya sebagai manajerial dalam rangka mengatur organisasi keduniaan. Sesungguhnya, jabatan yang digapai melalui pesta demokrasi merupakan seonggok bara api yang bermakna kekuasaan dan bermakna tanggungjawab. Karena itu, besar harapan agar buku Kepemimpinan Tradisional dan Potret Demokrasi Lokal ini, tidak hanya dapat menjadi pelengkap penderita atas masih kurangnya referensi menyoal “Demokrasi Lokal” di masa kerajaan dan kesultanan masa lalu. Akan tetapi, juga dapat menjadi setetes penyejuk kedahagaan dalam membina dan mengembangkan mata kuliah “Masyarakat Sipil dan Demokrasi” pada jurusan sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo.
Kearifan Lokal Guna Pemecahan Masalah
Perubahan adalah keniscayaan dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan yang terjadi bukan saja berhubungan dengan lingkungan fisik, tetapi juga dengan budaya manusia. Hubungan erat antara manusia dan lingkungan kehidupan fisiknya itulah yang melahirkan budaya manusia. Budaya lahir karena kemampuan manusia mensiasati lingkungan hidupnya agar tetap layak untuk ditinggali waktu demi waktu.
Prespektif Kearifan Lokal (kritik terhadap Prespektif Konflik Nilai)
Prespektif ini menjadi jawaban atas permasalahan yang sifatnya dualisme, saling berhadapan. Pendekatan penyelesaian masalah yang berupa konflik, baik yang sifatnya prefentif sampai pada penyelesaian paska konflik telah dijabarkan. Melihat pondasi pemikiran konflik ini, terdapat beberapa kritik, salah satunya adalah adanya kelas menengah. Kelas yang tidak tercaver pada owner, maupun labour. Kelompok ini bisa berupa pengusaha, politikus, maupun intelektual.