Filsafat Ilmu : Berfikir Induktif deduktif (original) (raw)

Logika Berfikir Deduktif & Induktif

Logika Berfikir Deduktif & Induktif, 2018

  1. Logika berfikir Induktif : Erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum (KHUSUS-UMUM) 2) Logika berfikir deduktif : Membantu menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (UMUM-KHUSUS)

Filsafat Ilmu Konsep Dasar Berfikir Ilmiah dengan Penalaran Deduktif

Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia berpikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian, pembentukan pendapat, dan kesimpulan atau keputusan dari sesuatu yang dikehendaki (Achmadi, 1998). Menurut Himsworth (1997), manusia adalah makhluk yang berpikir. Setiap saat dari hidupnya, sejak dia lahir sampai masuk liang lahat, dia tak pernah berhenti berpikir. Hampir tak ada masalah yang menyangkut dengan perikehidupan yang terlepas dari jangkauan pikirannya, dari soal paling remeh sampai soal paling asasi (Hardiman, 2004).

Jendela Logika dalam Berfikir: Deduksi dan Induksi sebagai Dasar Penalaran Ilmiah Imron Mustofa

Abstrak Logika memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan pengetahuan serta pengkajian-pengkajian pengetahuan tertentu. Sebagai sebuah ilmu pengetahuan ia menjadi dasar yang menentukan pemikiran agar lurus, tepat dan sehat. Sebab fungsi logika menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang ditepati. Logika merupakan ilmu yang memberikan prinsip-prinsip yang harus diikuti agar dapat berfikir valid menurut aturan yang berlaku. Ini dikarenakan, Penalaran ilmiah menghendaki pembuktian kebenaran secara terpadu. Antara kebenaran rasional dan factual ataupun deduktif dan induktif yang keduanya menggunakan hipotesa sebagai jembatan penghubungnya. Baik deduktif dan induktif bukan tanpa cacat, karenanya perlu sebuah identifikasi lebih jauh, guna mencapai suatu metode penalaran ilmiah yang mengamini pembuktian terpadu, antara rasional dan kebenaran factual.

Orientasi Ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu

Aksiologi yaitu cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Sebagai landasan ilmu aksiologi mempertanyakan untuk pengetahuan yang berupa ilmu itu digunakan? Bagaimana kaitan ntara cara penggunaan itu dan kaidah moral? Bagaimana penentuan jek yang ditelaah berdasarkan pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik, prosedural yang merupakan operasionaliaasi metode ilmiah dan norma-norma moral atau profesional? Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun S. Suriasumantri (2010) mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan penggunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut Francia Bacon dalam Jujun bahwa "pengetahuan adalah kekuasaan" apakah kekuasaan itu merupakan berkat atau justru malapetaka bagi umat manusia. Memang kalaupun terjadi malapetaka yang diaebabkan oleh ilmu, kita tidak bisa mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu, karena ilmu itu sendiri merupakan alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya. Lagi pula ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung pada pemilik dalam menggunaannya. Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai, layak, pantas, patut dan Logos yang berarti teori, pemikiran. Jadi Aksiologi adalah "teori tentang nilai". Aksiologi merupakan teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian. Pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni etika. Kedua, esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan (seni/estetika). Ketiga, sosio political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosiopolitik. Jadi, aksiologi yaitu teori tentang nilai-nilai ketiga aspek ini, yakni moral, keindahan, dan sosial politik. Lebih lanjut, menurut John Sinclair dalam Jujun S. Suriasumantri (2010), dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial, dan agama. Adapun nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap insan. Aksilogi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi, Aksiologi merupakan ilmu yang mempelaiari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfadtkan dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang baik pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan di jalan yang tidak benar. Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus diaesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan

Pendekatan Filsafat terhadap Dakwah

This article analysis philosophical approaches to the study of dakwah. The writer identifies three main positions dealing with the relationship between philosophy and dakwah. These three positions are: (1) philosophy as the handmaid of dakwah; (2) philosophy as the analytic study of dakwah; and (3) the philosophy of science as a secondary reflection on the study of dakwah. As the handmaid, philosophy defenses religious convictions. Its program is to demonstrate rationally the existence of God. And the philosophy of science scrutinizes the nature of dakwah studies. Philosophy, as the analytic study, aims to analyse and clarify the nature and function of dakwah.

Berpikir Kritis berdasarkan Ilmu Filsafat dan Integritas

Abstrak Dalam kehidupan sehari-hari dan setiap aktivitas, manusia selalu terlibat di dalam pengambilan suatu keputusan, baik keputusan sederhana maupun yang kompleks. Apalagi sebagai seorang dokter, haruslah dapat mengambil suatu keputusan penatalaksanaan yang tepat. Berdasarkan tinjauan filosofis dalam pengambilan keputusan memungkinkan kita menarik kesimpulan yang lebih independen, mencapai kebenaran tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bias dan subyektif. Filsafat dapat membantu memberikan pemahaman yang mendalam dan metode yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan yang tepat melalui empat cara, yakni kebijaksanaan, emosi, pemikiran kreatif dan kritis, serta etika. Dalam pembuatan keputusan nilai-nilai kebenaran mempunyai peran yang penting. Oleh sebab itu integritas ini diperlukan karena didalam integritas terdapat nilai kebenaran, lebih bersinonim dengan kejujuran, menolak kebohongan. Kata kunci: bepikir kritis, filsafat, integritas. Abstract In everyday life and every activity, people are always involved in making a decision, both simple and complex decisions. Moreover, as a physician, must be able to take an appropriate management decisions. Based on a review of philosophical decision making allows us to draw conclusions more independent, reach the truth without being influenced by factors that are biased and subjective. Philosophy can help provide a deep understanding and methods useful for making the right decisions in four ways, namely wisdom, emotional, creative and critical thinking, as well as ethics. In making the decision the truth values have an important role. Therefore integrity is necessary because there is value in the integrity of truth, is synonymous with honesty, refused to lie.

Filsafat Dan Dakwah

2017

Perkembangan zaman yang semakin hari semakin pesat telah menggiring manusia pada kehidupan yang kompleks sekaligus dihadapkan pada persoalan hidup yang juga kompleks. Terkait dengan persoalan dakwah, nampaknya tidak ketinggalan pula telah masuk pada problematika yang kompleks juga. Dimana para dai dituntut untuk tidak hanya mampu menyampaikan pesan-pesan ajaran agama ansicg, tapi lebih dari itu semua, para dai pun dituntut untuk mampu menyumbangkan pemikirannya dalam menyelesaikan persoalan-persoalan hidup dan kehidupan yang dihadapi oleh masyarakat. Dalam konteks yang demikian, para dai dituntut untuk mampu berpikir keras dan radic (menyeluruh sampai ke akar persoalan). Dalam konteks berpikir ini maka para dai harus mampu berpikir kritis dan –memiliki ilmu berpikir (filsafat). Oleh sebab itu, para dai perlu menguasai ilMu filsafat dakwah agar dakwahnya bisa –selain menyelamatkan manusia dari kebodohan—juga dapat membantu manusia dari persoalan kehidupan yang membelitnya.