Pengolahan Limbah Batang Sawit Menjadi Pupuk Kompos Dengan Menggunakan Dekomposer Mikroorganisme Lokal (Mol) Bonggol Pisang (original) (raw)

Rancangan Penyuluhan Tentang Proses Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Urine Sapi Potong Menggunakan Mikroorganisme Lokal (MOL) Bongkol Pisang Di Desa Wonorejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang

JURNAL PENYULUHAN PEMBANGUNAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil kaji terap (pemantapan materi) tentang proses pembuatan pupuk organik cair dari urine sapi potong menggunakan MOL bonggol pisang di laboratorium limbah STPP Malang, menyusun rancangan penyuluhan tentang proses pembuatan Pupuk Organik Cair dari urine sapi potong, mendiskripsikan perilaku peternak tentang pembuatan Pupuk Organik Cair dari Urine Sapi Potong. Metode yang digunakan metode kuantitatif, di kelompoktani Karya Makmur II Desa Wonorejo Kecamatan Lawang dengan jumlah anggota 20 orang yang dimana dipilih secara Purposive Sampling. Parameter yang dilihat dari hasil kaji terap yaitu kandungan unsur hara seperti C-Organik, pH dan NPK. Penyusunan rancangan penyuluhan menggunakan metode analisis berdasarkan tahapan adopsi dan strategi penyuluhan. Skala pengukuran yang digunakan untuk melihat perubahan perilaku dari sasaran yaitu skala guttman, skala likert dan rating scale. Pengumpulan informasi tentang hal ini diperoleh dari kuesio...

Penggunaan Mol Bonggol Pisang (Musa Paradisiaca) sebagai Dekomposer untuk Pengomposan Tandan Kosong Kelapa Sawit

2015

The decline in the quality of land caused by the use of inorganic fertilizers fueled the growth of organic farming. Organic farming requires a source of organic fertilizer which is very large. Needs a very large organic fertilizer requires a source of organic material that is widely available. today in eastern Kalimantan and oil palm industry is growing rapidly. The palm oil industry in addition to producing liquid waste also generates solid waste such as oil palm empty fruit bunches that can be used as a source of organic fertilizer. This study aims to determine the release of nutrients after the decomposition of oil palm empty fruit bunches using Banana’s Corm (Musa paradisiaca) Microorganisms.This research is descriptive methods. Assessment of the nutrients status in the compost TKKS using BPT Bogor (2009). The results showed that the pH of compost TKKS using Banana’s Corm (Musa paradisiaca) Microorganisms 8,54; C-organic 54,3 %; Nitrogen 1.8 %; Ratio C /N 31.5; P2O5 0,4 %, and K...

Sosialisasi Dan Pelatihan Pembuatan Mikroorganisme Lokal (Mol) Bonggol Pisang Sebagai Pupuk Organik Cair Dalam Mendukung Pertanian Organik Masyarakat Wamena, Papua Indonesia

Karunia: Jurnal Hasil Pengabdian Masyarakat Indonesia

Wamena is one of the areas with the potential to develop a wide variety of food crops and plantations in large and medium quantities because it is supported by its natural conditions. Wamena, especially throughout Jayawijaya Regency and even other Regencies in the Central Highlands of Papua, are known for their organic farming. In order to support and maintain the productivity of organic farming systems, as an academic activist in the agricultural sector, it is necessary to conduct training on making organic fertilizer through the use of banana weevils known as Local Microorganism Fertilizer (MoL). This training was based on observations of farmer groups in the Wesaput district, where all farmers in the farmer groups had never used organic liquid fertilizers or inorganic fertilizers as additional nutrients to increase the growth and production of their agricultural products. Therefore we try to provide understanding and approaches to farmer groups through community service on how to make Local Microorganism Liquid Fertilizer in order to increase the yields of local farmers in the Wesaput District, especially the village of Kama. As a result of this activity, we saw that the farmer group community in Wesaput gave a good response so they asked for similar activities to be carried out again so that the farmer group community was more independent in making and using liquid organic fertilizer using the natural resources around them.

Analisis Efektifitas Penggunaan Mol Bonggol Pisang Dan Mol Sisa Nasi Pada Pembuatan Kompos

Ruwa Jurai: Jurnal Kesehatan Lingkungan, 2021

Indonesia salah satu negara berkembang dengan besarnya populasi penduduk dan perkembangan aktifitas yang meningkat setiap tahunnya. Sehingga sampah yang dihasilkan tidak sebanding dengan pengolahan yang ada. Pengelolaan sampah yang tidak baik selain mengganggu pemandangan dan lingkungan juga dapat berimbas pada kesehatan. Penelitian ini menganalisis efektifitas MOL bonggol pisang dan MOL sisa nasi pada pembuatan kompos.Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen dengan membuat kompos dari sampah organik rumah tangga dengan menggunakan MOL bonggol pisang dan MOL sisa nasi sebagai starter. Kualitas kompos dinilai dari suhu, pH, kadar air, dan C/N Ratio. Sedangkan efektifitas dinilai dari lama waktu pematangan kompos. Analisis yang digunakan adalah uji T dan ANOVA pada alpha=0,05.Pada perlakuan dengan MOL bonggol pisang, diperoleh rata-rata suhu=26,6oC, pH=7,3, dan kadar air=42,9%. Menggunakan MOL sisa nasi, rata-rata suhu=26,6, pH=6,9, dan kadar air=49,5. Nilai C/N Ratio pada MOL ...

PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN MIKROORGANISME LOKAL BONGGOL PISANG SEBAGAI BIOAKTIVATOR

Jurnal Agriovet, 2018

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi MOL bonggol pisang terbaik berdasarkan lama waktu pengomposan dan kualitas kompos. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan mevariasikan dosis MOL limbah bonggol pisang sebanyak Lima perlakuan (D1= 100 ml, D2= 150 ml, D3= 250 ml, D4= 500 ml) dan perlakuan tanpa MOL (D0) sebagai kontrol. Data diperoleh dari pengukuran dan pemantauan setiap perlakuan, serta hasil uji laboratorium. Analisis data dilakukan secara menyeluruh pada setiap parameter dengan memperhatikan standar baku mutu kompos. Hasil penelitian menunjukkan, lama waktu pengomposan paling cepat terdapat pada perlakuan D2 yakni selama 12 hari, sedangakan kualitas kompos terbaik terdapat pada perlakuan D4 dengan kandungan N-total 0,92%, P 2 O 5 1,30%, dan K 2 O sebesar 1,67%. Kata Kunci : sampah organik, bioaktivator, MOL bonggol pisang, pengomposan

Pendampingan Produksi Mikroorganisme Lokal (MOL) Bonggol Pisang sebagai Pemberdayaan Peternak di Jorong Tanjung Jati Nagari VII Koto Talago Kabupaten Lima Puluh Kota

Jurnal Warta Pengabdian Andalas

The project is carried out in business partner Blue Garden Farm in Tanjung Jati, VII Koto Talago Village, Guguak District, and Regency of Lima Puluh Kota. The location has the potential to develop agriculture and animal husbandry. One of the many agricultural sectors in the region is bananas. People usually only use this fruit while others are wasted. In response to the above problems, a solution to the development and utilization of banana weevil to prepare IMO (Indigenous Microorganisms) was given. IMO is a group of microorganisms derived from natural ingredients that can accelerate the organic composting process. The carbohydrate content of banana weevils is relatively high, 66.2%, which will trigger the development of microorganisms during the fermentation process in the IMO producing process. It aimed to increase the economic value of banana weevil, providing another alternative for farmers to improve agricultural quality. This program used an empowerment method with several ap...

Pembuatan Kompos Dari Limbah Padat Organik Yang Tidak Terpakai (Limbah Sayuran Kangkung, Kol, Dan Kulit Pisang)

2009

Kompos umumnya mengalami kematangan pada hari ke-30 dengan karakter fisik warna coklat kehitaman dan berbau seperti tanah. Kata kunci: kompos; limbah sayur; kotoran kambing; rasio C/N Pendahuluan Limbah padat yang berasal dari buangan pasar dihasilkan dalam jumlah yang cukup besar. Limbah tersebut berupa limbah sayuran yang hanya ditumpuk di tempat pembuangan. Penumpukan yang terlalu lama dapat mengakibatkan pencemaran, yaitu tempat berkembangnya bibit penyakit dan timbulnya bau yang tidak sedap. Begitu pula dengan limbah kulit pisang yang berasal dari penjual pisang goreng di Semarang. Pembuangan limbah kulit pisang secara langsung di areal pemukiman penduduk dapat menimbulkan penumpukan sampah. Berdasarkan hal tersebut di atas, perlu diterapkan suatu teknologi untuk mengatasi limbah padat, yaitu dengan menggunakan teknologi daur ulang limbah padat menjadi produk kompos yang bernilai guna tinggi. Pengomposan dianggap sebagai teknologi berkelanjutan karena bertujuan untuk konservasi lingkungan, keselamatan manusia, dan pemberi nilai ekonomi. Penggunaan kompos membantu konservasi lingkungan dengan mereduksi penggunaan pupuk kimia yang dapat menyebabkan degradasi lahan. Pengomposan secara tidak langsung juga membantu keselamatan manusia dengan mencegah pembuangan limbah organik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rasio C/N sebagai fungsi waktu, mengetahui pengurangan volume limbah padat selama inkubasi (30 hari), memperoleh variasi optimum pembuatan kompos dari limbah kol, kangkung, kulit pisang yang ditambahkan kotoran kambing, dan EM 4. Pengomposan adalah proses penguraian materi organik secara biologis menjadi material seperti humus. Pengomposan modern bertujuan menciptakan kondisi melalui penerapan pengetahuan secara ilmiah dan teknologi untuk pengontrolan kualitas produk akhir yang lebih baik dan ramah lingkungan. Kompos sebagai hasil dari pengomposan dan merupakan salah satu pupuk organik yang memiliki fungsi penting terutama dalam bidang pertanian antara lain : pupuk organik mengandung unsur hara makro dan mikro, pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya serap tanah terhadap air dan zat hara, memperbesar daya ikat tanah berpasir, memperbaiki drainase dan tata udara di dalam tanah, membantu proses pelapukan dalam tanah, dan tanaman yang menggunakan pupuk organik lebih tahan terhadap penyakit. Proses pembuatan kompos berlangsung dengan menjaga keseimbangan kandungan nutrien, kadar air, pH, dan temperatur yang optimal melalui penyiraman dan pembalikan. Pada tahap awal proses pengkomposan, temperatur kompos akan mencapai 65-70 o C sehingga organisme patogen, seperti bakteri, virus dan parasit, bibit penyakit tanaman serta bibit gulma yang berada pada limbah yang dikomposkan akan mati. Dan pada kondisi tersebut gas-gas yang berbahaya dan baunya menyengat tidak akan muncul. Proses pengkomposan brought to you by CORE View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

Pengolahan Limbah Ampas Ekstrasi Jamu Menjadi Pupuk Kompos

2019

Perusahan produsen pembuatan produk jamu tradisional menghasilkan salah satu produk berupa teh celup yang diproses melalui proses ekstraksi dengan menggunakan material rempah-rempah jamu. Sementara Proses ekstraksi menghasilkan ampas ekstrak. Jumlah ampas yang dihasilkan dari proses ekstraksi industri jamu tersebut 300 kg/hari. Selama ini limbah belum termanfaatkan secara maksimal sehingga akan mengalami permasalahan yang serius. Perusahaan memiliki kapasitas penyimpanan 20 ton. Dan kapasitas saat ini mulai tidak mencukupi dengan laju penumpukan limbah jamu. Selain masalah biaya untuk membuang limbah ke pihak ketiga, hal ini juga menimbulkan bau yang tidak sedap yang mengganggu pemukiman disekitar industri. Penulis melaksanakan abdimas dengan memberikan pelatihan pembuatan pupuk kompos dimulai dengan proses pencucian ampas jamu, lalu ditambahkan mikrobacter EM 4 dan gula untuk proses pembusukan. Hasil pupuk yang sudah jadi di uji coba ke tanaman hias dan tanaman buah, hasil secara ...

Pemanfaatan Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Pupuk Kompos Bokashi Dan Pupuk Organik Cair (POC) Di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah

Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA

Desa Sengkol merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Secara geografis letak Desa Sengkol sangat strategis karena Desa Sengkol termasuk salah satu desa penyangga Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, dengan ditetapkannya Mandalika sebagai KEK Mandalika berdasarkan PP Nomor 52 Tahun 2014. Permasalahan ang saat ini dihadapi oleh desa yaitu permasalahan lingkungan, hal ini disebabkan karena kurangnya tingkat kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sampah, disamping itu sarana prasana seperti armada pengangkut sampah serta TPA dan TPS masih sangat terbatas. Alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan mengadakan kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga menjadi pupuk kompos organik cair (POC) dan bokashi. Tujuan dari program ini adalah memberdayakan masyarakat Desa Sengkol dalam membuat pupuk organik cair dan bokashi menggunakan sampah organik rumah tangga. Metode yang digunakan yait...