Tari Bali: Tantangan Dan Solusi DI Era Globalisasi (original) (raw)
Related papers
SENI DAN TEKNOLOGI: Tantangan dan Peluang dalam Dunia Tari
PROSIDING: SENI, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT
RINGKASAN Teknologi dan seni kini menjadi bidikan yang seksi oleh para kreator untuk melahirkan karya-karya dengan media baru. Termasuk dalam bidang tari. Miroto sebagai salah satu koreografer ternama di Indonesia mempelopori penggunaan teknologi dalam karya-karyanya. Kecanggihan teknologi dimanfaatkannya untuk memunculkan kebaruan dalam tari terutama dalam gerak dan tempat pertunjukan. Eksperimennya dilakukan bertahun-tahun hingga kebaruan dan orisinalitasnya terjaga. Kreator lain berlatar belakang rupa dan teknologi yaitu Harry Nuriman yang mengawinkan tari dan teknologi untuk mendigitalisasikan gerak menggunakan metode dan media Motion Capture. Dua model karya ini diangkat dengan tujuan menunjukkan dua model yang berbeda dengan fokus yang sama mengenai tari. Hal ini sebagai pemodelan untuk menangkap peluang dan menjawab tantangan dalam pemanfaatan teknologi pada bidang tari.
Ruang Ideal Bali Dalam Tekanan Globalisasi
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
The development of space understanding in the Balinese architecture is deeply influenced by the theology, philosophy, and concepts of the Hinduism. Therefore, the real existence of the Balinese spatial layout is the grounding of the Hindu ideology. The Hindu teachings such as tat twam asi, bhuana agung - bhuana alit, panca maha bhuta, tri hita karana, tri bhuwana, purusha-pradhana, and others have been instilled in the practical principle of the Balinese architecture such as tri mandala, sanga mandala, tri angga, sukat ‘measurement’, natah, decoration, color, texture, and others. The Hindu spir- ituality in the Balinese and spatial architecture is manifested by: (1) Arrangement of the physical structure, building, landscape, anthropometry, topography, geography, and local climate, and aesthet- ics (form of yoga). (2) Various meanings and symbols on the spatial and physical layout of the building (form of yantra and tantra). (3) Procedures for building, accompanying rituals during pr...
Membongkar Makna Pertunjukan Tari Sang Hyang Dedari Di Puri Saren Agung Ubud, Bali Pada Era Global
Mudra Jurnal Seni Budaya
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk memahami makna Tari Sang Hyang Dedari yang kini sering disajikan dalam konteks pariwisata di Puri Saren Agung Ubud, Bali. Padahal Tari Sang Hyang Dedari merupakan sebuah tari upacara untuk memohon keselamatan bagi masyarakat setempat. Sebagai sebuah tari upacara, Tari Sang Hyang Dedari semestinya hanya disajikan di pura dalam konteks upacara saja. Namun kenyataannya di Puri Saren Agung Ubud berbeda. Untuk itu, penelitian yang berlokasi di Puri Saren Agung Ubud ini akan mengkaji permasalahan tentang:(1) mengapa Puri Saren Agung Ubud menyajikan Tari Sang Hyang Dedari dalam konteks pariwisata?;(2) bagaimana mereka menyajikan?; dan(3) bagaimana Puri Saren Agung Ubud memaknai Tari Sang Hyang Dedari tersebut?.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dalam perspektif cultural studies yang dianalisis dengan teori dekonstruksi, teori estetika postmodern, teori praktik, dan teori relasi kuasa pengetahuan. Hasil penelitian m...
Kemasan Tari Maengket Dalam Menunjang Industri Kreatif Minahasa Sulawesi Utara DI Era Globalisasi
2015
Penelitian ini mengkaji kemasan Tari Maengket dalam menunjang industri kreatif Minahasa, Sulawesi Utara di era globalisasi. Penelitian ini mengangkat realitas lapangan yang empirik berkaitan dengan permasalahan kemasan Tari Maengket Minahasa. Seni kemasan Tari Maengket Minahasa mengalami komodifikasi, komersialisasi, turistifikasi yang menghasilkan bentuk dan makna yang baru. Fokus penelitian seni kemasan Tari Maengket, dengan pertanyaan penelitian yang dibahas yaitu (1) Bentuk kemasan Tari Maengket Minahasa, (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi (3) dan dampak seni kemasan Tari Maengket Minahasa, Sulawesi Utara di era globalisasi. Data terkait dikumpulkan melalui observasi lapangan, wawancara, diskusi fokus dan studi dokumen. Pada tahap analisis, digunakan teknik deskriptif kualitatif dan interpretatif. Sumber data dari sejumlah informan, yang dalam proses wawancara dilakukan dengan metode purposif. Sebagai sebuah kajian budaya, hasil akhir menunjukkan adanya proses bentuk seni kemas...
Revitalisasi Tari Tradisi di Situasi Pandemi
Panggung, 2022
Tari Wayang merupakan salah satu tari tradisi yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat. Salah satunya berkembang di Sumedang yang diciptakan oleh Raden Ono Lesmana Kartadikusumah sejak tahun 1930-an. Setelah menapaki sekitar 90 tahun, tari Yudawiyata mengalami kepunahan. Oleh karena itu, menggiring pembentukan motivasi untuk melakukan revitalisasi. Dasar pemikiran ini dilandasi bahwa tari tersebut menjadi satu-satunya bentuk karya tari perang wayang berpasangan gaya Sumedang. Tarian ini diwujudkan pada tahun 1957, yang menggambarkan tentang dua orang satria sedang berlatih perang sebelum memasuki medan laga. Upaya revitalisasi ini ditempuh dengan dua tahap yakni rekonstruksi dan implementasi. Tahap rekonstruksi menggunakan pendekatan interpretasi yang memuat (to ekspress), (to explain), dan (to translate) sedangkan kreativitas diarahkan pada ranah gubahan. Metode yang dianggap relevan dalam ranah revitalisasi yakni Participation Action Research (PAR). Metode tersebut memiliki kesina...
Teater GloBALIsme: Pariwisata, Interkoneksi Global, dan Nasib Manusia Bali di Garis Depan
jurnalkajianbali.unud.ac.id
The development of the tourism industry in Bali has had various implications. Apart from extraordinary social change, there is the issue of how Balinese men struggle to maintain their cultural identity in the midst of globalized tourism. Balinese men are at the frontier of a society where global powers meet to exploit natural and human resources for the sake of tourism. Some Balinese men have lost their historical relationship to Bali because their own land has been sold to investors. Origin and identity maintenance are no longer directed to the land or to certain communities, but rather to a never-never land, a (global) world without meaning that one is no longer able to localize (Laksono, 2009b). It is in this nevernever space without meaning that we witness fragments and stories of Balinese men making use of opportunities, developing tactics, and even fighting against tourism, which Tsing (2005) has called friction. In this so-called friction, local identity and culture are continually reproduced, the beginning and end of which are difficult to fathom.
Eksistensi Kesenian Rinding Gumbeng di Era Globalisasi
Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS)
Research on Rinding Gumbeng art in Duren Hamlet, Beji aims to explore how the existence of Rinding Gumbeng Art in the current Globalization Era. The method used is qualitative research. Qualitative data obtained through field observations with purposive sampling technique. Qualitative data were obtained through in-depth interviews with 10 prospective participants. Qualitative data were analyzed using Spradley's domain model, which gives a general and comprehensive picture of the research object. The data obtained through surveys and interviews were then converted into a script in order to obtain an overview of the object under study. The research concludes that the existence of Rinding Gumbeng art in Dusun Duren is still growing and surviving well by undergoing changes to follow the conditions in the current era of globalization. Rinding Gumbeng art is still being preserved to this day and has even begun to be known outside the region.
Jurnal Penelitian Humaniora
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan (1) deskripsi naratif tentang karakter Topeng Bidadari dari Bali dan Madura; (2) karya tari kreasi baru yang sumber penciptaannya terinspirasi deskripsi naratif dari karakter topeng Bidadari dan topeng Drupadi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D). Objek penelitian ini adalah bentuk-bentuk gerakan tari. Subjek penelitian adalah ahli tari Bali dan ahli tari Madura. Data penelitian dikumpulkan dengan observasi. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pose ragam gerak tari dan penggabungan gerak menjadi sebuah rangkaian gerak tari kreasi baru telah dapat diwujudkan. Pose-pose gerak tari yang telah mengalami distorsi dan abstraksi dari sumber inspirasi, rangkaian gerak tari dalam karya tari hasil pengembangan, disain kostum tari, dan disain iringannya telah sesuai dengan karakter topeng yang menjadi sumber inspirasi penciptaan. Tope...
Subak Bentuk Kearifan Lokal Bali Berbasis Tri Hita Karana dan Tantangannya pada Era Globalisasi
Sphatika: Jurnal Teologi
Besides being known for its tourist destinations, Bali also has traditional institutions full of local wisdom known as subak. In the era of globalization triggered by advances in science and technology as well as rapid progress in the field of tourism, this has created problems for the existence of subak itself, both in terms of socio-religious aspects as well as its physical condition. The aim of this research is not only to understand the wisdom of subak but also to know the challenges experienced by subak in the era of globalization. The method used in this research is an exploratory method to reveal phenomena that are fundamentally related to the focus of the problem or object of study. In addition, this research was conducted through a critical ethnographic approach based on a qualitative research paradigm. Subak is a traditional institution that is socio-religious and plays a very important role in distributing water to rice fields in Bali. In carryin...