Diskursus Tafsir Esoteris dalam al-Qur’an (original) (raw)

Tafsir Esoterik sebagai Ruang Eksplorasi Batin al-Qur'an

Al-Mustafid: Journal of Quran and Hadith Studies

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan mendeskripsikan tafsir esoterik sebagai ruang eksplorasi batin Al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi pustaka. Hasil dan pembahasan dari penelitian ini menunjukkan bahwa tafsir esoterik merupakan tafsir yang secara khusus mengeksplorasi ruang batin al-Qur’an yang telah ada semenjak nabi Muhammad Saw. Terdapat banyak pro kontra terkait tafsir ini. Namun, disisi lain telah hadir syarat-syarat diterimanya tafsir esoterik oleh al-Dzahabi sebagai filter. Hal ini semakin diperkuat oleh pengklasifikasian tafsir esoterik menjadi 4 macam oleh Ahmad Khalil sebagai bentuk legitimasi. Kesimpulan yang dicapai dalam penelitian ini adalah tafsir esoterik sebagai ilmu alat yang dgunakan untuk mengeksplorasi lebih jauh terkait ruang batin Al-Qur’an.

Relasi Pengetahuan Islam Eksoteris dan Esoteris

Teosofi: Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam, 2015

This article scrutinizes the relationship of Islamic knowledge focusing on esoteric realm and exoteric area or what so-called duality of life. Within intellectual treasures of Islam this dualism have subsequently beat each other. It is sometimes in the form of friction between the scientific and nonscientific, rational and spiritual, the sacred and the profane, theocentric and anthropocentric. However, when carefully understood, the dualism shares the same nature, namely outer and inner aspects. The outer is represented by naming, while the inner can only be understood through the process of interpretation. In other words, these two aspects are represented by two words are name (outer aspect) and meaning (inner aspect). Therefore, Islam is present and it attempts to draw both together. As can be observed in this century, the mentality of modern humans seem to be eroded far from religious norms as people have developed science which leads to religious emptying from its noble values. Therefore, it is important to bring the esoteric realm into modern thought which tends only to put emphasis on exoteric aspect.

Diskursus Tafsir bi al-Ma’tsur

Jurnal Dirosah Islamiyah, 2022

This research explores Tafsir bi al-Ma'tsur, or Qur'an interpretation via history. This qualitative research method uses literature and historical interpretation. This paper discusses the history of Tafsir bi al-Ma'tsur, its restrictions, and scholarly disagreements over it. This study finds that Tafsir bi al-Ma'tsur is an interpretation based on Qur'anic verses, the Prophet Muhammad's viewpoints, companions, and scholars, commencing with the interpretation of Qur'anic verses with Qur'anic verses. 'an, the Qur'an's hadith, the Companions' atsar, and the Tabi'in's view. The Qur'an must be interpreted using a manner agreed upon by scholars to be in compliance with Shari'a. If the interpretation is done honestly and according to the manner approved by the commentators, it will obtain two rewards from Allah SWT if it's accurate, but only one if it's wrong, according to the Prophet SAW's statements on Ijtihad. This research should aid Qur'an scholars and interpreters. This research explains Tafsir bi al-Ma'tsur-related issues. This research offers a complete review of all western scientists' perspectives of Qur'anic exegesis literature to update our knowledge of Tafsir bi al-Ma'tsur.

Integrasi Pengetahuan Islameksoteris Dan Esoteris

2013

Dalam kehidupan ini ditemukan adanya realitas tentang dualisme, yaitu dua entitas yang saling tarik menarik dan bergerak ke arah yang berlawanan. Entitas pertama adalah negatif,dan yang kedua adalah positif. Kedua entitas itu saling bertempur secara terus menerus dan saling mengalahkan tanpa ada batas. 97 Hakikat adanya dua entitas yang berlawanan itu juga dijelaskan dalam al-Quran melalui kisah pertikaian antara Qobil dan Habil. Kisah itu menggambarkan secara sederhana kemelut antara dua entitas yang berlawanan, dalam bentuk entitas pembunuh (subjek) dan entitas terbunuh (objek). 98 Dalamsetiapkondisi, dualisme yang salingberlawananitu pun selalusulituntukdipersatukan. 99 Seyyed Hossein Nasr, seorang pemikir Muslim, dalam karnyanya Traditional Islam, juga berbicara tentang adanya dualismeitu, yaitu dualisme antara yang ilmiah dan non-ilmiah, antara yang rasional dan spiritual, antara yang sakral dan yang profan, antara theosentrisme dan anthroposentirsme. Maksud dari tulisannya di buku itu adalah mencoba untuk mempersandingkan antara yang eksoteris dan esoteris, religious dan duniawi, Barat dan Timur, sakral dan profan, modern dan tradisional, dengan menempatkannilai-nilai Islam di tengah-tengah persandingan itu. Menarik sekali untuk diungkap apa yang dilakukan oleh Seyyed Hossein Nasr di atas, karena antara eksoterisme dan esoterisme dalam kajian Islam, sebagaimana disebutkan pada judul di atas, dapat dijelaskan dengan istilah aspek luaran dan dalaman. Yang luaran diwakili oleh penamaan, sedangkan yang dalaman hanya bisa dimengerti melalui proses pemaknaan. Pendek kata, dua aspek itu diwakili oleh dua kata, yaitu nama (aspek luaran) dan makna (aspek dalaman). Dualisme Pengetahuan Islam Dalam diskursus filsafat, paham dualisme dianggap sebagai suatu varian dari paham idealisme. Idealisme sendiri seperti dilangsir oleh louis o. Kattsoff dari g. Watts

Epistemologi Ta'wil; Membedah Dimensi Esoterik al-Quran.rtf

Ta’wil merupakan salah satu metode untuk memahami al-Quran yang telah dirumuskan oleh para ulama klasik, selain metode tafsir. Ta’wil dibangun atas dasar pemisahan antara parole dan langue atau antara aspek lahiriah dan batiniah teks, dan karenanya sangat mungkin penafsiran al-Quran akan melahirkan pemahaman yang berbeda antara dimensi parole (kalām) dan langue (lughat) tersebut. Bahkan dalam sudut pandang ta’wil, memahami parole (kalām) jauh lebih penting daripada langue (lughat) karena ta’wīl berusaha melampaui simbol (mitsāl) untuk menembus rahasia bathin teks untuk mencapai kembali makna aslinya. Konsekuensinya, ta’wil cenderung melahirkan watak subjektivisme dalam memahami al-Quran. artinya, makna al-Quran yang sesungguhnya sangat tergantung pada siapa yang memahaminya. Karena itu, ta’wīl hanya bisa dikerjakan oleh yang berwenang (otoritas) dalam Islam yang benar-benar mengetahui bahasa simbolik dan yang telah mengembara menuju dimensi rohaniyyah (spiritual) dalam hidupnya. Dengan demikian, sumber pokok ilmu pengetahuan dan tradisi berpikir ‘irfānī adalah “experience” (pengalaman) batin yang amat mendalam, sedangkan metode memperoleh pengetahuan dilakukan dengan cara qiyās ‘irfāni; yakni berangkat dari ma‘nā menuju lafzh, dari bāthin menuju zhāhir

Metode Takwil Nasr Hamid Abu Zaid (Studi Atas Potensi Tafsir Esoterik Dalam Merespon Problem Tafsir Era Modern)

Kordinat: Jurnal Komunikasi antar Perguruan Tinggi Agama Islam, 2018

Metode Takwil Nasr Hamid Abu Zaid (Studi Atas Potensi Tafsir Esoterik Dalam Merespon Problem Tafsir Era Modern). Adapun mekanisme metode takwil yang digunakan Abu Zaid dalam pembacaan teks yakni dengan mendekati teks dan berusaha mengungkapkan misteri-misterinya dimulai dengan pembacaan kemudian tingkat analitis. Pembacaan melalui metode tafsir esoteris dengan perangkat Takwil dapat memberikan kontribusi yang besar dalam upaya memahami Alquran secara kontekstual, Abu Zaid mengusung dua terma penting dalam mengembangkan pendekatan penafsirannya terhadap Alquran, yakni al-Ma’na (makna) dan al-Maghza (Signifikansi) makna merupakan makna yang direpresentasikan oleh sebuah teks atau apa yang direpresentasikan oleh tanda-tanda, sedangkan signifikansi menamai hubungan antara sebuah makna itu dan seseorang atau sebuah persepsi, situasi atau sesuatu yang dapat dibayangkan

Epistemologi Tafsir Sufi Perspektif Esoterik-Fenomenologi

Ulul Albab: Jurnal Studi Islam, 2018

This paper is a comprehensive study of sufi epistemology through interpretations of natural phenomena. The study of the triagle causality relationship between God, humans, and nature can be a binocular for studying the sufistic epistemology globally. In sufistic studies, studying natural phenomena is one way to reach the essence of God. Whereas the existence of God can be studied through His signs. This paper uses an approach from a theological scholar, Patrick Masterson, who concusively found a new approach that accommodates esoteric and exoteric dimensions simultaneously. The author considers this approach feasible to use to understand the sufistic epistemology, especially those related to natural phenomena. Tulisan ini merupakan kajian komprehensif mengenai epistemologi sufi melalui penafsiran-penafsiran fenomena alam. Kajian hubungan kausalitas segitiga antara Tuhan, manusia, dan alam dapat menjadi teropong untuk mengkaji epistemologi sufistik secara global. Dalam kajian sufistik, mengkaji fenomena alam merupakan salah satu jalan untuk mencapai esensi Tuhan. Sedangkan keberadaan Tuhan dapat dikaji melalui tanda-tanda-Nya. Tulisan ini menggunakan sebuah pendekatan dari seorang sarjana teologi bernama Patrick Masterson yang secara meyakinkan telah menemukan sebuah pendekatan baru yang mengakomodir dimensi esoterik dan eksoterik secara bersamaan. Penulis menilai pendekatan ini layak

Visualisasi Nalar Esoteris dalam Tafsir Melayu-Jawi (Studi Interpretasi QS. Al-Fatihah dalam Manuskrip Tafsir M. Basiuni Imran Sambas Dan Tafsir Nurul Ihsan Said bin Umar Al-Kedah)

Refleksi Jurnal Filsafat dan Pemikiran Islam

Research on M. Basiuni Imran and Said b. Umar Al-Kedah has been carried out by many researchers, including Luqman, who studies the description of the interpretation SevenSurah by M. Basiuni Imran, M. Nazri, examines the application of qiraat in the interpretation of Nurul Ihsan, and several other researchers.Thus in general, the research that has been done is conceptual in nature, has not studied the esoteric aspects in the interpretation of M. Basiuni Imran and Said b. Umar al-Kedah. Based on these reasons, this research is important to be conducted.This articleislibrary research and usesthe theory of power relation and actor-network. The conclusions of this article are: First, the Esoteric Interpretation of Qs. Al-Fatihah; Said b. Umar and Basiuni Imran both interpreted literal-textualism, then later interpreted esoteric-theosophical interpretations. Second, the Meaning of Qs Interpretation. Al-Fatihah; Basiuni Imran understands and interprets that in general-textual Qs. al-Fatih...

Doktrin eskatologi dalam Al-Qur’an Surah Yasin, Al-Waqiah, Al-Mulk perspektif Tafsir Al-Misbah dan Al-Azhar

2021

INDONESIA: Eskatologi merupakan suatu ilmu yang membahas tentang peristiwa yang akan datang, yaitu hari Kiamat. Sebagai muslim, mengimani hari Kiamat sebagai rukun iman kelima adalah sebuah kewajiban. Hari Kiamat tersendiri merupakan rahasia Allah SWT, akan tetapi Al-Qur’an dan hadits Nabi banyak menjelaskan tentang tanda-tanda, peristiwa-peristiwa dan seluruh hal yang berkaitan dengan Hari Kiamat itu sendiri. Yasin, Al-Waqiah dan Al-Mulk merupakan tiga surah yang paling sering diamalkan oleh kaum muslimin karena keutamaannya. Dalam memahami ayat Al-Qur’an para ulama muslim menuliskan pandangan mereka mengenai penafsiran Al-Qur’an dalam kitab tafsir. Dua diantaranya adalah tafsir Al-Misbah dan Al-Azhar. Tentu akan sangat menarik bila pembahasan eskatologi ini difahami dan diinterpretasikan berdasarkan tafsir Al-Misbah dan Al-Azhar pada Al-Qur'an Surah Yasin, Al-Waqiah dan Al-Mulk. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan metode deskriptif – an...

Konsep Jihad dalam Al-Quran: Sebuah Pendekatan Tafsir Esoteris

This article is a response to the growing radical understanding of religion and the rejection of Pancasila as the nation's ideology in the Unitary State of the Republic of Indonesia (NKRI). This article is also an offer of thought for the Deradicalization of Al-Quran Verses. Namely, as an effort to reinterpret several verses of the Qur'an which have the potential to be understood by some as the basis for acts of violence or coercion of certain ideologies. In this article, the author uses the theosophical esoteric interpretation approach such as Haidar Amuli (d. 1385), as an analytical tool to explore the content of several verses of the Qur’an related to jihad. This paper can also be referred to as thematic interpretation because the author tries to discuss (analyze) the content of the verses of the Qur'an based on a theme and tries to follow the steps of the thematic method in interpretation. Through an esoteric approach, in this article, jihad will not only be interpreted as a physical war taking up arms. Jihad has several levels of meaning, such as jihad of ahl shariah, ahl tariqah, and ahl haqiqa. Furthermore, by analyzing the historical context, the jihad verses can be interpreted as a movement for mental revolution and social moral improvement.