Penggunaan Bambu Petung Sebagai Alternatif Material Konstruksi Dinding Penahan Galian Pada Kondisi Tanah Non Kohesif (original) (raw)

Pemanfaatan Limbah Bambu Petung Untuk Daktilitas Beton

Science tech, 2019

In the wider community, bamboo is always used to make various facilities and infrastructure. The nature of bamboo which is able to grow everywhere and the price is very cheap, this material is the belle of the community. In the management of bamboo, flakes are produced which no longer function so that the community is only disposed of or for firewood. If the waste from the bamboo processing is mixed with a concrete mixture, it is expected to strengthen the concrete ductility. Testing is done by physical and mechanical tests and petung bamboo laminate sliding block test. In testing physical and mechanical properties based on ISO 1975 regulations. Testing the physical properties of petung bamboo includes the fiber parallel compressive strength test, the perpendicular compressive strength test of the fiber, tensile strength test, shear strength test and flexural strength test. Concrete compressive strength test to determine the strength of concrete ductility has a variation of 0.25, 0.50 and 0.75 bamboo flakes mixture with 9 repetitions of compressive testing respectively. Petung bamboo density obtained an average of 0.63 t / m³ and the average water content of petung bamboo was 12.83%. The average compressive strength of fibers is 26.85 MPa and the compressive strength of fibers is 9.62 MPa. Tensile Strength of petung bamboo is 226.39 MPa on average and the average shear strength of petung bamboo is 7.88 MPa. In the flexural strength test of petung bamboo is an average of 95.08 MPa. Concrete compressive strength presentation for 25 / CAMP / BTN obtained an average compressive strength of 19.18 MPa. In a mixture of 50 / CAMP / BTN obtained an average concrete compressive strength of 22.36 MPa. For a mixture of 75 / CAMP / BTN an average concrete strength of 17.91 MPa was obtained.

Pemanfaatan Laminasi Bambu Petung Untuk Bahan Bangunan

Science tech, 2019

Bambu adalah salah satu tanaman yang cepat tumbuh. Jika untuk kayu dengan kelas awet yang tinggi membutuhkan waktu dari penanaman bibit hingga siap dipanen adalh 30-40 tahun dan itupun setelah ditebang maka harus ditanam bibit lagi maka bambu cukup memakan waktu hingga 4-5 tahun untuk siap dipanen dan tiap tahun bisa ditebang terus tanpa perlu menanam lagi. Dengan pemanfaatan teknologi laminasi maka bulahbilah bambu dapat dimanfaatkan untuk dijadikan balok dengan berbagai ukuran dan berbagai bentuk. Laminasi dapat membuat kekuatan bambu Petung jauh lebih tinggi dibanding balok kayu solid. Pengujian dilakukan dengan uji fisik dan mekanik serta uji blok geser laminasi bambu Petung. Pada pengujian sifat fisik dan mekanik berdasarkan pada peraturan ISO 1975. Pengujian sifat fisik bambu Petung meliputi uji kerapatan kayu dan uji kadar air. Pengujian sifat mekanik bambu Petung meliputi uji kuat tekan sejajar serat, uji kuat tekan tegak lurus serat, uji kuat tarik, uji kuat geser dan uji kuat lentur. Pengujian blok geser laminasi bambu Petung untuk mengetahui kuat laminasinya mepunyai variasi perekat labur 30 MDGL, 40 MDGL dan 50 MDGL dengan masing-masing 3 ulangan pengujian geser. Kerapatan bambu Petung diperoleh rata-rata sebesar 0,63 t/m 3 dan kadar air rata-rata bambu Petung sebesar 12,83 %. Kuat tekan sejajar serat rata-rata sebesar 26,85 MPa dan kuat tekan tegak lurus serat rata-rata sebesar 9,62 MPa. Kuat tarik bambu Petung rata-rata sebesar 226,39 MPa dan kuat geser rata-rata bambu Petung sebesar 7,88 MPa. Pada pengujian kuat lentur bambu Petung rata-rata sebesar 95,08 MPa. Pengujian blok geser laminasi bambu Petung untuk 30/MDGL diperoleh rata-rata sebesar 1,105 kg/mm 2. Pada blok geser 40/MDGL diperoleh kuat geser rata-rata sebesar 1,133 kg/mm 2. Untuk blok geser laminasi 50/MDGL diperoleh kuat geser rata-rata sebesar 1,427 kg/mm 2 .

Aplikasi Bambu Pilinan Sebagai Tulangan Balok Beton

Civil Engineering Dimension, 2003

Reinforcing steel is a nonrenewable mining product. In order to solve this problem, bamboo, which is cheap and has a fairly high tensile strength, could be used as an alternative. In this study, bamboo is used to reinforce concrete beam. The beams are designed under reinforced with no compression reinforcement. All beams are reinforced with 12 mm bamboo Galah protected with water resistant layer. A four-point load test set up is used to ensure pure bending. The test results show that the average value of first crack moment is 15.26 % bigger compared with the calculated moment. This indicates that there is a reasonable agreement between experimental and theoretical results. The standard deviation (35,31 %) indicates that the quality of bamboo used in this study is not uniform. It could be concluded that, there is a possibility to use bamboo to replace steel as reinforcement, particularly for simple concrete structures. Abstract in Bahasa Indonesia : Baja tulangan adalah produk hasil ...

Bambu Jenis Petung Sebagai Alternatif Pengganti Tulangan Baja

Tulangan Bambu Petung (Dendrocalamus Asper), 2019

Betung petung adalah salah satu jenis bambu yang memiliki ukuran lingkar batang yang besar dan termasuk ke dalam suku rumput-rumputan. Bambu ini memiliki aneka nama lokal Bambu petung memiliki ukuran yang besar, dengan diameter batang bawah dapat mencapai 26 cm, panjang ruas berkisar antara 40-60 cm, tebal dinding 15-20 mm, dan tinggi batang mencapai 25 m. Sehingga batang bambu petung dapat dibelah dan dibentuk seperti tulangan untuk beton bertulangan. Buluhnya yang tebal umumnya dianggap kuat dan awet; pada kadar air 8% kerapatan kayunya antara 0,7-0,8 g/cm³. Pada kadar air 15%, keteguhan patah bambu betung adalah 103 N/mm²; keteguhan tekan sejajar arah serat 31 N/mm²; dan keteguhan gesernya 7,3 N/mm².

Pilinan Bambu sebagai Alternatif Pengganti Tulangan Tarik pada Balok Beton

Jurnal Aplikasi Teknik Sipil

Baja tulangan adalah produk olahan hasil tambang yang akan habis. Sebagai alternatif dicoba pemakaian tulangan bambu yang murah dan berkekuatan tinggi. Penelitian ini akan membandingkan kuat tarik Bambu Apus/Tali, Bambu Ori, dan Bambu Jawa/Kèlès yang sudah dipilin dengan tegangan leleh baja tulangan mutu U-22. Bambu akan diambil bagian kulitnya, dengan dimensi 1x3x750 mm. Bagian kulit diambil tiga helai dan dipilin, kemudian 15 pilinan disatukan dengan kawat bendrat sepanjang pilinan bambu dengan jarak 20 mm. Lalu, dilakukan uji kuat tarik dengan acuan tegangan leleh baja tulangan mutu U-22 pada PBBI 1971. Pilinan bambu jenis yang paling kuat akan diaplikasikan pada balok beton fc-22,5 dengan dimensi 20x40x100 cm. Dari hasil evaluasi ternyata kuat tarik pilinan bambu tidak dapat melebihi tegangan leleh baja tulangan mutu U-22. Kuat tarik pilinan bambu rata-rata terbesar adalah 1.989,97 kg/cm 2 , lebih kecil 9,55 % dari baja mutu U-22, yaitu dari bambu jenis Apus. Gaya lentur yang dihasilkan dari balok bertulangan pilinan bambu apus lebih besar 75,49 % dari hasil perhitungan balok normal secara teoritis menggunakan tegangan baja.

Perbaikan Tanah Lempung Berlanau Menggunakan Kombinasi Perkuatan Anyaman Bambu Dan Grid Bambu

Jurnal Ilmiah Desain & Konstruksi

Berbagai metode perbaikan tanah telah banyak dikembangkan, salah satunya dengan perkuatan tanah sebagai alternatif pemecahan masalah terhadap daya dukung tanah yang rendah dan besarnya penurunan. Dalam penelitian ini, anyaman bambu dan grid bambu digunakan sebagai material perkuatan yang diharapkan dapat menjadi alternatif material perkuatan untuk meningkatkan daya dukung tanah lempung dengan variasi kedalaman perkuatan, jarak grid dan spasi lapis perkuatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan daya dukung dari setiap variasi dengan nilai daya dukung tanpa perkuatan. Metodologi peneltian yang digunakan adalah pengujian dengan skala laboratorium. Data yang didapatkan dari pengujian tersebut kemudian dianalisa dengan membandingkan nilai daya dukung antara tanah tanpa perkuatan dengan menggunakan perkuatan yang dinyatakan dalam Bearing Capacity Ratio (BCR). Dari studi model di laboratorium diperoleh hasil bahwa dengan adanya pengurangan kedalaman perkuatan, ja...

Pengaruh Daya Dukung Pondasi Tiang Beton Bertulang Bambu Terhadap Tanah Gambut

Siklus: Jurnal Teknik Sipil, 2019

Berbagai kerugian dan kerusakan bangunan yang terjadi akibat kegagalan pondasi pada tanah sulit. Berbagai macam jenis pondasi pada tanah lunak telah diciptakan untuk mengatasi kegagalan tersebut, dengan nilai untuk sebuah pondasi bangunan relatif mahal. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang lebih baik untuk mengatasi masalah pondasi tersebut khususnya pada tanah gambut. Dalam penelitian ini mendisain sebuah pondasi yang bisa digunakan pada tanah gambut. Pondasi berbahan beton minimalis menggunakan tulangan bambu divariasikan menggunakan jumlah batang dan diameternya. Sampel pondasi beton di rancang di laboratorium, dan setelah umur beton tersebut mencukupi, dilakukan pengujian dilapangan dan diberikan beban secara vertikal. Selama pengujian dilakukan pencatatan beban secara vertikal diberikan dan penurunan yang terjadi. Dari pengujian dan analisis ini maka dapat dilihat kekuatan daya dukung dan penurunan pondasi di tanah gambut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk menentukan pondasi, dan pemanfaatan bambu sebagai bahan penganti tulangan besi pada pondasi beton.

Anyaman Bambu Sebagai Tulangan Panel Beton Pracetak

Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia

Bambu merupakan material bangunan yang murah, mudah diperoleh, mudah dikerjakan sendiri oleh masyarakat, terutama di daerah pedesaan, serta ramah lingkungan karena merupakan material alami yang dapat diperbaharui. Selain itu dari hasil penelitian menunjukan bahwa bambu memiliki kuat-tarik cukup tinggi yang setara dengan kuat-tarik baja lunak, sehingga memungkinkan dimanfaatkan sebagai pengganti tulangan baja pada beton. Di Indonesia, salah satu pemanfaatan bambu paling kuno oleh masyarakat adalah dengan cara menganyam bilah-bilah bambu menjadi sebuah bidang atau bentuk tertentu. Proses membuat anyaman oleh masyarakat yang telah berlangsung selama berabad-abad silam tersebut saat ini telah menghasilkan berbagai macam jenis, pola dan motif yang beragam. Selain dari faktor estetika, motif anyaman yang berbeda satu sama lain memunculkaan dugaan bahwa anyaman memiliki fungsi lain yang menarik untuk dikaji lebih lanjut, terutama dari sisi teknik atau engineering. Penelitian ini bertujuan ...

Pemanfaatan Limbah Pati Onggok Dan Sekam Padi Sebagai Bahan Dasar Panel Dinding Ringan Yang Tanggap Gempa

Khazanah, 2011

One cause is shortage of housing in Indonesia is caused by the high, of construction to buiid a shelter and to minimize the high cost of construction is one of them is to use a cheaper alternative wali panel quality. In addition, Indo nesia as a country that is vulnerable to earthquake shocks require earthquake response ofbuildings in order to anticipate the existence of damage and casual ties, In the article the results of this research, to create a lightweight wali panel including earthquake, the main material used is waste cassava starch and rice husk as filler and resin as matrix. The purpose ofthis article is to provide alterna tive building matenals solution that responds to earthquake shocks so it can be recommended as a wall panel including earthquake. The method used in the process ofresearch is puce research method in the laboratory while the analysis method is to use comparisons with the theories.of reference. In the process of material research, done byflnding the exact composition of resin, fiber starch, cassava and cassava pellets to obtain good mechanical characteristics. Results of laboratory tests showed that the composite panels on specific compositions have high mechanical characteristics.