Identifikasi Sebaran dan Karakteristik Ruang Terbuka Hijau Publik di Kota Pekanbaru (original) (raw)

Evaluasi Ruang Terbuka Hijau di Kota Pekanbaru

Planta Tropika: Journal of Agro Science, 2015

Perkembangan kota sering menggeser keberadaan ruang publik, sehingga kuantitas dan kualitas ruang terbuka khususnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) saat ini mengalami penurunan yang sangat signifikan dan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan hidup perkotaan yang berdampak ke berbagai sendi kehidupan perkotaan antara lain sering terjadinya banjir, peningkatan pencemaran udara, dan menurunnya produktivitas masyarakat akibat terbatasnya ruang yang tersedia untuk interaksi sosial (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2010). Secara sistem, RTH kota berfungsi menunjang keamanan, kesejahteraan, peningkatan kualitas lingkungan dan pelestarian alam. RTH kota pada umumnya terdiri dari ruang pergerakan linear atau koridor dan ruang pulau atau oasis (

Kategorisasi Karakteristik Ruang Terbuka Hijau Publik untuk Menunjang Kenyamanan Kota Yogyakarta

Jurnal Ilmu Lingkungan, 2021

Pentingnya ketersediaan RTH bukan hanya secara kualitatif namun juga kualitas bagi sebuah Kota diharapkan mampu untuk menunjang tingkat kenyamanan Kota. Kondisi lingkungan yang buruk dapat meningkatkan stres masyarakat karena terbatasnya ketersediaan ruang terbuka untuk berinteraksi sosial. Kenyamanan Kota Yogyakarta memiliki nilai terendah pada ketersediaan fasilitas ruang terbuka hijau. Terdapat beberapa RTHP di Kota Yogyakarta yang kurang ramah terhadap lansia, anak dan disabiltas karena kurangnya fasilitas dan kontur tanah lokasi RTHP yang dekat dengan sungai. Selain itu, terdapat 14 RTHP atau sebesar 29,79% yang memiliki kualitas kenyamanan tertinggi/sangat nyaman, 26 RTHP atau sebesar 55,32% yang memiliki kualitas kenyamanan sedang/nyaman dan 7 RTHP atau sebesar 14,89% yang memiliki kualitas kurang nyaman di Kota Yogyakarta. Berangkat dari pemikiran-pemikiran tersebut tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik RTHP dalam menunjang kenyamanan Kota Yogyakar...

Strategi Optimalisasi Fungsi Ruang Terbuka Hijau Publik Menggunakan Analisis Swot DI Kota Pekanbaru

Jurnal Ilmu Lingkungan, 2019

Urban development currently tends to improve green open space and increase concrete construction. The Office of Public Works and Coverage reports that the new public open green space announced in 2018 is only 2.52% after increasing from 2017 which was only 1.93%. Pekanbaru City Judicial Team continues to make efforts to curb the peddlers because there are directives for street vendors to no longer be active in the Green City Pekanbaru. The purpose of this study is to analyze the evaluation of ecological, social and economic functions and issue recommendations for strategies to optimize the function of the green open space of the central city of Pekanbaru. The analytical method used is descriptive method and completed with a SWOT analysis to formulate a strategy for optimizing the function of public green space in the City Center of Pekanbaru. The recommended strategies based on the results of the SWOT analysis are (1) Addition of vegetation type composition in each public open green...

Identifikasi Letak Dan Jenis Ruang Terbuka Hijau DI Kawasan Permukiman Perkotaan

LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR, 2016

Perkembangan penduduk dalam sebuah kawasan permukiman sejalan dengan meningkatnya pembangunan permukiman. Pembangunan yang dilakukan seringkali tidak di imbangi oleh pemenuhan dan penyediaan ruang terbuka bagi penduduk. Kawasan RW 01 Kelurahan Paal Lima, Kecamatan Pontianak Barat, Kota Pontianak merupakan sebuah kawasan permukiman perkotaan yang memiliki potensi ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan, namun belum secara spesifik difungsikan sebagai ruang terbuka hijau. Penelitian ini dilakukan dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif.. Pada metode kuantitatif akan ditekankan pada analisis data yang berupa perhitungan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan jumlah penduduk, luas wilayah lingkungan Rukun Warga. Metode kualitatif yang didukung oleh metode AHP (Analytical Hierarchy Process) difungsikan untuk mengetahui kriteria Ruang Terbuka Hijau yang dibutuhkan oleh warga dan mengetahui kepuasan warga terhadap hadirnya Ruang Terbuka yang ada pada saat ini. Hasil akhir dari penelitian ini adalah menemukan titik-titik/letak-letak potensi ruang terbuka hijau (RTH) yang pilih berdasarkan faktor RTH dekat dengan fasilitas umum (fasilitas keagamaan), RTH dekat/tepian anak sungai, RTH berada ditepian jalan utama, RTH memanfaatkan lahan fasilitas umum. Kualitas yang dibutuhkan adalah terlayaninya penduduk, untuk kenyamanan, keindahan, kelestarian serta kesehatan bagi masyarakat. Fungsi yang dibutuhkan adalah sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula dan jenis RTH yang dibutuhkan adalah jenis Taman Lingkungan dan lapangan olahraga. Hasil akhir penelitian ini adalah menemukan titik potensi RTH dan kebutuhan kualitas, fungsi, dan jenis RTH yang dibutuhkan masyarakat.

Karakteristik Pengguna Ruang Terbuka Publik Pada Taman Kota DI Palembang

NALARs

ABSTRAK. Ruang terbuka publik digunakan masyarakat kota untuk melakukan kegiatan sosialisasi. Taman kota merupakan salah satu elemen perkotaan yang memberikan pelayanan spasial pada masyarakat dan meningkatkan kualitas lingkungan kota. Pelayanan ruang kota yang berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan kenyamanan dan memenuhi kebutuhan pengguna ruang. Dengan kenyataan ini maka perlu dilakukan studi untuk melihat karaktersitik pengguna yang akan menjadi pedoman pengembangan ruang terbuka pada Taman kota yang sesuai dengan karakter pengguna. Metode kualitatif ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik pelaku kegiatan pada setting ruang taman kota dengan mengandalkan survei pengamatan di lapangan. Lalu hasil survei akan dikompilasi dengan analisa deskriptif untuk melihat karakter pengguna antar taman kota. Fokus penelitian terdapat pada karakter pengguna ruang terbuka publik pada taman kota. Hasil penelitian menyatakan bahwa karakter pengguna dan jenis kegiatan dipengaruh...

Identifikasi Karakteristik Ruang Terbuka Hijaupublik Dan Ruang Terbuka Hijau Privat DI Kelurahan Manahan Kota Surakarta

2018

ABSTRAK Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang terbuka wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi). Dampak dari pembangunan kota menimbulkan minimnya ruang terbuka hijau dikarenakan konversi lahan non terbangun menjadi lahan terbangun yang merupakan bentuk dari perkembangan kota saat ini yang memanfaatkan ruang tanpa adanya pengendalian ruang. Dimana lahan di perkotaan sangat terbatas sedangkan jumlah penduduk terus bertambah dan aktivitas masyarakat memb utuhkan ruang yang cukup sehingga masyarakat lebih memilih untuk dimanfaatkan sebagai lahan terbangun dari pada untuk ruang terbuka hijau. Oleh karena itu, hal tersebut sangat mempengaruhi pemanfaatan lahan untuk RTH, kualitas nilai estetis kota menjadi menurun, suhu kota yang meningkat, dan tingkat kenyaman kota berkurang. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dari penulisan laporan proyek akhir ini adalah untuk mengidentifikasi karaktristik ruang terbuka hija...

Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Publik (Studi Kasus DI Kota Pontianak, 2016)

2018

The urban growth at this time indicates unbalance movement activities, where many of it must be able to maintain and ensure its sustainability of resources and preservation of environmental quality. To minimize the negative impact of the environmental hazards against physical development in urban area is through green open space planning. The purpose of this study was to identify and analyze the needs and availability of green open space in Pontianak city in 2016 based on the area. The results showed that the availability of green open space in Pontianak city was 1,190 ha and the need of green open space was 2.156 ha (20% of area)Keywords: Availability, green open space, need

Struktur Sebaran Ruang Terbuka Hijau di Kota Makassar

LINEARS : Jurnal Ilmu Arsitektur, 2019

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ruang terbuka hijau di Kota Makassar dari aspek luasan dan struktur penyebarannya. Alat ukur yang dipergunakan untuk melihat ketersediaan dan penyebaran adalah Permen PU Nomor 5 Tahun 2008. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dengan analisis deskriptif. Teknik analisis mempergunakan tabel persentase dan tabel skalogram. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara terstruktur dan penyebaran kuesioner serta dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ruang terbuka hijau di Kota Makassar luas dan sebarannya tidak terstruktur mengikuti perkembangan planologis kota. Tiga Kecamatan yang menjadi sampel hanya Kecamatan Ujung Pandang yang mempunyai struktur ruang terbuka hijau yang terpola mengikuti perkembangan pola planologis kota. Sedangkan dua kecamatan lainnya yakni Kecamatan Makassar dan Kecamatan Bontoala tidak mempunyai pola struktur RTH. Kompleks RTH Lapangan Karebosi sebagai RTH tingkat kota luasannya tidak sesuai berdasarkan jumlah penduduk, tingkat pemenuhannya sebesar 18 persen. RTH tingkat kelurahan, dari 12 kelurahan yang menjadi hanya 6 kelurahan yang mempunyai RTH. Fasilitas RTH Tingkat RW dan RT selain RW dan RT yang ditempati RTH tingkat kota, kecamatan dan kelurahan, pada tempat lain tidak ditemukan. Berdasarkan analisis skalogram persentase penyebaran RTH (COR) adalah 24 persen.

Evaluasi Fungsi Ekologis Dan Estetika Beberapa Ruang Terbuka Hijau Publik DI Kota Tasikmalaya

2019

Ruang terbuka hijau (RTH) sebagai ameliorasi iklim penting keberadaannya dalam suatu kota terutama kota yang saat ini mengalami peningkatan penduduk yang signifikan seperti Kota Tasikmalaya. Peningkatan penduduk dapat menyebabkan turunnya kualitas lingkungan. Keberadaan RTH publik sangat penting untuk memberikan kawasan rekreasi yang nyaman namun tiga RTH publik yang menjadi pusat rekreasi masyarakat Kota Tasikmalaya belum memberikan kenyamanan thermal dan estetika yang optimal menurut sebagian masyarakat. Tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi jenis dan fungsi tanaman, mengevaluasi fungsi ekologis dan estetika RTH, dan menyusun rekomendasi perbaikan penataan tanaman untuk RTH. Penelitian ini dilakukan di tiga RTH, di antaranya Alun-alun, Taman Kota, dan Kompleks Olahraga Wiradadaha Tasikmalaya. Metode penelitian yang dilakukan yaitu inventarisasi, analisis data inventarisasi dengan Key Performance Index (KPI); Thermal Humidity Index (THI); Scenic Beauty Estimation (SBE); deskriptif, serta menyusun rekomendasi perbaikan penataan tanaman. Hasil penelitian menunjukkan Kompleks Olahraga Wiradadaha memiliki jenis dan jumlah tanaman terbanyak. Kompleks Olahraga Wiradadaha menjadi RTH terbaik dalam fungsi modifikasi suhu, kontrol kelembaban, dan peredam kebisingan sementara Taman Kota menjadi RTH terbaik dalam penahan angin dibandingkan dengan dua RTH lainnya. Ketiga RTH telah terkualifikasi sebagai area nyaman berdasarkan standar kenyamanan THI dan baku mutu tingkat kebisingan kawasan rekreasi. Ketiga RTH mampu menurunkan suhu rata-rata sebesar 1.4 ˚C, meningkatkan kelembaban rata-rata sebesar 8%, serta meredam kebisingan rata-rata sebesar 4.4 dB. Taman Kota merupakan RTH dengan kualitas estetika lanskap terbaik dan Kompleks Olahraga Wiradadaha merupakan RTH dengan kualitas estetika lanskap terburuk. Pengunjung cukup puas dengan kondisi RTH saat ini tapi akan lebih baik bila ditambahkan tanaman peneduh khususnya untuk Alun-alun dan Taman Kota, penambahan tanaman estetika, dan fasilitas yang memadai. Alun-alun dan Taman Kota membutuhkan lebih banyak tanaman peneduh. Ketiga RTH perlu penambahan tanaman estetika untuk meningkatkan estetika lanskap. Ketiga RTH juga perlu penataan komposisi dan tata letak elemen lanskap yang lebih baik. Kata kunci: fungsi estetika, fungsi ekologi, evaluasi, ruang terbuka hijau ABSTRACT INTAN NUR FATHONAH. The Evaluation of Some Public Green Open Spaces Ecological and Aesthetical Functions in Tasikmalaya City. Supervised by TATI BUDIARTI. The existance of green open space as climate amelioration is important in a city with high growth of population such as Tasikmalaya City. Population growth can decreasing environmental quality. The public green open spaces existence is important to give a comfortable recreation area but the three green open spaces, central recreation area of Tasikmalaya society, have not met optimal thermal and aesthetic comfort yet as society preference. The aims of this research is to identify species and function of vegetation, evaluate ecological and aesthetic functions of the green open spaces, and give vegetation improvement recommendations for the green open spaces. This research located in Alun-alun, Taman Kota, and Kompleks Olahraga Wiradadaha Tasikmalaya City. The research methods are inventory, analyse the inventory data by Key Performance Index (KPI); Thermal Humidity Index (THI); Scenic Beauty Estimation (SBE); descriptive, and give the vegetation improvement recommendation. The research result showed that Kompleks Olahraga Wiradadaha has the most species and quantity of vegetation. Kompleks Olahraga Wiradada is the best in modification, humidity control, and noise reducing function meanwhile Taman Kota is the best in wind barrier function than other green open spaces. The three green open spaces qualified as a termal comfort zone based on standard THI and they also have meet the standard noise of recreaction area. Overall they can decreasing the average themperature untill 1.4 ˚C, increasing the average humidity untill 8 %, and reducing the average noise untill 4.4. Taman Kota has the best quality of landscape aesthetic and Kompleks Olahraga Wiradadaha has the worst quality of landscape aesthetic. Visitors satisfied enough with the green open spaces but those can be better with more shaded vegetation especialy in Alun-alun and Taman Kota, more aesthetic vegetation, and better facilitation. Alun-alun and Taman Kota need more shaded vegetation. The three green open spaces need more variation in aesthetic vegetation, and a better landscape elements composition and layouting.