MAKALAH FENOMENA TREN FASHION HIJABERS DILIHAT DARI SUDUT PANDANG TEORI IDENTITAS (original) (raw)
Related papers
PENGARUH TRENDFASHION, GAYA HIDUP, DAN BRAND IMAGE TERHADAP PREFERENSI FASHION HIJAB
Fashion is one of the most important daily needs of human beings. Dressing in addition to being a necessity can also reflect the way of life of a particular community as well as being an expression on one's personality as an identity identity then a variety of choices of clothing models each person can be influenced by different preferences. Everyone's preference for decision making on an item including dress style is influenced by many factors. This research aims to explain how fashion trends, lifestyle and brand image influence hijab fashion preferences. This research uses quantitative research method. The population used in this study is all Jabodetabek students who wear hijab. The data collection technique in this study used questionnaire method on 155 reponden. The variables used in this study consist of 2 independent variables and dependent variable. This study uses multiple linear regression data analysis techniques using SPSS 20 data processing program. The results given from this study show that the three variables' independents of trend fashion, lifestyle, and brand image have a significant influence on hijab fashion preferences. Lifestyle variables have the most dominant influence on hijab fashion preferences. So that the three variables of trend fashion, lifestyle, and brand image influence the increase of hijab fashion preference in an effort to develop the potential of the fashion hijab industry.
SEJARAH FASHION HIJAB DIINDONESIA DAN KAITANNYA DENGAN POP CULTURE
Agama islam adalah agama sebagai sumber budaya lebih dari pada suatu peribadatan saja, akan tetapi merupakan suatu kebudayaan dan peradaban yang lengkap. Kelebihan agama islam dari agam lain adalah bahwa islam memberikan dasar yang lengkap diberbagai segala hal termasuk kebudayaan dan peradaban. Islam sebagai
HIJAB MENJADI JILBAB DALAM ANALISIS FENOMENOLOGI
Hijab is a fundamental in the religion of Islam. He is a divider between the opposite sex. However, in its development, especially in their absorption into Indonesian, meaning a change hijab with veil. This study aims to demonstrate this phenomenon by taking three participants who came from Indonesia. All three participants clearly knows that wearing the veil and hijab. However, the perception of each participant is different and discussed the results of research that shows a change in the meaning of the word hijab is a headscarf. Selin, this study nevertheless discuss the factors that influence the change of meaning. Keywords: hijab, changing the meaning, hijab, perception Hijab merupakan sebuah hal yang mendasar dalam agama islam. Ia merupakan pembatas antara lawan jenis. Akan tetapi, dalam perkembangannya, terutama dalam penyerapannya ke dalam Bahasa Indonesia, hijab mengalami perubahan makna menjadi sama dengan jilbab. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan fenomena tersebut dengan mengambil tiga partisipan yang berasal dari Indonesia. Ketiga partisipan tersebut secara jelas memakai jilbab dan mengetahui kata hijab. Akan tetapi, persepsi dari masing-masing partisipan berbeda dan didiskusikan dalam hasil penelitian yang menunjukan terjadinya perubahan makna kata hijab menjadi jilbab. Selin itu, penelitian ini jua membahas faktor yang berpengaruh terhadap perubahan makna tersebut. Kata kunci: hijab, perubahan makna, jilbab, persepsi
KONSTRUKSI BUDAYA KOREA TERHADAP IDENTITAS MAHASISWI FIB UNAIR
Fenomena Hallyu ini mulai menerpa Indonesia pada tahun 2002. Dari beragam contoh fenomena yang timbul sebagai dampak masuknya budaya Kpop di kalangan remaja Indonesia, membuat kami melihat bahwa isu ini menjadi sangat menarik untuk dibahas dan didiskusikan. Hal tersebut kemudian menjadi menarik, karena masuknya budaya K‐Pop melalui media massa di Indonesia semakin memberikan pengaruh tertentu budaya Indonesia. Media massa Indonesia yang terlalu mengekspos budaya asal Korea dalam bentuk Hallyu (Korean Wave) sehingga berpotensi terhadap eksistensi budaya dalam negeri, menjadi fokus disfungsi media massa Indonesia yang akan dibahas dalam presentasi ini, dengan lingkup penelitian di FIB UNAIR.
puspa nurani azzahrah, 2023
Budaya hijau adalah budaya sosial yang ditujukan untuk menjaga lingkungan dan mengurangi penggunaan sumber daya alam (SDA) yang berlebihan, yang tentunya berbahaya bagi lingkungan. Salah satu aplikasi dari budidaya hijau itu sendiri adalah hidroponik. Hidroponik. Hidroponik adalah metode menanam dengan air sebagai pengganti tanah. Mengingat adanya siklus air, air tidak pernah habis di permukaan bumi dan dianggap sebagai pengganti tanah yang sangat efektif sebagai media tumbuh. Hidroponik sendiri semakin banyak digunakan. Salah satunya adalah Pesantren Tanwirul Afkar di Kecamatan Krian, salah satu kecamatan di Kabupaten Sidoarjo.
INTISARI Penelitian ini mengkaji bendera yang digunakan Hizbut Tahrir Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (HTI DIY). Partai politik yang tidak masuk parlemen ini menggunakan dua jenis bendera, liwa dan rayah. Liwa berwarna putih dan rayah berwarna hitam, keduanya bertuliskan kaligrafi Arab berlafaz kalimat sahadat. Bendera itu dikaji dari konteks sejarah, konteks budaya, dan estetika semiotis. Data penelitian kualitatif ini diperoleh melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan kajian pustaka. Melalui konteks sejarah terlihat, liwa dan rayah pernah digunakan Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin. Selanjutnya, berbagai jenis bendera bermunculan pada periode Khilafah Umawiyah hingga Usmaniyah. Setelah keruntuhan Khilafah, beberapa organisasi Islam, termasuk Hizbut Tahrir (HT), kembali mengibarkannya. Dalam konteks budaya terungkap, liwa dan rayah disiapkan sebagai bendera negara Khilafah yang dicita-citakan HT. HTI DIY menegaskan bahwa bendera itu bukan benderanya tapi bendera Islam, namun hampir semua kegiatannya yang bersifat terbuka menggunakannya. Hal ini menunjukkan bahwa bendera tersebut menjadi artefak penting baginya. Analisis estetika semiotis menunjukkan, sebagai objek estetis, bentuk liwa dan rayah di HTI DIY memperlihatkan keragaman, namun tetap sesuai dengan acuan yang tertulis di buku resmi HT. Bendera itu mengandung nilai estetis yang berupa: nilai simbolis, yaitu mengacu pada Islam dan Khilafah; nilai ikonis, yakni peniruan terhadap bendera Nabi Muhammad; dan nilai indeksikal, menunjukkan keberadaan HTI DIY. Pengalaman estetis yang dialami aktifis HTI DIY, ketika melihat penggunaan bendera itu, berupa efek emosional yang berujud rasa haru atau sublim. Pengalaman itu terjadi bersamaan dengan efek energetis yang berupa acungan kepalan tangan; maupun efek logikal tentang penegakan Khilafah. Kata kunci: Liwa dan rayah, Hizbut Tahrir Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta, estetika semiotis, konteks sejarah, konteks budaya. === ABSTRACT This study examines the flag used by Hizb ut-Tahrir Indonesia Yogyakarta (HTI DIY). There are two kinds of flags, liwa and rayah. Liwa’s ground is white and Rayah’s color is black, both charged the profession of faith (shahada) in Arabic Calligraphy. Those flags are analyzed from a historical context, cultural context, and semiotic aesthetics. This qualitative research data obtained through observations, interviews, documentation studies, and literature review. In the historical context, liwa and rayah have been used by the Prophet Muhammad and the first four caliphs. Furthermore, different types of flags were popped up in the period of Umayyad until Ottoman Caliphate. After the collapse of the Caliphate, the Islamic organizations, including Hizb ut-Tahrir (HT), re-raise it. In cultural contex, liwa and rayah will be flags of a new Caliphate aspired by HT. HTI DIY confirms that both were not flags of HT but flags of Islam. However, almost all of its external activities exploit them. This indicates that the flags has become an important artifact for it. In semiotic aesthetics, as aesthetic object, the forms of liwa and rayah show varieties, but still in accordance with written references in its official book. Those flags contain aesthetic values, that is: symbolic values, which refer to Islam and the Caliphate; iconic value, i.e. imitation of flags of Muhammad prophet; and indexical value, indicating the presence of HTI DIY. Aesthetic experience experienced by HTI DIY activists when looking at the use of the flags is depicting the emotional effects, as tumult or sublime. This experience occurs simultaneously with energetical efect, that is a fist raising; and logical efect, that is reviving of Caliphate. Key words: Liwa and rayah, Hizb ut-Tahrir Indonesia Yogyakarta, semiotic aesthetics, historical contex, cultural contex.
LANGEN TAYUB PADANG BULAN DALAM KONTEKS KONSTRUKSI IDENTITAS BUDAYA
Abstrak Identitas budaya, politik identitas, dan hegemoni negara merupakan tiga hal yang saling berkaitan. Ketika wacana dan fenomena konstruksi identitas budaya muncul maka politik identitas dan hegemoni Negara, serta merta akan mengikutinya. Tulisan ini membahas tentang konstruksi identitas budaya yang terjadi di Kabupaten Nganjuk, khususnya terkait kesenian Langen Tayub. Model Langen Tayub Padang Bulan mulai diberlakukan tahun 2006. Model pertunjukan ini menjadi model penyeragaman pertunjukan Langen Tayub di Kabupaten Nganjuk sampai sekarang. Pemberlakuan ini selaras dengan upaya menentukan Langen Tayub sebagai identitas budaya Nganjuk. Namun setelah sekian tahun berjalan tampaknya masih terjadi proses perdebatan dan perbedaan yang signifikan dari berbagai elemen masyarakat termasuk dari sebagian anggota birokrat. Mereka mempermasalahkan unsur-unsur negatif yang masih menyelimuti pertunjukan Langen Tayub, seperti : kebiasaan minum-minuman keras dari para seniman Langen Tayub.
Jurnal Masyarakat dan Budaya, 2022
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kesadaran akan nilai-nilai kearifan yang terkandung dalam bentuk dan struktur mbaru gendang budaya Manggarai yang dapat dijadikan butir-butir pemikiran filosofis yang indah bagi filsafat keindonesiaan yang lestari sepanjang masa. Karena itu, fokus penelitian ini pada upaya memahami konsep filosofis mbaru gendang sebagai simbol identitas dan pusat kebudayaan Manggarai. Penelitian ini bertujuan menggali nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam simbol, bentuk dan fungsi mbaru gendang. Metode penelitian yang digunakan berupa observasi dan studi literatur. Penelitian ini menemukan bahwa simbol dan bentuk mbaru gendang memiliki nilai-nilai filosofis budaya yang sangat tinggi. Penelitian ini memberi sumbangan pada penggalian kekayaan kearifan mbaru gendang sehingga menjadi sajian filosofis yang indah yang dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Disamping itu, penelitian ini merupakan usaha mempromosikan mbaru gendang sebagai simbol identitas dan pusat kebudayaan masyarakat Manggarai.
TEORI KPEMINPINAN SERTA CIRI KHAS
Disusun oleh : 1. HERWANTA TARIGAN 2. MONEL RAMBE MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA 2019 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan pula dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapatmenyelesaikan makalah " Teori kepeminpinan serta ciri khasnya ( Pendekatan sifat,Perilaku Confergency )"