Konsep Tata Ruang Budaya Pada Rumah Gadang Kajang Padati DI Kota Padang, Sumatera Barat (original) (raw)

Eksistensi Bendi Dalam Perspektif Budaya DI Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat

Humanus

This study describes the competition between traditional and modern transport, the lack of awareness and knowledge of the community about ‘bendi’, bendi was considered harmful to the environment, the location of bendi wainting for passengers is unorganized that it is considered the cause of bottlenecks and constraints faced by the government in preserving bendi.. The research used descriptive qualitative approach. The informants were head of art and culture development in the Department of Tourism and Culture, head of traffic and public transport in the Department of Transportation, Communication and Information, bendi cabmem, bendi caretakers and the public or bendi passengers in Padang. Data were collected through interviews and document study. Data validity is tested using source triangulation techniques. Data was analysed by collection, reduction, data presentation and conclusions. Research findings portray that bendi is still existed in the cultural perspective, is still used i...

Rumah Gadang : Ruang Dan Budaya Makan Dalam Siklus Hidup Masyarakat Minangkabau

2021

Padang restaurants with specialty food rendang represent the Minangkabau's eating culture. The effect of modernization and media social in the eating culture has indistinct the origin of Minangkabau's eating culture and leads to the uniformity of design, mostly its space and physical elements in the traditional building. Whereas in the roots, eating activities according to the Minangkabau custom still carried out, such as Makan Bajamba. It is essential to study the origin of Minangkabau space and eating culture before learning design development. The main problem is how the relationship between space and eating culture in the life cycle of Minangkabau society carried out at Rumah Gadang. By using a mix-method, a qualitative approach is a case study at Rumah Gadang Istana Rajo Alam Tuanku Disambah and quantitative approaches using space syntax analysis on the dimensions of connectivity and integrity. Data were from literature studies, interviews, and direct observations on ho...

Konsep Ruang Dan Bentuk Rumah Godang Koto Sentajo DI Kuantan Singingi

MODUL, 2019

Setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Rumah adalah salah satu hasil dari kebudayaan. Kuantan singingi sebagai sebuah daerah yang berkebudayaan memiliki ciri dan bentuk bangunan rumah adat yang memiliki ciri khas tersendiri. Rumah adat di Kuantan Singingi disebut dengan rumah godang. Sebagai sebuah rumah adat, rumah godang memiliki konsep ruang dan bentuk yang berbeda dari ruang rumah pada umumnya. Rumah godang dikuantan singingi juga dikenal dengan istilah rumah koto karena rumah tersebut dibangun di daerah yang disebut dengan koto. Salah satu daerah yang masih memelihara dan menjaga warisan rumah godang di kuantan singingi adalah daerah Koto Sentajo. Tulisan penelitian ini bertujuan menemukan konsep Ruang dan Bentuk yang ada pada rumah godang di Koto Sentajo. Pembahasan dengan menggunakan Metode deskripsi analisis bertujuan untuk menyampaikan deskripsi secara mendalam tentang konsep ruang dan bentuk pada rumah godang di daerah Koto sentajo.

Identitas Visual Kampung Budaya Dan Religi Sigando Padang Panjang

DEKAVE : Jurnal Desain Komunikasi Visual

Kota Padang panjang merupakan sebuah kota kecil dengan julukan serambi mekah. Kota ini juga terdapat kampung wisatanya yang masih asri. Desa atau kampung yang akan dikiatkan menjadi salah satu kampung wisata yaitu kampung Sigando, dengan menawarkan sebuah wisata religi dan budaya.kampung ini belum memiliki logo serta branding yang belum sesuai dengan target audiencenya.Pembuatan logo kampung Sigando bisa menarik minat masyarakat sehingga memiliki citra yang positif. Tujuan dari Perancangan Identitas Visual Kampung Budaya dan Religi Sigando ini supaya masyarakat dapat mengetahui apa aja yang di tawarkan oleh kampong Sigando, sehingga kedepanya dapat memiliki identitas visual untuk di perkenalkan kepada masyarakat. Metode peracangan menggunakan metode Glass box dengan pendekatan analisis 5W+1H (what, who, where, when, why dan how). Dalam menentukan jawaban dari pembuatan logo kampung Sigando. Hasil pembuatan logo dimulai dari pemantauan, riset dan interviu dengan penggiat kampung S...

Variasi Perubahan Material Pada Arsitektur Tradisional Rumah Gadang Minangkabau, Studi Kasus Pusat Dokumentasi Dan Informasi Kebudayaan Minangkabau

2018

Rumah gadang Minangkabau adalah salah satu karya arsitektur tradisional yang sangat menonjol, selain digunakan sebagai tempat tinggal, bangunan ini digunakan sebagai rumah adat suku-suku di Minangkabau . Karena perannya yang sangat penting di dalam kehidupan masyarakat Minangkabau, bentuk rumah gadang ini dijadikan sebagai bentuk dari bangunan museum Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM). Sebagai bangunan publik yang sangat banyak dikunjungi, baik sebagai sarana edukasi maupun rekreasi, PDIKM selayaknya memiliki bentuk dan ciri yang dapat mewakili rumah gadang masyarakat Minangkabau. Perkembangan teknologi material pada bangunan selalu berkembang, tidak hanya aspek fungsi namun juga aspek estetika. Agar dapat diketahui sejauh mana penggunaan material masa kini/modern yang digunakan pada rumah gadang umumnya dan rumah gadang di PDIKM khususnya, maka dilakukan penelitian ini. Jenis penelitian yang digunakan berdasarkan pada tujuan penelitian yang ingin dicapai...

Model Transfer Pengetahuan Arsitektur Tradisional Rumah Gadang Minangkabau

TEOREMA : Teori dan Riset Matematika, 2018

Sumareta Barat (dikenal dengan nama Minangkabau) merupakan daerah yang kaya dengan budaya, adat istiadat. Salah satu unsur budaya Minangkabau yang secara lahiriah tampak sebagai ciri khasnya adalah Rumah Gadang. Rumah Gadang Minangkabau adalah sejenis rumah panggung yang secara fisik berukuran besar serta terdiri dari beberapa ruang. Ciri khas Rumah Gadang yang sangat menonjol adalah bentuk atapnya yang melengkung dan menjulang pada kedua ujungnya, sehingga kalau dillihat dari depan menyerupai tanduk kerbau yang disebut gonjong. Oleh sebab itu Rumah Gadang disebut juga Rumah Gonjong. Proses pembangunan arsitektur tradisional Rumah Gadang tidak terlepas dari peran tukang tradisional Rumah Gadang (disebut tukang tuo). Bagaimana mereka menerjemahkan falsafah adat minangkabau menjadi bentuk-bentuk geometri yang indah. Tukang tradisional pada umumnya tidak menempuh sekolah formal arsitektur. Bahkan banyak diantara mereka yang hanya menempuh pendidikan formal sampai Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tetapi mengeksplorasi "everyday cognition" dari aktivitas dan pelakunya menjadi sebuah kajian yang menarik untuk dilakukan. Tukang tuo memiliki peran penting dalam proses pembangunan Rumah Gadang. Tukang tuo memiliki peran sebagai designer, pekerja dan supervisor, dengan beberapa tugas, yaitu: dimulai dari menentukan lokasi pendirian Rumah Gadang, memilih bahan bangunan dan proses pengawetan tonggak/kayu sekaligus sebagai tukang yang membangun rumah. Ukuran Rumah Gadang, ditentukan berdasarkan jumlah ruang (berjumlah ganjil) yang diminta yang punya rumah. Satuan ukuran panjang yang digunakan adalah eto/hasta bundo kanduang yang punya rumah atau hasta tukang tuo. Untuk ukuran panjang, lebar dan tinggi Rumah Gadang ada juga beberapa tukang tuo yang menggunakan prinsip "tajuraba". Dimana jumlah ukuran panjang, lebar dan tinggi rumah tidak boleh berupa bilang genap. Pembangunan Rumah Gadang ditandai dengan prosesi mancacak paek, yaitu pemahatan pertama pada tonggak tuo yang dilakukan oleh tukang tuo. Tonggak dibuat berbentuk prisma segi-n beraturan. pada umumnya berbentuk prisma segi-6, segi-8 atau segi-12. Proses membentuk tonggak secara arsitektur tradisional dilakukan menggunakan pahat. Setelah itu pemahatan tonggak tuo dilanjutkan sampai lubang-lubang yang akan berfungsi sebagai pengunci rasuak dan palanca di beberapa titik selesai dikerjakan. Mancacak paek sendiri dianggap sebagai proses yang sangat penting karena dengan begitu akan diketahui tinggi lantai dari tanah, tinggi plafon dan dapat diperkirakan berapa tinggi atap sehingga tukang tuo dapat memperkirakan dan membayangkan proporsi tinggi dan lebar bangunan. Terkait dengan bentuk rumah gadang yang besar ke atas, lubang-lubang pengunci ada yang tidak mengikuti kelurusan tonggak melainkan agak miring dengan sudut kemiringan tertentu. Pekerjaan melubangi tonggak dilanjutkan dengan perangkaian tonggak dengan kemiringan tonggak (91-94) yang dilakukan menurut urutan dari depan ke belakang. Tiang-tiang dari depan ke belakang ini disambung dengan rasuak bawah dan rasuak ateh. Sesudah keenam rangkaian selesai disusun, satu per satu rangkaian tersebut ditegakkan dengan prosesi batagak rumah yaitu menegakkan rangkaian tonggak. Rangkaian tonggak ditarik dengan menggunakan tali yang disebut tali dondan dan ditopang dengan kayu penopang yang disebut kayu juang. Penarikan dimulai dari rangkaian dimana terdapat tonggak tuo dan dilakukan secara bergotong royong. Dengan berdirinya keseluruhan rangkaian tiang, pekerjaan struktur utama rumah gadang dinyatakan selesai yang diakhiri dengan pemasangan sandi pada setiap tonggak. Sandi dipasang dengan cara mengungkit tonggak satu per satu dengan menggunakan kayu pengungkit, kemudian baru disorongkan batu pipih yang digunakan sebagai sandi tersebut. Tahap selanjutnya adalah tahap penyelesaian yang dimulai pada bagian atap. Dimulai dengan pemasangan kasau yang berjumlah ganjil (21, 23,25 buah). Selanjutnya pemasangan lae, dengan jarak antaranya 3 jari. Penyelesaian atap ini meliputi pemasangan hiasan pada ujung

Rumah Gadang Dalam Film Dokumenter Perkampungan Adat Nagari Sijunjung

Capture : Jurnal Seni Media Rekam

This documentary film entitled Perkampungan Adat Nagari Sijunjung (Traditional Village of Nagari Sijunjung) is trying to show the reality about the condition of the gadang house nowadays. This film was created with an expository documentary style, which uses the narrator as a single speaker. This documentary film describes one area that still maintains 'gadang' houses like their original functions, namely daily and customary functions. The daily function of the 'gadang' house is as a place to accommodate the daily activities of its inhabitants, as is usually the case with residential houses. While the traditional function of the 'gadang' house is the main house owned by a family belonging to a certain tribe. As the main house, the 'gadang' house is a place for traditional ceremonies and other important events from a large family of homeowners or fellow brothers of the same tribe.