Diquafosol Tetrasodium: Tatalaksana Terkini untuk Dry Eye Disease (DED) ? (original) (raw)
Related papers
Efektivitas Vitamin D sebagai Terapi pada Dry Eye
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia, 2023
Dry eye merupakan salah satu penyakit yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang dan merupakan penyakit yang cukup sering dikeluhkan. Terapi dry eye beragam, vitamin D diduga dapat menjadi salah satu pilihan terapi. Vitamin D diduga dapat menjadi salah satu pilihan terapi dry eye karena memiliki peran sebagai anti inflamasi, sehingga dapat memutus lingkaran setan dry eye, namun belum diketahui secara pasti efek yang dapat ditimbulkan vitamin D pada dry eye. Objektif: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efek vitamin D sebagai terapi pada dry eye. Literatur didapatkan dari database PubMed dan Google Scholar. Metode: Penelitian berupa studi literatur naratif yang menganalisis literatur mengenai efek vitamin D pada dry eye dari tahun 2016 hingga 2021. Hasil: Didapatkan 12 literatur yang sesuai dengan seleksi judul serta kriteria inklusi dan eksklusi. Efek yang dilihat berdasarkan pemeriksaan pada battery test TFOS-DEWS II. Kesimpulan: Vitamin D memperbaiki secara signifikan keadaan dry eye. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan vitamin D dengan pilihan terapi lainnya dan kadar optimal vitamin D untuk terapi dry eye.
Penatalaksanaan Terkini Demam Tifoid pada Orang Dewasa
Abstrak Demam tifoid adalah penyakit demam enterik yang disebabkan Salmonella sp. Selain menggunakan kloramfenikol sebagai pilihan pengobatan, banyak pula antibiotik lain yang digunakan untuk penyembuhannya. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional menyebabkan peningkatan resistensi bakteri. Insidens penyakit ini sering dijumpai di negara-negara Asia dan dapat ditularkan melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Pada permulaan penyakit, biasanya tidak tampak gejala dan kemudian timbul gejala seperti demam dan serangkaian gejala infeksi umum dan pada saluran cerna. Diagnosis demam tifoid ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan tambahan dari laboratorium. Terapi untuk demam tifoid meliputi istirahat, pemberian anti-mikroba, antipiretika, serta nutrisi dan cairan yang adekuat. Salah satu anti-mikroba yang saat ini dapat diberikan secara optimal adalah golongan fluorokuinolon, levofloxacin 500 mg 1 kali sehari selama 7 hari. Tinjauan pustaka ini menjelaskan demam tifoid, penggunaan kloramfenikol sebagai obat lini pertama penanganan demam tifoid, dan fluorokuinolon sebagai pengganti kloramfenikol. Kata kunci: demam tifoid, kloramfenikol, fluorokuinolon. Abstract Typhoid fever is an enteric fever caused by Salmonella sp. Various antibiotics used for therapy beside chloramphenicol as drug of choice. Non rational use of antibiotics may result increasing of resistance in bacteria. The incidence of typhoid fever is more to be found in Asia dan could be transmitted through contaminated food or water. As the disease begin, there is usually no symptoms, but later symptoms as fever and other general infection and gastrointestinal symptoms rise. Diagnosis of typhoid fever can be made with clinical manifestation and additional laboratorium test. Treatment for typhoid fever including rest, use of antimicrobial, antipyretics, adequate nutrition and fluid. One of antimicrobial which could be use optimally is levofloxacin 500 mg per day for 7 days. This article review explains typhoid fever, use of chloramphenicol as first line therapy in treating typhoid fever, and floroquinolone as chloramphenicol's substitute .
E-Jurnal Medika Udayana, 2023
Sindroma mata kering merupakan kumpulan gejala pada lapisan air mata yang mengakibatkan penurunan produksi air mata ataupun penguapan air mata secara berlebihan. Kondisi ini belum mempunyai data pasti mengenai berapa jumlah penderitanya di masyarakat, akibat sulitnya menegakkan diagnosis sehingga pengobatannya menjadi terhambat. Gejala depresi merupakan gangguan yang menunjukan perasaan cemas, bingung serta panik secara simultan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sindroma mata kering dengan gejala depresi pada Mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (PSSKPD FK UNUD). Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dalam rentang waktu Januari -November 2020. Penelitian merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan metode cross-sectional serta menggunakan 217 responden yang dipilih dengan metode konsekutif sampling yang mengisi kuesioner Ocular Surface Diseases Index (OSDI) serta kuesioner Beck's Depression Inventory II (BDI-II). Hasil penelitian ditemukan adanya hubungan bermakna antara sindroma mata kering terhadap gejala depresi (p = 0,001) dengan hubungan lemah (r = 0,251). Hal ini disebabkan karena sindroma mata kering bersifat kronis sehingga dapat menurunkan kualitas hidup seseorang. Sehingga menyebabkan adanya suatu korelasi negatif antara sindroma mata kering dengan gejala depresi yang muncul. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait faktor lainnya yang dapat mempengaruhi gejlaa depresi yang muncul pada penderita mata kering.
HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGGUNA LENSA KONTAK DENGAN KEJADIAN DRY EYES
Jurnal Kesehatan Holistik, 2021
Lensa kontak digunakan untuk kepentingan terapeutik dan kosmetik. Salah satu komplikasi mata yang sering terjadi dari pemakai lensa kontak adalah dry eyes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan pengguna lensa kontak dengan kejadian dry eyes. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Data dianalisis secara deskriptif dan uji hipotesis diuji dengan menggunakan uji chi-square. Sebanyak 46 siswa SMA dilibatkan dalam penelitian dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner dan penilaian objektif menggunakan uji Schrimer 1. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan pemakaian lensa kontak dikategorikan baik; tingkat pengetahuan lama pakai lensa kontak dikategorikan baik; dan tingkat pengetahuan penyimpanan lensa kontak dikategorikan baik. Keluhan yang sering dirasa ketika menggunakan lensa kontak adalah mata terasa kemasukan benda asing (41.3%). Dengan penilaian objektif menggunakan uji Schrimer terdapat tujuh mata kanan (15,2%) dan enam mata kiri (13%) mengalami dry eyes. Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan pengguna lensa kontak dengan kejadian dry eyes.
Pengaruh Penggunaan Lensa Kontak, Kelembapan, dan Pengetahuan Terhadap Dry Eyes Syndrome
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 2019
Objective: The Effect of Contact Lenses, humidity, and knowledge on the dry eyes syndrome.Methods: The type of reserach used is observation. The dimensions of study time are cross sectional because of data collection and outcome at one time. Humidity variables were measured using thermohygrometer and users’characteristic were obtained by questionnaire. The statistical test used is multiple logistic regression to find out effect of Contact Lenses Type, length of lens usage, humidity, and knowledge on the dry eyes syndrome.Results: Respondents were students Faculty of Public Health UNAIR from 2014-2017. Based on the type of lens, 90.9% of respondents used daily wear and 9.1% of respondents used overnight wear or extended wear. Based on the length of use of the lens 84.8% using a lens more than 4 hours and 15.2% less than 4 hours. Based on knowledge of 51.5% having high knowledge and 48.5% having low knowledge. Based on the humidity of the space of 54.5% the humidity level of the a...
Sintesis lempung terpilar TiO 2 menggunakan surfaktan dodesilamin telah dilakukan. Penggunaan surfaktan dalam sintesis lempung terpilar TiO 2 dilakukan agar interkalasi TiO 2 dalam lapisan lempung dapat maksimal sehingga didapatkan lempung terpilar dengan basal spacing yang lebih besar. Hasil sintesis dikarakterisasi basal spacing-nya menggunakan metode difraksi sinar-x (X-Ray Diffraction). Uji aktivitas fotokatalis dilakukan pada reaksi degradasi fotokatalitik zat warna indigo carmine, metanil yellow dan rhodamin yang dibantu dengan sinar UV. Hasil uji aktivitas katalis dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil lempung terpilar TiO 2 setelah dikalsinasi pada suhu 600 0 C menunjukkan basal spacing sebesar 52,54 Å. Nilai ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan dengan lempung alam yang hanya mempunyai basal spacing 15,09Å. Hasil fotodegradasi menunjukkan bahwa tingkat persentase degradasi indigo carmine sebesar 90,50%, metanil yellow sebesar 31,75%.dan rhodamin sebesar 95,58% Kata kunci: Lempung Terpilar TiO 2 , dodesilamin, basal spacing, fotokatalis, fotodegradasi Abstract Synthesis TiO 2 pillared clay using dodecylammine surfactant has been conducted. Using of surfactant in synthesis of TiO 2 pillared clay used to maximize intercalation of TiO 2 in clay layers and to obtain larger basal spacing. The product of synthesis was characterized by X-ray diffraction. The catalytic activity of catalyst was tested by photocatalytically degradation reaction of indigo carmine, methanyl yellow and rhodamin supported by UV light. The products of photocatalytic degradation were analyzed by UV-Vis spectrophotometer. The TiO 2 pillared clay after calcinated at 600 0 C showed basal spacing at 52.54 Å. This value showed a significant increasing from natural clay basal spacing at 15.09 Å. Photodegradation results showed degradation percentage of indigo carmine was 90.50%, methanyl yellow 31,75% and rhodamin 95.58%.
Tatalaksana Terkini Demam pada Anak
2019
Demam merupakan sebuah proses alamiah yang timbul sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap patogen, namun terkadang suhu yang terlalu tinggi seringkali menjadi suatu dilema sendiri yang menimbulkan kekhawatiran pada orangtua. Demam terjadi karena peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yang dipengaruhi oleh Interleukin-1 (IL-1). Terdapat berbagai variasi kisaran suhu normal pada anak menurut tempat pengukurannya. Tatalaksana demam yang terutama yaitu pemberian antipiretik seperti parasetamol atau ibuprofen. Beberapa studi menemukan bahwa penggunaan metode kombinasi antipiretik memberikan efek antipiretik yang lebih tinggi, namun hal ini belum dapat direkomendasikan karena belum ada studi mengenai keamanannya. Metode kompres hangat juga dapat diberikan sebagai terapi tambahan untuk membantu menurunkan demam pada anak. Penggunaan antipiretik sesuai dosis yang direkomendasikan ditambah dengan kompres hangat sudah terbukti lebih efektif untuk menurunkan demam pada anak terutam...
CATATAN TERKAIT VAKSINASI TDV UNTUK PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE
Berdasarkan analisis kritis artikel penelitian: 1. Villar Luis, dkk., 2015. Efficacy of a Tetravalent Dengue Vaccine in Children in Latin America, N Engl J Med;372:113-‐23 2. Capeding MR, dkk., 2014. Clinical efficacy and safety of a novel tetravalent dengue vaccine in healthy children in Asia: a phase 3, randomised, observer-‐masked, placebo-‐controlled trial, Lancet; 384: 1358–65 Vaksin Tetravalent Dengue Vaccine (TDV) pada penelitian tersebut diberikan kepada: 1. Anak sehat dengan usia 9-‐16 tahun (penelitian di Amerika Latin), atau usia 2-‐14 tahun (penelitian di Asia). Namun demikian, usia yang direkomendasikan mendapatkan vaksin tersebut adalah pada anak usia 9-‐16 tahun. 2. Tidak sedang hamil atau menyusui, 3. Tidak sedang mendapatkan vaksin lain secara bersamaan, 4. Tidak mempunyai masalah immunodefisiensi: a. tidak sedang mendapatkan terapi immunosupresif (misal: kemoterapi atau radioterapi anti-‐kanker) dalam 6 bulan berjalan, b. tidak sedang dalam terapi kortikosteroid selama 2 minggu berturut-‐turut dalam 3 bulan terakhir. 5. Tidak menderita infeksi HIV (seropositive HIV) 6. Tidak terdapat riwayat hipersensitif terhadap komponen dalam vaksin tersebut, atau vaksin sejenis 7. Tidak sedang menderita penyakit kronis yang berat Tatacara pemberian vaksin Tetravalent Dengue Vaccine (TDV) pada penelitian tersebut: 1. Selama tiga kali pemberian, yaitu bulan ke-‐0, bulan ke-‐6, dan bulan ke-‐9 2. Suntikan dilakukan secara subkutan di otot deltoideus (lengan atas) Ringkasan hasil penelitian pemberian vaksin Tetravalent Dengue Vaccine (TDV) dalam menurunkan risiko menderita infeksi dengue (VCD = virologically confirmed dengue): 1. Kelompok anak yang tidak diberikan vaksin TDV memiliki risiko mengalami infeksi dengue lebih tinggi sekitar 2 kali (Penelitian di Asia = 2,28 kali; Penelitian di Amerika Latin = 2,52 kali) dibandingkan kelompok anak yang mendapatkan vaksin TDV. 2. Seorang anak yang mendapatkan vaksin TDV dapat menurun risikonya untuk menderita infeksi dengue sebesar 56,5% (penelitian di Asia) dan 60,8% (penelitian di Amerika Latin). 3. Seorang anak yang mendapatkan vaksin TDV dapat menurun risikonya untuk menderita infeksi dengue berat sebesar 70% (penelitian di Asia) dan 95,5% (penelitian di Amerika Latin). 4. Seorang anak yang mendapatkan vaksin TDV dapat menurun risikonya untuk menderita infeksi dengue yang perlu rawat inap sebesar 67,4% (penelitian di Asia) dan 80,3% (penelitian di Amerika Latin). 5. Efek positif pemberian vaksin tersebut dapat terlihat pada 1 anak diantara sekitar 45-‐an anak (Satu diantara 44 anak = penelitian di Asia; Satu diantara 46 anak = penelitian di Amerika Latin) yang mendapatkan vaksin. 6. Efek Samping: