Hubungan korioamnionitis dengan Asfiksia Neonatus pada kehamilan dengan ketuban pecah dini (original) (raw)

Hubungan Kehamilan Serotinus Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) (2012) Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2012 sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup (BKKBN, 2013). Pe-nyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan 28%, eklamsi 24%, infeksi 11%, partus lama 5%, aborsi 5%, dan lain-lain 27%, yang di dalamnya terdapat juga penyulit pada masa kehamilan dan penyulit pada masa persalinan (Kemenkes RI, 2010). Penyebab kematian bayi baru lahir salah satunya disebabkan oleh asfiksia (27%) yang merupakan penyebab kedua kematian bayi baru lahir setelah BBLR (Kemenkes RI, 2008). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kehamilan serotinus dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Tahun 2016. Metode penelitian yang digunakan berupa deskriptif korelatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 205 persalinan. Teknik sampling menggunakan purposive sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 13...

Literature Review Hubungan Ketuban Pecah Dini Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum

2020

Kejadian ketuban pecah dini di Indonesia terjadi pada 6-20% kehamilan, yang sangat berpengaruh pada kehamilan dan persalinan, makin lama jarak antara pecahnya selaput ketuban makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim yang dapat meningkatkan kejadian morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Komplikasi yang paling sering terjadi pada KPD adalah sindrom distres pernapasan yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir dan menyebabkan hipoksia. Dampak buruk asfiksia neonatorum bila berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak dan kematian pada bayi baru lahir. Tujuan penelitian ini untuk menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi kemudian melakukan analisis dinamika kolerasi antara fenomena atau faktor resiko dengan adanya faktor efek yang mengenai pengetahuan hubungan ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia neonatorum. Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan menggunakan strategi secara komprehensif baik nasional maupun internasional s...

Daftar Isi Hubungan Antara Ketuban Pecah Dini Dan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir

ABSTRAK Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat sehingga terwujud derajat kesehatan yang optimal. Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator derajat kesehatan. AKI di Indonesia masih tinggi disebabkan oleh banyak hal, salah satunya akibat infeksi maternal yang disebabkan ketuban pecah dini (KPD). Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan desain penelitian analitik melalui pendekatan cross sectional dengan metode simple random sampling.Data keterjadian asfiksia dianalisis dengan menggunakan uji x² (Chi-Square) dengan α = 5%. Dari hasil x² hitung adalah 23,68 yaitu lebih besar dari x² table (5,991). Ini berarti ada hubungan antara ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di Ruang Ponek Bapelkes RSD Jombang. ABSTRACT The development objective is to increase awareness of helath, willingness and ability of healthy life to realize optimal health status. Maternal mortality rate (M...

Hubungan Ketuban Pecah Dini (KPD) Dengan Kejadian Asfiksia

Abstrak: Hubungan Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan Kejadian Asfiksia. Ketuban Pecah Dini (KPD) me-merlukan pengawasan yang ketat dan kerja sama antara kelurga dan penolong (bidan dan dokter) karena dapat menyebabkan bahaya infeksi intra uterin yang mengancam kesehatan ibu dan janin. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat. Tujuan pe-nelitian ini adalah menganalisis hubungan antara Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan kejadian asfiksia di RS Nur Hidayah Bantul Yogyakarta Tahun 2014. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan waktu retrospektif. Populasi penelitian ini adalah ibu bersalin dengan KPD dan ibu bersalin normal, di RS Nurhidayah Bantul Yogyakarta sebanyak 348 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling ditetapkan sebanyak 78 orang. Alat pengumpul data menggunakan rekam medis. Analisis data dilakukan meggunakan Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan b...

Hubungan Gambaran Hitung Jenis Leukosit Maternal dengan Korioamnionitis pada Ketuban Pecah Dini (Studi pada usia kehamilan 28-42 minggu)

Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine

Latar Belakang Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah obstetri yang dikaitkan dengan korioamnionitis. Diagnosis korioamnionitis ditegakkan secara histopatologis setelah kelahiran, sehingga perlu upaya deteksi dini untuk mencegah komplikasi lebih lanjut, misalnya dengan hitung jenis leukosit maternal. Tujuan Menganalisis hubungan gambaran hitung jenis leukosit maternal dengan korioamnionitis pada KPD. Metode Penelitian observasional analitik dengan rancangan belah lintang ini menggunakan 54 sampel KPD yang terbagi dalam korioamnionitis dan bukan korioamnionitis yang diambil dari data sekunder di beberapa rumah sakit di Jawa Tengah. Data meliputi karakteristik pasien dan hitung jenis leukosit. Analisis data ditampilkan dalam bentuk frekuensi dan persentase, serta rerata dan simpang baku atau median dan nilai maksimum dan minimum. Uji hipotesis dianalisis dengan uji T-tidak berpasangan dan uji Mann-Whitney. Hasil Pasien korioamnionitis memiliki hasil perhitungan lebih tinggi pada h...

Hubungan Paritas Dan Berat Bayi Lahir Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir

Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, 2019

Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 angka kematian bayi sebesar 23 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 26 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Adapun penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia, salah satunya asfiksia yaitu sebesar 27% yang merupakan penyebab ke-2 kematian bayi baru lahir setelah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Asfiksia neonatorum adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian pada bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paritas dan berat lahir bayi dengan kejadian asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang. Jenis penelitian observasional analitik dengan desain kasus kontrol dengan sampel kasus dan kontrol berjumlah 1...

Hubungan Asfiksia Neonatorum dengan Gangguan Fungsi Ginjal pada Bayi Baru Lahir

idai.or.id

Asfiksia neonatorum merupakan problem kesehatan pada bayi baru lahir yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut jika tidak ditangani dengan baik. Tujuan: untuk mengetahui hubungan antara derajat asfiksia neonatorum dengan derajat gangguan fungsi ginjal Metoda: penelitian analitik observasional pada bayi baru lahir di bangsal Neonatologi Bagian IKA/RSUP Manado antara bulan Agustus 1997-Februari 1998 yang memenuhi kriteria dilakukan pengukuran kadar ureum dan kreatinin serum serta penentuan laju filtrasi glomerulus (LFG). Data dianalisis dengan uji Anova dan Chi-Square. Hasil: di antara 129 bayi baru lahir yang memenuhi kriteria terdiri dari 49 bayi sehat, 50 asfiksia ringan-sedang, dan 30 asfiksia berat. Terdapat perbedaan bermakna kadar serum ureum dan kreatinin serta LFG antara kelompok bayi sehat dengan asfiksia berat dan antara kelompok asfiksia ringan-sedang dengan asfiksia berat (p<0,01). Lima dari 30 kasus asfiksia berat mengalami gagal ginjal akut dan terdapat hubungan bermakna antara derajat asfiksia dengan derajat gangguan fungsi ginjal (p<0,01). Kesimpulan: terdapat perbedaan antara kadar ureum dan kreatinin serum serta LFG antara bayi asfiksia berat dengan bayi sehat dan asfiksia ringan-sedang. Terdapat pula hubungan antara derajat asfiksia dengan derajat gangguan fungsi ginjal. Kata kunci: bayi baru lahir-asfiksia-gangguan fungsi ginjal

Hubungan antara Berat Badan Lahir dan Kejadian Asfiksia Neonatorum

Berkala Kedokteran, 2016

Neonatal asphyxia is a condition where the baby can not breathe spontaneously and regularly soon after birth or shortly after birth. Birth weight is a part of the factors that can cause neonatal asphyxia. Research conducted retrospective observational analytic approach to determine the relationship between birth weight and neonatal asphyxia which uses secondary data from medical records of patients. The study was conducted in August-October 2015 in the NICU and medical record room of RSUD Ulin Banjarmasin. The sampling technique used purposive sampling and obtained a sample of 334 cases. The statistical test used is chi-square test with 95% confidence level. The results showed that of 334 cases of birth weight data showed 17.4% risk birth weight and no-risk birth weight by 82,6%. Neonatal asphyxia 26.3% and 73.7% of no-neonatal asphyxia. Based on the statistical test showed p = 0.674 so that it can be concluded that there is no significant correlation between birth weight and neonatal asphyxia in RSUD Ulin Banjarmasin period June 2014-June 2015.

Pengaruh Derajat Oligohidramnion terhadap Kejadian Korioamnionitis pada Ketuban Pecah Dini

2018

Latar Belakang: Korioamnionitis merupakan penyebab terbesar angka kematian ibu. Oligohidramnion merupakan faktor risiko terjadinya korioamnionitis.Kondisi oligohidramnion dapat diukur dengan metode amniotic fluid index (AFI) atau single deepest pocket (SDP) pada pemeriksaan sonogafi.Tujuan: Mengetahui pengaruh derajat oligohidramnion terhadap kejadian korioamnionitis pada ketuban pecah dini.Metode:Penelitian observasional analitik dengan desain belah lintang. Subjek 31 ibu hamil dengan ketuban pecah dini disertai oligohidramnion yang melahirkan di RSUP Dr. Kariadi dan rumah sakit jejaring pendidikan pada Februari – Juni tahun 2017, Kriteria inklusi usia kehamilan ≥ 34 minggu, belum masuk fase aktif inpartu, janin tunggal hidup intra uterin. Subyek dipilih secara consecutive sampling. Identitas subyek, karakteristik obstetri, dan nilai AFI atau SDP dicatat, kulit ketuban diperiksa adanya korioamnionitis secara histopatologis. Analisis data dengan uji chi-square.Hasil: Didapat...