PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DENGAN TEPUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiacal formatypica) TERHADAP KARAKTERISTIK MIE KERING YANG DIHASILKAN (original) (raw)
Related papers
J300101026 PROGRAM STUDI DIII GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG BONGGOL PISANGAMBON (Musa paradisiaca)TERHADAP TINGKAT KEKERASAN DAN DAYA TERIMACOOKIES RISKA SEPTIANA Pendahuluan :Bonggol pisang merupakan salah satu bagian dari tanaman pisang yang berupa umbi batang. Pembuatan tepung bonggol pisang menjadi tepungmempermudah proses penyimpanan, mengawetkan bonggol pisang, mempermudah pemasaran, serta memperluas pemanfaaatan dari tepung bonggo pisang. Tepung bonggol pisang adalah hasil penggilingan bonggol pisang kering. Pembuatan cookies berbahan dasar bonggol pisang dapat meningkatkan nilai jual bonggol pisang dan keanekaragaman pangan. Metode :Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan yaitu 0%, 10%, 20% dan 30%. Analisis data dengan menggunakan Uji One Way Anova, dengan taraf signifikan 95% menggunakan program SPSS Versi 16. Apabila terdapat pengaruh maka disetiap perlakuan dilanjutkan dengan uji Least Significant Different (LSD).
AGROINTEK, 2021
As a climacteric fruit, bananas continue to ripen after being harvested, and ethylene produced by the product accelerates it. Post-harvest handling is needed to slow changes in the physical quality parameters of bananas for longer shelf life. Variation ozone gas exposure and storage room temperature are the potential methods to extend the shelf-life of bananas. The purpose of this study was to build a mathematical model of stored kepok bananas with variations in the duration of ozone gas exposure and storage room temperature. Green ripe kepok bananas were used as the sample. The duration time of ozone exposure treatments used were 0 (untreated), 10, 15, and 20 minutes every day with a flow rate of 0.0279 ppm/min. While the storage temperatures used were 5, 15, and 27 o C (ambient temperature). Mathematical models are used to predict change rate (k) in the product quality during storage and predict the value of physical quality parameters (firmness, brix, degree of acidity, weight loss, and moisture content). The change rate of qualityl parameters shows that the lower storage temperature and the longer of ozone gas exposure cause the rate change in the quality of the physical parameters to be lower. Meanwhile, model validation results using the correlation coefficient (R 2) and the P-value on chi-square (X 2) show that mathematical models are well developed in predicting the value of physical quality parameters.
SUBSTITUSI KULIT PISANG GOROHO (Musa acuminafe, sp) FERMENTASI TERHADAP KUALITAS TELUR AYAM PETELUR
Jambura Journal of Animal Science, 2023
This study aims to evaluate the feeding of fermented Goroho banana peel as a substitute for corn with different levels of egg quality in laying hens. The research material consisted of layer-phase laying hens aged 47 weeks. The feed used is basal feed and fermented Goroho banana peel feed ingredients. The research method used a complete randomized design (RAL) with 5 kinds of treatment and 5 replications, consisting of P0 (feed without fermented Goroho banana peel flour), P1 (feed + fermented Goroho banana peel corn substitution 5%), P2 (feed + fermented Goroho banana peel corn substitution 10%), P3 (feed + fermented Goroho banana peel corn substitution 15%), and P4 (feed + fermented Goroho banana peel corn substitution 20%). The research variables are egg yolk index, egg white index, eggshell thickness, egg volume, egg yolk color, and egg yolk cholesterol. The data obtained were analyzed with a complete randomized design and if there is a significant difference between treatments, followed by Duncan's multiple distance test. The results obtained showed that the substitution of banana peel fermented Goroho Rhizopus oligosphorus inoculum and Trichoderma viride optimally improved the quality of egg yolk index by 2.22% (P1: 0.460), egg volume by 9.80% (P2: 55.45 ml), and lower cholesterol levels by 21.14% (P3: 14.59).
Kebutuhan tepung terigu di Indonesia semakin meningkat setiap tahun, hal ini disebabkan semakin besar produk makanan di Indonesia yang terbuat dari tepung terigu. Pada tahun 2010 impor terigu di Indonesia mencapai 645,010 ton, sedangkan pada tahun 2012 mencapai 680,100 ton. Hal ini dapat mengakibatkan Indonesia ketergantungan bahan makanan dari luar negeri. Salah satu bahan lokal yang dapat digunakan sebagai substitusi dari tepung terigu adalah biji trembesi dan pisang kepok. Biji trembesi dan pisang kepok memiliki kandungan karbohidrat, protein, dan kadar lemak yang cukup tinggi dan dapat digunakan sebagai pengganti tepung terigu. Tujuan dari karya tulis ini untuk memberikan inovasi untuk memanfaatkan biji trembesi dan pisang kepok sebagai substitusi tepung terigu dalam pembuatan kue pelangi. Metodologi yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi literatur. Kue pelangi adalah kue berlapis dengan perpaduan warna yang menyerupai pelangi. Penggunaan tepung terigu dalam pembuatan kue pelangi akan di substitusi dengan menggunakan tepung biji trembesi dan tepung pisang kepok. Kue pelangi ini kemudian akan di uji di laboratorium pangan dan gizi, selanjutnya dilakukan uji organoleptik dengan menggunakan perbandingan kue pelangi yang dijual di pasaran.
2021
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan jumlah substitusi tepung terigu dengan tepung biji alpukat terhadap karakteristik mutu dan tingkat kesukaan terhadap flakes. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan.Datahasilpengamatan dianalisis dengan menggunakan ANOVAdan uji lanjut Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi tepung biji alpukat terhadap tepung terigu pada flakes berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, kadar lemak, kadar protein, kadar abu, kadar serat kasar dan kadar karbohidrat. Semua perlakuan memenuhi syarat mutu flakes yang ditetapkan oleh SNI. Flakes yang paling disukai adalah flakes dengan substitusi tepung terigu dengan tepung biji alpukat sebesar 20% . Kata Kunci : karakteristik mutu, flakes, biji alpukat, substitusi
Journal of Applied Agricultural Science and Technology
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung bengkuang terhadap organoleptik dan karakteristik cookies. Perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tingkat substitusi tepung bengkuang, yakni tanpa perlakuan (kontrol), penambahan tepung bengkuang 20%, 30% dan 50%. Analisis yang dilakukan terhadap cookies adalah kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat, kadar serat kasar, daya kembang dan uji organoleptik. Substitusi tepung bengkuang memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar protein, kadar karbohidrat dan kadar serat kasar dari cookies yang dihasilkan. Dari hasil uji organoleptik yang dilakukan, substitusi tepung bengkuang yang paling disukai oleh panelis adalah cookies dengan substitusi tepung bengkuang 30% dengan warna 3,92 (agak suka), aroma 3,96 (agak suka), rasa 4,32 (agak suka) dan tekstur 4,40 (agak suka). Cookies dengan penambahan tepung bengkuang sebanyak 30% memiliki kadar air 1,11%, kadar abu 1,86%, kad...
STUDI ALTERNATIF PEMBUATAN BAKPAO DENGAN MENGGUNAKAN TEPUNG SUWEG SEBAGAI PENGGANTI TEPUNG TERIGU
Tepung suweg adalah hasil olahan dari umbi suweg yang dihilangkan kulitnya, dikeringkan, dihaluskan, dan diayak halus. Tepung suweg digunakan sebagai pengganti tepung terigu dalam pembuatan bakpao. Pada penelitian ini tepung suweg diolah menjadi suatu makanan yaitu kulit bakpao. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mempelajari pengaruh perbandingan komposisi tepung terigu dan tepung suweg, ragi, dan mentega terhadap warna, rasa, tekstur, dan kekenyalan kulit bakpao. Dalam hal ini penelitian terbagi dalam dua tahap. Tahap yang pertama adalah mencari faktor, dan level yang berpengaruh pada kulit bakpao terhadap respon warna, rasa, tekstur, dan kekenyalan. Tahap yang kedua adalah memperoleh kombinasi yang berpengaruh pada respon warna, rasa, tekstur, dan kekenyalan.
KARAKTERISTIK SELENDANG MAYANG DENGAN PENGGUNAAN VARIASI TEPUNG BERAS, HUNKWE, DAN TAPIOKA
Selendang mayang ice is a beverage derived from Jakarta which has another name, namely cendol parek. Selendang mayang has a chewy dough, but more chewy than cendol. This study was conducted to determine the characteristics of the selendang mayang that used variations of flour, given the lack of research related to the selendang mayang. Selendang mayang that have produced, then tested with physical test using the Rheo Tex and organoleptic test in hedonic such as color, flavor, texture, and overall / appearance. The greatest texture of selendang mayang was selendang mayang which produced with ingredients of rice flour and mung bean flour; The highest score of organoleptic test on selendang mayang was selendang mayang that produced with ingredients of rice flour and mung bean flour in parameters of color, flavor, texture, and overall. From the research that has been done, get the best results in sensory of selendang mayang was selendang mayang that produced with ingredients of rice flour and mung bean flour.